PART 1 - Melawan Gelap

1976 Words
Anna merasa pipinya memanas, dengan tangan bergetar, perempuan itu memegang wajahnya sambil melihat perempuan paruh baya di depannya dengan pedih. "Kalau bukan kau yang sok jual mahal kepada Leon, kalian sudah menikah sejak lama. Apa sebenarnya yang kau tunggu, Anna? Leon - laki-laki sempurna itu – bisa jatuh cinta padamu adalah keberuntungan. Sampai mati pun, kau tidak akan mendapatkan kesempatan lagi untuk menikah dengan anak keluarga terkaya di negara ini," kata Maharani dengan wajah berang. Anna menegakkan tubuhnya, mengeraskan wajahnya, hal yang selalu ia lakukan ketika bertemu dengan perempuan yang melahirkannya. Kadang Anna berpikir kenapa ia terlahir dari rahim perempuan itu. Kalau saja, kalau saja takdir bersikap lebih baik padanya, ia tidak akan melalui semua ini jika ia tidak lahir dari perempuan itu. Bahkan Anna lebih berharap ia tidak dilahirkan. "Jangan pernah menamparku sekali lagi. Hubunganku dan Leon bukan urusanmu. Kalau pun aku tidak menikah dengan Leon, itu bukan urusanmu," ucap Anna kaku. Maharani menampar Anna sekali lagi. Kali ini, perempuan paruh baya itu tidak menahan kekuatannya. Wajah Anna tersentak dengan kuat ke samping hingga tubuhnya menabrak dinding. Dengan air mata yang sudah jatuh di pipinya, Anna membalas tamparan itu. Untuk sekali saja, dia ingin membalas apa yang seharusnya seorang ibu tidak lakukan pada anaknya. Seumur hidupnya, ia telah menerima banyak tamparan dari ibunya. Dan tak sekali pun Anna membalas, karena ia tahu tamparannya akan membuat ibunya semakin marah. Tapi kali ini, Anna tidak bisa menahannya. "Berani-beraninya kau menamparku, dasar anak tidak tahu diri! Kau sudah lupa siapa yang melahirkanmu? Jika saja aku tidak mengenalkanmu pada Leon dulu, sekarang kau hanya akan menjadi p*****r, Anna. Hidupmu tidak akan seperti ini. Kau tidak akan menjadi penulis terkenal seperti ini. Dan sekarang kau berani menamparku? Kau berani menamparku?" Anna tertawa kosong, lalu menatap Maharani dengan tajam, "Aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini. Aku bukan lagi Annastasia, gadis kecil yang selalu mengikuti perkataanmu lagi. Jadi jangan pernah menyuruhku untuk melakukan apapun untuk kepentinganmu. " Anna mengambil tasnya yang tergeletak di lantai toilet, lalu merapikan sanggul rambutnya dan mengusap air matanya. "Jangan samakan aku denganmu, Ibu. Jika kau malu dengan dengan dirimu yang dulu, jangan melampiaskannya padaku. Karena aku bukan p*****r sepertimu. Kita berbeda dan aku tidak akan menjadi sepertimu." Seluruh tubuhnya melemas ketika Anna keluar toilet, dengan tergesa-gesa, Anna mengisi paru-parunya dengan udara. Perempuan itu berjalan melewati lorong yang panjang menuju ruangan di pojok. Suara langkah kakinya bergema di telinganya. Anna melihat pintu kayu di depannya dengan mata kabur, ia mengerjapkan penglihatannya berkali-kali, menarik napas beberapa kali sebelum membuka pintu itu dan tersenyum lebar. "Maaf, aku keluar begitu lama," ucapnya dengan senyum palsunya. Leon membalas senyum Anna dengan lebar, "Apa ada masalah, An? Dimana ibumu?" tanya laki-laki itu dengan wajah khawatir. "Ibuku masih di toilet. Sebentar lagi pasti akan kembali." Anna melirik dua orang di depannya dengan hati-hati. Mereka membalas tatapan Anna dengan ketus. Anna tersenyum menutupi kegugupannya. Dia sudah terbiasa menerima segala penolakan dari orang tua Leon. Seberapa pun Anna berusaha menyamai status mereka, Anna hanyalah anak seorang p*****r bagi mereka berdua. Anna mengerti dan dia tidak pernah meminta orang tua Leon untuk bersikap baik dengannya. "Mami sudah dengar? Buku Anna yang baru terbit memenangkan penghargaan buku anak terpopuler di Inggris. Buku Anna akan diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Bukankah lusa kau diundang presiden untuk menerima penghargaan di istana negara juga, An?" Leon melihat Anna dengan mata bersinar bangga, setelah menerima anggukan singkat dari Anna, laki-laki itu kembali berkata, "Aku sudah tahu dari awal kalau bukumu yang ini akan meledak. Aku tidak pernah salah dengan penilaianku, Anna. Kau adalah penulis terhebat di negara ini." Perempuan itu tersenyum simpul mendengar perkataan Leon. Nyatanya, laki-laki itu salah menilainya. Anna bahkan berpikir Leon tidak pernah menilainya dengan benar. Laki-laki itu hanya percaya apa yang ia lihat. Leon hanya percaya apa yang ada di hadapannya. Makanya mudah sekali bagi Anna untuk membohongi laki-laki itu – selama lebih dari delapan tahun – bahwa Anna mencintainya. Anna hanya mengatakannya sekali delapan tahun yang lalu bahwa ia mencintai Leon dan laki-laki itu terus mempercayainya. Tanpa pernah bertanya lagi pada Anna tentang perasaannya. Selamanya, laki-laki itu akan percaya bahwa Anna mencintainya dan kadang, Anna merasa membenci keluguan Leon. Tidak ada rasa bersalah dalam diri Anna pada laki-laki itu. Sejak dulu, ia tidak pernah merasa kasihan kepada anak yang terlahir dengan keberuntungan. Seperti Leon, laki-laki yang terlahir dengan segala kebaikan, keluarga kaya, wajah tampan, dan semua orang yang menghormati laki-laki itu. Kebohongan Anna hanya akan memberikan satu titik noda di kehidupannya yang penuh hal-hal baik dan jika Anna memilih untuk meninggalkan laki-laki itu, Anna tidak akan menyesal sama-sekali. "Kau terlalu berlebihan, Leon. Kau membuat Ibu dan Ayah tidak nyaman," ucap Anna yang langsung mendapat balasan tatapan tak suka dari orang tua Leon. Tepat ketika makanan datang, Maharani masuk ke ruangan restoran itu. Anna hanya meliriknya sekilas. Yang Leon tahu, ia dan ibunya berhubungan baik, maka Anna akan melakukan seperti yang laki-laki itu bayangkan. Meskipun Anna harus menahan rasa tidak nyaman berada dekat dengan ibunya sendiri. Leon mengenal Anna sebagai perempuan yang baik dan patuh, maka Anna dengan senang hati akan menunjukkan betapa ia patuh kepada orang tuanya. Membuat fantasi laki-laki itu akan dirinya terasa nyata, karena Leon adalah salah-satu penyokongnya. Anna tidak akan ada di tempatnya sekarang tanpa bantuan laki-laki itu. "Sekarang kau sudah berani membuat kami menunggu," sindir Agatha, ibu Leon. Anna tahu Agatha menyindir Maharani, tapi tampaknya muka ibunya begitu tebal. Dengan senyum lebar, seolah tidak mendengar kata-kata Agatha, Maharani duduk di samping Anna, merapikan anak rambut Anna yang keluar dari sanggulan seperti perempuan itu sangat peduli dengannya. Anna rasanya ingin muntah jika saja ia tidak berada di depan keluarga Leon. Bagaimana pun, Anna berhasil membodohi Leon dengan sempurna selama delapan tahun karena ia banyak belajar dari ibunya untuk menjadi seorang penjilat. "Siapa yang menyangka, kau dulu seorang pembantu di rumahku dan sekarang kau duduk di depanku - di meja yang sama denganku - sebagai ibu dari kekasih anakku. Aku sungguh tak bisa percaya apa yang terjadi sekarang," ucap Agatha kemudian. Anna menyenggol lengan Maharani, melarangnya membalas perkataan Agatha, tapi perempuan paruh baya itu tidak pernah membiarkan seseorang bisa menghinanya tanpa sebuah balasan. "Itu benar sekali. Dulu aku memanggilmu Nyonya Besar, sekarang aku bisa memanggil namamu dengan bebas. Kita akan pergi arisan bersama, ke pesta bersama, dan kita akan memiliki cucu yang sama. Itu membuatku sangat bahagia, karena sepertinya kita bisa menjadi besan yang baik." Agatha melirik tajam Maharani, mereka terlihat saling menatap dengan tegang beberapa saat sebelum Leon tertawa kecil. Laki-laki itu tahu Agatha dan Maharani tidak bisa akur bersama, tapi Leon selalu menganggap itu bukan masalah besar. Laki-laki itu dengan pikiran baiknya berkata pada Anna bahwa ibunya akan berubah suatu saat nanti. Agatha hanya tersenyum kecut, tak tahu kenapa bisa Leon tak mengenal ibunya dengan benar. Ibunya tidak akan berubah, bahkan Anna tak yakin Agatha akan mengizinkan Leon menikahinya. Perempuan itu masih diam kepadanya selama ini karena Leon tidak pernah membicarakan pernikahan di hadapan orang tuanya, tapi Anna tahu Agatha akan melarang Leon menemuinya jika laki-laki itu berkata akan menikahinya. Karena meskipun ia seorang penulis paling terkenal di negara ini. Meskipun namanya sudah terkenal dimana-mana. Meskipun Anna bukan seseorang yang memalukan untuk dipamerkan kepada rekan-rekan bisnisnya, tapi Anna tahu, Agatha masih terlalu takut dengan masa lalu Anna. Perempuan tak keberatan dengan diri Anna sekarang, tapi Agatha takut suatu saat nanti, ada berita yang menyertakan namanya, bahwa menantu keluarga Varagan ternyata adalah anak seorang p*****r. Resiko menerima Anna terlalu tinggi dan Anna tahu itu lebih daripada Leon. "Bisakah Mami bersikap baik kepada Tante Maharani? Mami tak biasanya berkata tidak sopan seperti sekarang." Satu hal yang Anna tahu, Agatha tidak bisa menolak Leon langsung di depannya. Leon sejak dulu terlahir lemah, ia mempunyai penyakit jantung keturunan dari kakeknya sehingga ia tidak boleh merasa tertekan ataupun stres berat. Itulah kenapa orang tua Leon tak bisa menolak permintaan anaknya itu. Jika nanti Leon memberitahu orang tuanya bahwa ia ingin menikahinya, Anna tahu orang tua Leon akan tersenyum dengan anggukan pelan, sambil menatap tajam pada Anna. Mereka tidak akan bisa menolak Leon. Dan sebagai gantinya, mungkin mereka akan menemui Agatha di belakang, menyuruhnya meninggalkan Leon dengan iming-iming segepok uang. Mungkin saja orang tua Leon akan menjebaknya dengan laki-laki lain dan membuat Leon salah paham. Atau, meskipun ini pilihan terakhir, Anna sempat berpikir orang tua Leon akan menyewa pembunuh bayaran untuk menculiknya dan menguburkannya di suatu tempat. Anna yang tahu lebih daripada siapapun, bahwa orang tua Leon mampu melakukan hal keji itu. Anna mendekati keluarga itu bukan tanpa persiapan, ia punya banyak mata, dan ia sudah mengumpulkan banyak bukti korupsi, pembunuhan, dan kasus suap yang orang tua Leon lakukan untuk kepentingan perusahaan. Di mana Leon - CEO Varagan Media Group - tidak tahu apapun tentang yang terjadi di belakang perusahaan yang ia pimpin. Kali ini, Armand - ayah Leon - yang berkata dengan suara beratnya yang lirih, "Kalau begitu, tolong sampaikan salamku pada presiden besok, Anna," ucapnya, tak lupa dengan senyum simpul. Kalau ruangan itu adalah ajang untuk bersandiwara, maka Anna akan menjadi pemenangnya dan pemenang keduanya pastilah pria tua itu. Armand tak banyak bicara, selama acara makan malam kedua keluarga ini, pria tua itu hanya melirik istrinya dengan kekesalan yang ditahan. Pria itu menganggap Agatha terlalu bodoh untuk diajak bekerja sama. Istrinya terlalu meledak-ledak dibandingkan dirinya yang tenang dan bisa berpikir dari segala arah. Ketenangan yang membuat Anna sedikit merinding, karena Anna tahu pria itu yang merencanakan segala kejahatan tersembunyi di Varagan Media Group. Otak dari keluarga Varagan, tentu saja Armand. "Tentu saja, Ayah," jawab Anna dengan senyum sopan. Anna tahu Armand tidak suka dengan panggilan Ayah dari Anna, tapi pria itu tak pernah menghardik Anna secara langsung. Berbeda dengan Agatha yang langsung membentak Anna dua tahun yang lalu, awal dimana Anna berani memanggil mereka Ayah dan Ibu. "Ayah, Mami, Tante Maharani. Aku mengumpulkan kalian di sini untuk memberitahu bahwa aku dan Anna akan bertunangan. Kami sudah memikirkannya dari lama. Kami sudah menjalin cukup lama dan sekarangnya kami melangkah ke jenjang yang lebih tinggi." Wajah kedua orang tua Leon mengeras, lalu beberapa detik kemudian, seutas senyum melengkung dengan kaku di wajah mereka. Anna melirik ibunya di sampingnya yang berusaha menutupi senyum lebarnya dengan gelas minuman. Mungkin, ibunya yang paling bahagia dengan kabar itu. "Mendadak sekali. Ibu tidak menduga kau mengajak kami makan malam untuk mengatakan ini. Kalian sudah memikirkan ini dengan matang?" Suara Agatha dibuat serendah mungkin seakan ia sangat peduli dengan berita ini. "Leon? Bukankah kau berkata ingin fokus ke perusahaan dulu?" "Sayang, kau tidak boleh menanyakan itu saat mendengar kabar gembira seperti ini. Bukankah ini keinginan kita semua? Melihat Leon menikah secepat mungkin. Tentu saja kami akan mendukung hubungan kalian, Leon." Armand menatap Anna dengan senyum kaku yang agak menakutkan. "Tentu saja kami akan menerima Anna." Pertemuan itu diakhiri dengan seluruh keluarga yang menyetujui rencana pertunangan mereka yang akan dilakukan satu bulan lagi. Menurut Agatha , itu terlalu cepat, tapi Maharani mampu menentang Agatha dengan kata-kata lembut yang menyakinkan. Akhirnya Leon tetap dengan keputusannya, mereka akan bertunangan satu bulan lagi. "Sudah kubilang orang tuaku akan senang dengan pertunangan kita. Kau terlalu memikirkan hal yang tidak penting, Anna," ucap Leon saat mengantarkan Anna ke apartemennya. Anna menyandarkan kepalanya ke jendela, melihat jalanan gelap di luar kaca. "Aku takut orang tuamu menolakku." "Kita sudah menjalin hubungan selama delapan tahun. Orang tuaku tidak mungkin menolakmu setelah apa yang kita lalui bersama." Benar. Mereka sudah bersama selama delapan tahun. Berapa puluh tahun lagi tidak akan ada bedanya bagi Anna. Hidupnya akan terus seperti ini, menerbitkan beberapa buku lagi sebelum pensiun, membohongi Leon dengan manis, berusaha menjadi menantu yang baik bagi keluarga Varagan, dan berpura-pura bersikap baik pada ibunya. Anna pikir, rutinitasnya selama ini tidak begitu buruk. Anna bisa melakukan itu dengan mudah. Buktinya, ia bisa melakukan itu selama delapan tahun ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD