Setelah Restu tak terlihat lagi olehku, dengan masih menggerutu aku membuka kotak stereo foam yang berisi makanan yang Restu bawa tadi. Harum masakan menggelitik indera penciumanku. Sebenarnya aku tak seberapa lapar karena pada saat Restu dan Gladis pergi ke luar tadi aku sudah menghabiskan satu tangkup roti tawar dengan isi selai coklat Nutela huzelnat ditambah satu gelas s**u UHT low fat. Lumayan dapat mengganjal perutku yang sejak tadi memang sudah keroncongan. Sekarang, demi melihat lezatnya makanan yang menggugah selera, kembali membuat perutku berteriak minta diisi. Sebagai orang Indonesia, jika belum makan nasi serasa belum makan apa-apa. Beruntung aku memiliki badan yang kurus. Sebanyak apa pun makanan yang aku lahap, nyatanya berat badan juga masih stabil. Padahal aku ini jenis