bc

Dalam Dekap Asing

book_age18+
2
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
heir/heiress
drama
bxg
campus
like
intro-logo
Blurb

Jangan bermain dengan pecahan kaca atau kau akan terluka

chap-preview
Free preview
Kucing Berbulu Awan
Suara kampas rem berdecit nyaring karena terinjak dalam secara tiba-tiba beradu dengan aspal yang tergilas roda sebuah mobil mewah, seorang laki-laki yang duduk di samping kursi kemudi dan seorang laki yang duduk di kursi belakang kompak sedikit terhuyung ke depan dan kompak juga menatap sang juru kemudi yang entah mengapa berhenti mendadak. "Ada apa Pak?" tanya lelaki yang duduk di samping kemudi, sedari tadi kedua matanya awas membingkai agenda kerja yang terpampang di layar ponselnya hingga dia tidak melihat apa hal yang menjadi penyebab laki-laki paruh baya yang duduk di sebelahnya menghentikan mobil yang sedang ia kendarai secara tiba-tiba. Jelas terkejut karena selama hampir lima tahun bekerja sama laki-laki itu tahu betul sang juru kemudi adalah seorang yang selalu berhati-hati dalam bertindak. "Tadi ada kucing tiba-tiba lari Mas, enggak tau ketabrak atau nggak," jawab sang juru kemudi yang jelas terlihat panik, sama seperti seorang gadis yang merasa panik memikirkan nasib sang kucing tapi tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang. Sang juru kemudi keluar dari mobil untuk memastikan nasib kucing berbulu putih nan lebat yang terlihat seperti buntalan awan itu, laki-laki yang sedari awal keberangkatan duduk di sebelahnya pun ikut keluar terdorong rasa penasaran yang sama meninggalkan seorang laki-laki gagah yang duduk dalam diam di kursi belakang, alih-alih penasaran dengan nasib kucing itu dia lebih tertarik memperhatikan wajah seorang gadis yang terlihat di layar iPad nya. "Duhh, dia nggak apa-apa kan?" Meskipun gumaman itu lirih nyaris tanpa suara tapi tatapan mata itu menggambarkan sebuah kekhawatiran yang begitu besar. Namun, untuk saat ini rasa khawatir itu harus dia pendam dalam-dalam karena ada rasa lain yang terasa lebih besar mendominasi, gadis itu masuk begitu saja ke dalam sebuah mobil asing yang pengendaranya sedang berusaha menangkap seekor kucing berbulu putih yang sedang bersembunyi ketakutan di kolong mobilnya. Kehadirannya yang tiba-tiba dan jelas terasa tidak beradab tentu saja membuat seseorang yang ada di dalam mobil begitu terkejut, menatapnya dengan kedua mata membola sempurna. "Siapa kamu? Kenapa masuk mobil tanpa ijin begitu?" Suara berat khas seorang laki-laki dewasa membuat jantung gadis itu terasa mencelos. "Duuuhh ... Ternyata ada orang, aku pikir mereka semua keluar," ucap lirih sang gadis yang bertingkah begitu aneh, keanehannya bukan hanya karena dia memasuki mobil orang asing tanpa ijin tapi juga karena dia bergelagat seperti seseorang yang sedang berusaha menyembunyikan dirinya. "Om, tolongin aku ya? Aku numpang sampe depan kompleks ya," jawab gadis cantik itu dengan raut wajah memelas membuat laki-laki yang menatapnya mengerutkan kening seperti seorang yang sedang berusaha meyakinkan diri tentang sesuatu. "Kenapa aku harus nolongin kamu?" Dengan begitu enteng laki-laki itu melemparkan sebuah pertanyaan, gadis itu terdiam tampak memikirkan sebuah jawaban. "Aku mau dijahatin, Om. Aku mau di perkosa," jawab gadis itu, berat terucap, jelas itu adalah sebuah beban entah apa yang menjadi alasan. Laki-laki bermata tajam itu semakin lekat menatap dan gadis itu memasang wajah semakin memelas, jelas alasan yang terucap bukan sesuatu yang mudah untuk dipercaya mana mungkin ada seseorang yang akan melakukan sebuah kejahatan seperti itu di tempat mereka berada sekarang. Tidak ada lagi kata yang terucap, laki-laki berambut hitam legam itu terdiam membiarkan gadis itu menundukkan badan rampingnya berusaha menyembunyikan diri ketika seorang mendekat. Laki-laki penghuni kursi belakang itu menatap kearah lain, menatap sang juru kemudi mobil mewahnya yang sedang membopong seekor kucing berbulu awan dan menyerahkannya pada security rumah mewah di mana di depan pagarnya mobil mereka berhenti mendadak tadi. Gadis cantik yang terdiam sambil ngintip ke arah mereka menghembuskan nafas lega lalu sedikit dikejutkan suara pintu mobil tertutup kembali setelah sesaat terbuka, sama terkejutnya seperti laki-laki yang baru saja kembali memasuki mobil tapi detik kemudian raut wajahnya kembali netral gadis cantik itu menatap laki-laki yang duduk di sebelahnya, sedikit mengulum senyum setelah mengetahui laki-laki itu usai memberi isyarat pada rekannya untuk diam. Sang juru kemudi kembali, tentu saja tanpa seekor kucing yang tadi ia bopong karena kini kucing itu sudah beralih ke dalam gendongan sang security rumah mewah yang tampak bak istana raja itu. "Kita langsung pulang Pak Semua urusan kita udah selesai," kata laki-laki yang duduk di samping seorang gadis yang hanya bisa diam tampak sedang berusaha menyembunyikan diri itu. gadis itu merasa jika dia adalah bosnya, dari perangainya ia terlihat seperti bos-bos mafia dalam film-film atau n****+-n****+ yang biasa ia baca. Sang juru kemudi hanya menganggukkan kepala lalu kembali duduk di kursinya tanpa sedikitpun menanyakan tentang penumpang baru yang ada di belakang walaupun jelas wajahnya menggambarkan rasa penasaran, laki-laki itu langsung kembali menginjak pedal gas dan mengemudikan mobil itu dengan tenang seperti tidak pernah terjadi apapun ia cukup lega karena seekor kucing yang mengganggu perjalanan mereka nyatanya selamat dan dalam keadaan baik-baik saja. Laki-laki tampan yang ada di belakang hanya menggunakan ekor matanya untuk melirik seorang gadis yang duduk di sebelahnya gadis itu tampak menatap ke belakang seperti sedang berusaha memastikan sesuatu lalu kembali berusaha menenangkan diri dengan duduk lebih tegap dan jelas menjaga jarak dengan laki-laki di sebelahnya. Karena terlalu tenang suasana di dalam mobil itu malah terasa mencekam tidak ada pembicaraan sama sekali antara ketiga laki-laki itu dan tiba-tiba saja sebuah pikiran buruk terbersit di benak gadis cantik itu apalagi saat mobil yang ia tumpangi tetap melaju meski sudah melewati gerbang komplek perumahan mewah di mana mereka berada. "Eh, Pak, Pak berhenti, Aku cuma mau numpang sampai depan kompleks," ucap gadis itu spontan membuat laki-laki yang duduk di sebelahnya menoleh dan menatapnya, tapi ekspresi laki-laki itu sama sekali tidak berubah tetap terlihat tenang bahkan terkesan dingin dan menyeramkan. Gadis cantik itu terlihat semakin gusar karena sang juru kemudi sama sekali tidak menghentikan mobilnya walaupun sudah jelas-jelas ia meminta tolong untuk diturunkan di depan gerbang kompleks perumahan mewah elit itu, gadis itu menatap keluar dan menyadari terbang kompleks perumahan semakin tertinggal jauh. "Beliau nggak akan menuruti permintaan siapapun saya permintaanku." Apa yang laki-laki tampan itu katakan membuat gadis cantik itu langsung menatapnya. "Ya udah kalau gitu tolong suruh sopir Om berhenti, Aku kan tadi udah bilang sama Om kalau aku cuma mau numpang sampai depan komplek aja," ucap gadis itu sambil menatap laki-laki yang duduk di sebelahnya tapi ekspresi wajah laki-laki itu sama sekali tidak berubah dan tidak ada satu kata pun yang dia ucapkan satu-satunya hal yang laki-laki itu lakukan hanya mengangkat tangan membuat lengan jas yang dia gunakan sedikit tersingkap dan jam tangan mahal yang ia kenakan terlihat. "Sekarang udah malam, tadi kamu bilang kalau kamu mau dijahatin sama orang terus kalau kamu turun di depan kompleks dan orang itu nemuin kamu gimana?" Tanya laki-laki itu dengan begitu santai sambil menatap ringan gadis yang duduk di sebelahnya gadis itu terdiam tampak sedang memikirkan sesuatu lalu beningnya sedikit mengerut ketika sebuah pikiran buruk justru terbersit dibenaknya. "Tapi kalau ternyata Om Om ini juga orang jahat gimana?" Gumam gadis itu membuat kedua laki-laki yang duduk di depan menahan tawa sementara laki-laki yang duduk di sebelahnya mendelik tidak terima membuat gadis itu semakin merasakan nyalinya menciut seketika. "Kalau begitu itu salah kamu karena udah masuk mobil Om tanpa izin." Gadis cantik itu terdiam mendengar apa yang laki-laki di sebelahnya katakan, "Pak, tolong berhenti kita biarkan dia turun." Mobil mewah itu berhenti seperti perintah sang tuan besar tetapi gadis cantik itu malah terdiam memikirkan sesuatu, ia teringat tidak membawa apapun saat ini termasuk uang atau pun alat telekomunikasi yang bisa membantu dirinya saat ini. "Aku nggak jadi turun di sini, Aku mau ikut om aja. Aku yakin kalau om-om ini bukan orang jahat, aku lebih takut ketemu sama orang jahat yang di sana," ucap gadis itu sambil melirik laki-laki yang duduk di sebelah dan menatap pada kedua laki-laki yang duduk di depan yang saat ini juga sedang menatapnya entah mengapa di dalam hati gadis itu terdapat suatu keyakinan jika mereka bertiga memang bukan orang jahat. Mobil mewah itu kembali melaju setelah sang juru kemudi menatap isyarat yang Tuan besarnya berikan. "Nama kamu siapa?" Tanya laki-laki tampan itu, terdengar penuh wibawa dan tanpa sedikitpun terasa kelembutan di nada bicara. "Cerry, namaku Cherry," jawab gadis cantik itu begitu cepat membuat laki-laki tampan yang duduk di sebelahnya mengernyit aneh mendengar nama yang baru saja gadis itu sebutkan. "Nama kamu Cherry?" Tanya laki-laki tampan itu memastikan dan keningnya lebih mengerut aneh ketika melihat gadis yang duduk di sebelahnya menganggukkan kepala. "Nama kamu aneh banget," gumam laki-laki itu. "Biarin aneh, mamaku ngidam buah Cherry waktu lagi hamil aku makanya aku dikasih sama Cherry," ucap gadis cantik itu ringan terlihat sedikit kesal karena laki-laki yang duduk di sebelahnya terkesan meledek namanya sementara kedua laki-laki yang duduk di depan hanya diam menahan tawa. Suasana di dalam mobil itu kembali hening ketika tidak ada pembicaraan di antara mereka berempat sampai sang juru kemudian memasuki sebuah rumah mewah berpagar tinggi yang baru saja dibukakan oleh dua orang security, gadis cantik itu sedikit tercengang melihat ke sekitar. "Ini rumah om?" Pertanyaan gadis cantik itu hanya dijawab dengan sebuah dehaman oleh laki-laki yang duduk di sebelah. Pintu belakang mobil mewah itu terbuka dalam waktu yang bersamaan, setelah sang juru kemudian dan laki-laki yang duduk di sebelahnya membukanya, gadis cantik itu keluar dan kembali menyisir keadaan sekitar. Sepi, hanya ada halaman luas yang dibingkai oleh pagar tinggi dan sebuah rumah mewah dengan pilar-pilar yang menjulang terdapat di tengahnya. "Om kok bisa kaya raya banget? Emang bisnis Om apa?" tanya gadis cantik itu dengan polosnya. "Human trafficking, bentar lagi kamu bakal jadi salah satu korbannya," jawab laki-laki itu dengan begitu ringan santai seperti langkahnya meninggalkan tempat Mereka berdiri sekarang, gadis cantik itu hanya mencibirkan bibirnya lalu mengikuti langkah-langkah itu tanpa sedikitpun merasa gentar mendengar apa yang laki-laki itu katakan. "Kamu nggak takut?" Tanya lelaki yang sedari tadi duduk di samping kursi kemudi sementara sang juru kemudi langsung membawa mobil yang ia kendarai pergi dari depan rumah mewah itu. Mereka bertiga berjalan menuju tangga teras yang diapit oleh taman indah dengan berbagai jenis bonsai Cemara berbagai bentuk, sebuah hobi berkelas dan mahal yang tidak aneh terlihat di rumah semewah itu. "Nggak, soalnya aku nggak percaya. Mana ada penjahat yang mau mengakui kalau dirinya jahat, kalau om-om ini beneran jahat Om pasti bakalan pura-pura baik," jawab gadis itu membuat kedua laki-laki yang berjalan di depannya saling pandang lalu menoleh ke belakang menatap gadis cantik bertubuh mungil itu. "Oh iya nama Om siapa? Curang banget deh Om udah tanya nama aku tapi aku belum tau nama Om," tanya gadis yang berdiri satu anak tangga di bawah kedua laki-laki yang berdiri bersebelahan. "Kamu bisa panggil aku Om Galih, kalau driver kita tadi namanya pak Agus," kata laki-laki yang tadi duduk di samping sopir yang ternyata bernama Pak Agus, gadis cantik itu mengangguk sambil tersenyum manis lalu menatap laki-laki tampan yang tadi duduk di sebelahnya. "Ficus," ucap laki-laki tampan itu menyebut namanya, gadis cantik itu mengerutkan kening persis seperti ekspresi laki-laki itu ketika mendengar gadis cantik itu menyebut namanya tadi, "Ficus Benjamin." "Ficus Benjamin? Nama Om juga aneh banget," gumam gadis cantik itu, Johan hanya mengulum senyum mendengarnya sementara laki-laki yang menyebut Ficus sebagai namanya hanya memasang wajah datar lalu meneruskan langkah diikuti oleh laki-laki yang berdiri di sebelahnya. "Biarin aneh, dulu Om lahir di bawah pohon beringin jadi dikasih nama Ficus Benjamin."

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook