Praangg!
Suara pecahan botol kaca, terdengar begitu nyaring dari ruang vvip kamar tiga. Keributan itu pun, bahkan terdengar hingga ke ruang, di mana Atthala dan keempat temannya berada.
Semua mata tertuju ke arah asal suara, begitu juga Atthala. Pria itu menoleh sesaat, lantas kembali pada kegiatannya, tak menghiraukan keributan tersebut. Sedangkan temannya, Kevin dan James, berlari keluar dari ruang tersebut untuk melihat keributan di sana.
Atthala kembali meneguk minumnya, tanpa memperdulikan para gadis yang terus menggoda di sampingnya. Hingga hanya berselang beberapa menit, Kevin dan James terlihat berjalan kembali menuju ruang tersebut, sambil berbincang serius.
"Kasihan sekali pelayan wanita favorit itu," ujar Kevin.
"Ya, kau benar. Dia terlihat sangat terpojokkan di sana. Padahal bukan sepenuhnya kesalahan si pelayan itu," jawab James, menimpali.
Atthala yang mendengar percakapan kedua temannya, kembali melirik ke arah sisi kirinya, melihat kembali ke ruangan, di mana keributan itu terjadi. Pria berwajah asia itu tiba-tiba memincingkan matanya dengan dahi berkerut, melihat siapa wanita, yang kini tengah dibicarakan oleh kedua temannya.
"Bagaimana kronologinya?" tanya Atthala, tanpa melepas tatapannya dari sosok wanita, yang tengah dibentak habis-habisan oleh Adam di depan banyak orang.
"Hanya karena sebotol Wine St Emilion yang terjatuh dan pecah," jawab James, menggelengkan kepala.
"Tapi bagi pelayan spesial, wine itu sangat mahal. Ia bahkan takkan bisa menggantinya, walaupun wanita itu bekerja tanpa henti selama belasan tahun tahun. Sebenarnya … semua itu terjadi karena ketidaksengajaan, kakinya yang sedang terluka tanpa sengaja tertendang oleh Clara, wanita penghibur itu," jawab Kevin membela.
"Pelayan spesial?" tanya Atthala dengan Alis mata terangkat sebelah.
"Ya, pelayan yang tak pernah dapat disentuh,” lanjut Roy yang sedang duduk di samping Atthala.
Atthala terdiam sesaat, lalu berdiri dan berjalan keluar dari ruangannya, melewati kerumunan orang-orang, lalu melangkahkan kakinya masuk ke kamar tiga, di mana Adam masih berdiri, menegur wanita itu.
Atthala menatap tajam pada Ara dari ujung kepala sampai ujung kakinya, sembari merogoh sebuah cek dalam saku jas yang dikenakan, lalu memasukkannya pada saku jas milik Adam.
"Aku akan menggantinya," ujar Atthala, dengan nada menusuk.
Ara menoleh ke arah asal suara. Matanya membelalak, melihat siapa yang sedang berbicara dan membayar ganti rugi wine tersebut.
Sedangkan Adam, merogoh saku jasnya dan mengeluarkan kembali cek yang pria itu sematkan, lalu melihat nominal yang tertulis di atas selembar kertas di tangannya.
$500.000,-
"Kau tidak usah menggantinya, Tuan. ini kesalahan pelayan kami," tolak Adam.
Atthala menyeringai, dan menatap tajam pada pria di hadapanya itu. "Dan aku mengganti kerugian yang gadis itu lakukan!" tekannya.
Adam yang melihat raut wajah pelanggan vvip-nya mulai geram, akhirnya menerima cek tersebut.
"Tuan Atthala, mohon maaf atas ketidaknyamanannya," ucap Adam, menyesal.
***
"Tuan, bagaimana aku harus menggantinya?" tanya Ara, terus mengekor di belakang Atthala dengan langkah tertatih hingga masuk ke ruang vvip kamar satu.
Seluruh tatapan mata dari para wanita penghibur dalam ruangan itu seketika tertuju pada Ara dan memandangnya dengan tatapan meremehkan.
Atthala yang masih tetap mengacuhkan Ara, kembali mendudukkan dirinya di atas sofa, mengambil satu gelas berisi bir, lalu meneguknya.
"Tuan, aku berjanji akan menggantinya. Tapi … tidak dalam waktu dekat ini," lanjut Ara dengan suara yang sangat pelan, bahkan hampir tak terdengar karena tersamarkan oleh suara gemuruh live music dari lantai bawah.
Pria itu melirik sesaat, lalu meneguk minumannya hingga habis.
Roy, Kevin dan James yang mengerti dengan situasi ini, segera bangkit dari posisinya, mengajak para wanita penghibur itu untuk segera keluar dari sana.
Ara yang nampak merasa lega, ketika melihat semua wanita penghibur itu sudah pergi, mengulas senyum tipisnya. Setidaknya … ia bisa cukup leluasa berbicara dengan pria penolongnya, tanpa harus di tatap rendah oleh para wanita itu.
"Kau tak perlu menggantinya," jawab Atthala masih dengan suara datarnya.
"Tapi aku tidak bisa menerimanya begitu saja, Tuan. Aku tidak bisa berhutang pada siapapun karena …." Gadis itu terdiam sesaat, dengan kepala menunduk. Sedangkan Atthala, menatap gadis di hadapannya itu, menunggu dia meneruskan ucapannya.
"… karena beban hidupku sudah sangat berat," lanjutnya dengan suara yang sangat pelan namun masih bisa terdengar oleh Atthala.
"Aku hanya ingin menebus kesalahanku kemarin, yang membuat kakimu terluka seperti itu. Kita impas," jawab Atthala.
Ara menatap kakinya yang terluka, lalu kembali melihat pada Atthala.
"Kakiku tak semahal itu, Tuan."
Mendengar jawaban wanita di hadapannya, membuat Atthala seketika berdecak kesal.
"Dasar gadis merepotkan!" gumamnya.
Atthala menatap tajam pada Ara dengan pandangan menerawang, seakan tengah memikirkan sesuatu, hingga seulas senyumnya tersungging dari sudut bibirnya.
"Bagaimana … jika kau bayar dengan tubuhmu?" tanya Atthala memberikan penawaran.
Mata Ara seketika membelalak, terkejut, hingga wanita itu berjalan mundur beberapa langkah.
"Aku tak akan membiarkan siapapun menyentuh tubuhku!" jawab Ara sembari menyilangkan kedua tangannya di atas d**a.
Dengan gerakan tiba-tiba, pria itu bangkit dari posisinya, lalu berjalan mendekati Ara yang tengah berjalan tertatih.
Gadis itu meringis kesakitan, ketika tubuhnya menabrak dinding kaca, hingga dirinya berhasil terkungkung oleh Atthala.
"Bukankah … kau ingin membayarnya? Bayarlah dengan tubuhmu," ujar Atthala berusaha menggodanya dengan cara mengintimidasi.
Ara yang ketakutan, seketika menutup matanya dengan napasnya memburu. Kedua tangan yang berada di atas bahunya, meremas dengan erat, berusaha menutupi tubuh bagian depannya.
"Aku … t-tidak ingin membayarnya dengan tubuhku, Tuan. A-aku akan membayarnya dengan cara lain,” jawab Ara, terbata-bata.
Atthala menurunkan kedua tangannya yang mengkungkung tubuh Ara, lalu mendekatkan wajahnya pada wanita itu.
"Aku akan memberimu waktu satu minggu untuk mengembalikan lima ratus ribu dollar itu. Jika kau tak dapat mengembalikannya dalam jangka waktu yang aku berikan, kau harus menyerahkan tubuhmu padaku," bisik Atthala dengan penuh penekanan.
***