Malam ini seperti yang sudah diatur oleh Mama Intan dan Nyonya Atmaja, Mereka makan malam di sebuah resto terkenal dan mewah.
Benny nampak tak bersemangat. Pikirannya terus pada sosok Tita yang tak kunjung Dia temukan.
Dahlia belum tiba. Hanya kedua Orangtua Dahlia, Mama Intan dan Benny yang sudah tiba di sana.
"Biasa lah Anak Gadis... Mau nya yang sempurna." Seruni, Mama Dahlia berbasa basi.
"Tidak apa-apa Jenk, Benny pasti ngerti, iya kan Nak?" Mama Intan tersenyum manis pada Benny, matanya sedikit melotot karena dari tadi Benny terlihat acuh.
"Ii.. iy... iya Tante..." Akhirnya dengan terpaksa Benny menyahut.
"Jangan tegang gitu, Anak muda. Santai saja. Bagaimana Usahamu? Saya dengar menang tender di Proyek Perusahaan Wijaya ya? Kamu memang brilian." Pak Atmaja sangat memuji Benny.
"Benar-benar menantu idaman." Canda Seruni.
"Harus dong, Jenk. Anak Laki itu harus penuh tanggung jawab dan jadi panutan buat Anak-anak Mereka nanti." Intan menambahi bumbu pembicaraan.
"Biasa saja, Om Atmaja. Saya belum bisa dibilang sukses karena hanya meneruskan Perusahaan Papa yang memang sudah maju." Benny merendah.
"Justru mempertahankan itu lebih sulit. Apalagi sekarang malah tambah maju, iya kan?" Pak Atmaja terus memuji Benny.
"Nah itu Dahlia sudah datang....!" Kata Mama Seruni.
Semua mata menatap ke arah yang ditunjuk Mama Seruni. Termasuk Benny. Tiba-tiba Benny langsung bangun dan terlihat akan menghampiri Dahlia.
"Oohhh... Lihatlah Jenk.... Puteraku sudah tidak sabar ingin bertemu Dahlia. Sampai dijemput." Mama Intan terlihat bahagia.
Benny mempercepat langkahnya. Dahlia terpaku dengan ketampanan Benny. Dia baru melihat Benny dari Foto yang diberikan Maminya semalam.
"Ternyata aslinya lebih tampan." Batin Dahlia. Dahlia sudah menyodorkan tangannya agar Benny menggenggamnya.
Namun siapa sangka, Benny berlalu begitu saja tanpa melirik Dahlia sedikit pun.
"Loh.. Mas Benny mau kemana? Ini Aku, Dahlia...!" Dahlia sampai memutar tubuhnya mengikuti arah jalannya Benny yang sudah berlari ke pintu keluar resto.
Dahlia menghentakkan kakinya karena kesal dan malu. Dia keluar mencoba mengejar Benny.
"Tita...!" Benny berteriak. Mencari sosok Tita yang Dia lihat tadi keluar berbarengan dengan masuknya Dahlia.
Benny mengedarkan pandangannya. Dia menghampiri tukang parkir yang dari tadi ikut melihat ke arah Benny yang berteriak.
"Bapak lihat Gadis tinggi semampai memakai celana panjang krem?" Tanya Benny.
"Oh iya... Dia menyebrang jalan ke arah sana." Tunjuk tukang parkir.
"Terima kasih, Pak." Benny berlalu, menengok kanan kiri untuk menyebrang jalan.
Dahlia mendengar semua. Dia sangat kesal pada Benny, bisa-bisa nya saat sedang acara penting Keluarga, Benny malah mencari wanita lain dan meninggalkan dirinya bagai barang tak berharga.
Dengan kesal Dahlia memutar tubuhnya dan menghampiri meja makan Keluarganya.
"Tante, apa-apaan sih Mas Benny itu?! Kok tidak menghargai Lia sama sekali!" Tanpa sopan santun, Dahlia membentak Mama Intan dengan suara Dia tahan agar tak menjadi perhatian orang banyak.
"Maaf Sayang... Tante juga gak tahu Benny itu mau kemana? Mungkin ada yang tertinggal di mobil? Oh iya, hadiah untuk Kamu, Dia lupa membawanya." Intan mencoba menenangkan Dahlia yang terus memasang wajah masam.
"Tidak Tante! Mas Benny bukan mengambil sesuatu di mobilnya tapi Dia sedang mengejar seorang Gadis. Tita...! Ya Tita... Mas Benny memanggilnya begitu." Ketus Dahlia.
"Ya Tuhan, Benny." Gumam Mama Intan menahan kesal.
"Apa-apaan ini Intan? Kamu ingin mempermainkan perasaan Puteri Kami?" Atmaja sangat kesal.
"Bu.. bukan begitu, Mas. Maaf, tidak ada maksud Intan mempermalukan Keluarga Mas Atmaja. Intan juga tidak tahu siapa Tita itu." Intan mencoba menenangkan hati Atmaja.
"Sudahlah Jenk. Gak usah mengelak. Kalian memang sengaja ingin mempermalukan Kami, kan?" Seruni juga sangat kesal.
"Tidak seperti itu Jenk. Dahlia... Kamu percaya kan sama Tante. Tante sangat menyayangi Kamu dari dulu. Tidak mungkin Tante melukai hatimu." Intan mencoba merayu Dahlia.
"Sudahlah Intan! Kami sangat kecewa dan terhina dengan sikap Benny. Perjodohan ini Saya batalkan! Saya tidak sudi berbesan dengan Keluarga Darmawan!" Tegas Atmaja.
"Mas... Tolong jangan seperti ini. Aku minta maaf." Intan langsung berdiri dan memegang lengan Atmaja sambil terus memohon.
"Tidak ada guna Kamu meminta maaf. Kami terlanjur kecewa. Ayo Mam, Kita pergi dari sini. Dahlia, Kamu lihatkan? Belum apa-apa Benny sudah menghianati Kamu." Atmaja sudah tak terkontrol emosinya.
Mereka meninggalkan Intan yang terduduk lemas di kursinya.
"Ya Tuhan... Kenapa jadi begini? Ini semua gara-gara Gadis sialan itu! Ngapain Dia menampakkan dirinya di sini?" Mama Intan meremas kedua jari-jari tangannya.
Di saat Yang Bersamaan
Benny menarik lengan Tita yang sedang berjalan melenggang.
Tubuh Tita memutar karena kaget. Benny buru-buru memeluknya. Mata Mereka saling bertemu sekian detik.
Tita tersadar dan buru-buru mendorong tubuh Benny. "Kurang ajar! Beraninya Kamu menyentuhku?!" Tita sangat kesal.
"Maaf Tita, Aku reflek menangkapmu." Benny berkata dengan lembut.
"Kamu tahu namaku? Memang Kamu siapa?" Tita pura-pura terkejut.
Benny mengulurkan tangannya. "Aku Benny. Maaf, Aku telah lancang mengikutimu dari Perusahaan Wijaya sampai ke Butik Lovita waktu itu. Boleh Aku mengenalmu lebih dekat?" Benny langsung saja jujur tanpa basa basi.
Tita mengerutkan keningnya. "Maksudnya apa mengikuti, Aku?" Tanya Tita terus berpura-pura. Padahal jantungnya dari tadi sudah berisik serasa ingin lompat keluar. Tita tak menyangka Benny terlihat lebih tampan dilihat dari dekat.
"Aku.... Aku tak ada maksud jelek sama Kamu... Aku... Aku... Suka Kamu." Benny terlihat grogi. Pasalnya baru kali ini Dia menyukai seorang wanita. Kalau Tita menerimanya, Tita adalah cinta pertama dan mungkin terakhir bagi Benny. Karena Benny sudah mentok Bucin pada Tita.
"Kok bisa? Kita kan belum saling kenal?!" Tita sangat kaget.
"Tapi itu yang sebenarnya. Sudah sepuluh hari ini, Aku mencarimu tapi tidak bertemu." Kata Benny mencoba meyakinkan.
"Memang Kamu mencariku di mana?" Tanya Tita.
"Perusahaan Wijaya dan Butik Lovita." Kata Benny tetap gugup.
"Oohh... Sekarang sudah bertemu. Kamu mau apa?" Tantang Tita.
Benny nampak ragu. Namun Dia memberanikan diri mengambil telapak tangan Tita dan menariknya lembut. Benny mengecupnya dengan lembut. Tita terpaku dengan perlakuan Benny.
"Aku menyukaimu. Mungkin Kamu berpikir Aku gila kalau Aku bilang: Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama." Benny sangat percaya diri.
"Hmhm... Wuahahahaha...." Tita tak mampu lagi menahan tawanya. Dia begitu lucu mendengar pengakuan Benny.
"Kenapa Kamu mentertawakan Aku? Aku serius. Aku tidak main-main." Kata Benny.
Tita membekap mulutnya yang tak bisa berhenti tertawa. "Kamu itu lucu ya? Mana ada orang cinta sama seseorang nembaknya kaga ada romantis-romantisnya... Payah Lo...!" Keluarlah bahasa gaul Tita. Tita kembali tertawa.
Tiba-tiba Benny menangkupnya dan membungkam bibir Tita dengan bibirnya. Tita mendelik kaget dan mendorong kuat tubuh Benny.
"Kurang ajar Lo!" Tita mengelap bibirnya yang dicium Benny. "Lo pikir. Gw gadis murahan yang dengan seenaknya Lo perawanin bibir Gw di muka umum, haahh!!" Tita sangat kesal padahal jantungnya terus berpacu. Wajahnya terasa panas. Ini adalah ciuman pertamanya diambil tanpa ada romantis-romantisnya.
"Maafkan Aku... Aku gak sengaja. Aku sungguh-sungguh mencintai Kamu dan ingin serius sama Kamu. Tadi itu juga ciuman pertama Aku..." Benny menunduk. Dia begitu polos mengakui semuanya. Dia pintar dalam berbisnis tapi tak tahu bagaimana cara menaklukan hati seorang Gadis. Benny begitu terus terang.
Tita melihat ke dalam mata Benny. Benny jujur, tapi Tita tetap enggan mengakui perasaannya. Ada sesuatu yang melarangnya mendekat pada Benny, tapi Tita tidak tahu, apa?
Tita membalikkan tubuhnya. Dia meninggalkan Benny begitu saja. Benny tersadar dan buru-buru menarik lengan Tita. Benny berlutut dihadapan Tita dengan salah satu lututnya. Tangannya menggenggam tangan Tita.
"Aku mohon... Beri kesempatan padaku untuk mengenalmu... Jangan pergi lagi dariku..." Benny menatap mata Tita dengan lembut.
Kriiuuukkk.... Perut Tita berbunyi.
"Kamu lapar?" Spontan Benny berdiri. "Aku juga lapar, Aku belum makan dari siang." Benny sangat jujur.
Tita menahan tawanya. "Ya Allah... Mahluk apa yang ada dihadapan Aku? Kok polos banget ya.."