Yana meletakkan tas di meja, lalu merebahkan diri di sofa panjang. Ia menyalakan tv, sekedar untuk menghibur kepalanya yang seperti mau pecah. Masalah sungguh datang di saat yang tidak tepat. Yana membuang napas berat. Obrolan dengan Viona tadi kembali terbayang di kepalanya. "Yana udah hamil?" "Hah?" Viona tersenyum. "Jangan tunda kehamilan, ya. Mungkin seorang istri nggak langsung siap untuk jadi seorang ibu. Tapi kehadiran seorang anak adalah pelengkap seorang wanita bisa disebut sebagai wanita. Mami nggak sabar deh pengen lihat anak Yana. Mami yakin pasti cantik.." Yana lantas tersenyum. "Doain ya, mi.." "Anak ya??" Yana tersenyum. Meski penat, tapi sedikitnya otaknya fresh saat mengingat ada makhluk mungil yang menggeliat dalam pangkuannya. Ponsel Yana berdering. Begitu me