Harvey bergeliat enggan. Cahaya yang masuk ke sela gordennya mulai mengusik tapi ia tak peduli. Matanya terasa berat karena kantuk. Entah jam berapa ia tertidur tapi yang jelas, kepalanya pening. Mungkin terlalu banyak menangis sama seperti masa lalu; jatuh tertidur tanpa sadar. Begitu bangun, kepala terasa berat dan mata bengkak. Tapi Harvey tak bisa lagi memejamkan mata. suara berisik di luar sudah mengganggu dan mengusir kantuknya. Ia mengerjap demi memfokuskan pandangan pada jam yang ada di dinding kamarnya. “Jam sepuluh rupanya.” Harvey yang masih enggan untuk bangun pun, kembali menyelimuti dirinya. Suara-suara itu semakin jelas terdengar. Sebagian suara didominasi oleh suara yang Harvey kenali; Ursula. Harvey mendengar banyak protes dari gadis berambut merah itu. terutama mengena