"Zi ...!" Restu membantah tapi segera aku menyelanya. Biarkan saja di sini aku akan selalu menjadi wanita paling menyebalkan. "Tidak ada penawaran lagi untukmu." ucapku tegas tak terbantahkan. Restu menghela napas. Lelaki itu pun pada akhirnya menyerah dan mengangguk. "Oke. Terserah kau saja," ujarnya. Gladis tak berani ambil suara dan hanya diam saja. Aku menuruni anak tangga disusul oleh mereka berdua. Di sebelah ruang tamu persis di belakang tangga ada dua buah kamar. Aku menunjuk salah satunya. "Aku pakai kamar ini saja," ucapku. Tak ada penolakan dari Restu. "Baiklah. Aku mengalah. Kita bertiga akan tidur di kamar sendiri-sendiri." Restu memutuskan meski aku tahu dia berat mengatakan itu. Tapi inilah yang aku inginkan. Menang satu langkah darinya. "Itu baru yang dinamakan adil.