14. Kekuatan Alice

1705 Words
Slast Slast Slast Slast Slast Lima sumpit kayu dengan cepat melesat menuju Alice. Alice sangat terkejut dengan serangan tiba-tiba Arick itu melebarkan matanya, saat sumpit-sumpit itu sudah 1 cm di depan wajahnya. Dengan gerakan cepat seperti saat dia berlari tadi Alice pun memiringkan wajahnya ke kanan. Tuk.. Tuk.. Tuk.. Tuk.. Tuk.. Sumpit-sumpit itu pun menabrak pintu dan terjatuh ke lantai. Tidak sampai disana, Alice pun kembali terkejut ketika ditangan Arick memegang kumpulan sumpit yang tak terhitung jumlahnya. Secepat kilat pun kumpulan sumpit ditangan Arick berterbangan ke udara menuju Alice. Kali ini sumpit-sumpit itu bukan menuju wajahanya saja, tetapi keseluruh tubuhnya. Alice pun kembali berpindah tempat untuk menghindari serangan sumpit-sumpit itu. Kali ini Alice selamat dan sumpit-sumpit itu kembali terjatuh disampingnya.  Entah sumpit dari mana lagi, kini ditangan Arick sudah penuh kembali dengan sumpit. Sumpit-sumpit itu pun kembali melayang menuju Alice. Sayangnya kali ini Arick sudah bisa membaca gerakan Alice, saat Alice menghindar Arick sudah melayangkan sumpit-sumpitnya lagi kearah kaki Alice. Bruuk “Auuu” ringis Alice kesakitan dan terjatuh saat sumpit-sumpit yang Arick arahkan ke kaki Alice tepat mengenainya. Alice pun mengusap kedua kakinya yang terkena serangan sumpit-sumpit itu. Karena Alice mengenakan rok selutut, sehingga kaki dibawah lututnya langsung memerah karena terkena sumpit-sumpit itu. “Saya tidak suka dengan pelayan yang sombong” ucap Arick dingin, lalu melangkah keluar tanpa menghiraukan Alice yang kesakitan. “Akkh. Sial. Dasar pria tidak berprasaan” racau Alice kesal saat Arick sudah keluar melewati pintu. “Saya memang tidak punya perasaan, apalagi dengan pelayan yang suka menyombongkan dirinya sepertimu” terdengar suara datar Arick. Alice terkejut dan menatap ke jendela yang tepat berada di samping dia terjatuh. “Cepat bangun, jangan karena kesombonganmu itu, pekerjaan saya jadi terbengkalai” ucap Arick. Tanpa menjawab Alice berusaha berdiri. Kedua kakinya begitu terasa sakit dan perih sekali, karena lemparan sumpit itu sangat kencang mengenai kakinya. Alice menarik nafas dan kini dia sudah bisa berdiri tegak. Alice pun berpegangan pada dinding dan melangkah dengan pelan menahan rasa sakitnya. “Alice, biar aku bantu” tawar Yuqi yang sudah berada disamping Alice. “Terima kasih, aku bisa berjalan sendiri” tolak Alice. “Kau yakin?” tanya Yuqi ragu melihat raut wajah Alice yang kesakitan. “Menurutmu” ucap Alice jengkel. “Baiklah. Oh ya, gunakan kecepatan lari yang seperti tadi saja, aku yakin pasti kakimu tidak akan terasa sakit lagi” ucap Yuqi sambil bercanda untuk menghibur Alice. Alice tidak menjawab, dia hanya menatap horror kepada Yuqi. Yuqi hanya terkekeh melihat tatapan Alice dan melangkah keluar meninggalkan Alice yang masih tertatih dengan jalannya. Di dalam mobil hitam Alice duduk di depan tepat disamping Yuqi yang sedang mengemudi, sedangkan Arick duduk dibangku penumpang bagian belakang. Alice sesekali melirik kaca spion untuk melihat Arick yang memejamkan matanya dan headset yang terpasang di kedua telinganya. Alice juga tidak tahu kenapa dia ingin sekali melihat pria itu. “Jaga tatapanmu pelayan sombong” ucap Arick datar. Alice langsung membuang pandangannya kearah jendela karena aksinya ternyata ketahuan. Sedangkan Yuqi hanya terkekeh melihat Alice yang menjadi salah tingkah. “Bagaimana dia bisa tahu aku memperhatikannya?” tanya Alice pelan pada dirinya sendiri. “Saya bisa tahu semua yang pelayan saya lakukan. Cukup mengumpat dan hentikan hentakkan kakimu itu” ucap Arick lagi dengan mata yang masih terpejam. Alice pun kembali terkejut dan langsung melihat kakinya yang memang benar sedang dia hentak-hentakkan. Akhirnya Alice memilih untuk diam saja, sepertinya dia memang harus lebih berhati-hati dengan Tuan mudanya ini. Yuqi hanya bisa kembali terkekeh melihat Alice. Drrrt Drrrt Ponsel Yuqi bergetar, Yuqi pun mengambil headseat Bluetooth dan langsung dia pakai ditelinganya. “Halo” ucap Yuqi menjawab telepon dari seberang sana. “….” “Apa? Baik, saya akan sampaikan kepada Tuan muda Arick” terdengar suara Yuqi nadanya berubah terkejut dan wajahnya menjadi serius. “….” “Oke” Yuqi mengakhirinya teleponnya. “Tuan muda, lima truk kita hilang dijalur selatan” ucap Yuqi kepada Arick. “Sial” umpat Arick membuka matanya dan melepaskan headset di telinganya. “Batalkan semua meeting hari ini. Kita putar balik” titah Arick serius. “Baik Tuan” ucap Yuqi. “Alice, tolong lihat daftar meeting Tuan muda dan tolong kamu hubungi semua klien untuk mereschedule minggu depan” ucap Yuqi kepada Alice, karena Yuqi sedang mengemudi dan tidak mungkin dia yang menghandelnya. “Oke” ucap Alice. Alice pun mengambil memo di dalam tas kecilnya. Alice membuka lembarannya dan melihat jadwal Tuan muda Arick. Baru saja Alice mengambil ponsel barunya itu untuk menghubungi clien, Yuqi menancap gas mobil dengan sangat kencang. Buuk Alice menutup mulutnya karena terkejut ponselnya terlempar kebelakang mengenai kening Arick. “Maaf” cicit Alice. “Jaga konsentrasi dan keseimbanganmu pelayan bodoh!” bentak Arick. “I.. Iya Tuan” cicit Alice terkejut dengan bentakkan Arick. “Alice, maaf ya. Kamu tolong kencangkan sabuk pengamnu karena aku akan membawa mobil ini dengan kecepatan lebih tinggi lagi” ucap Yuqi dengan melihat sekilas kepada Alice. Alice mengencangkan sabuk pengamannya dan benar sekali Yuqi sudah melesat dengan sangat kencang. Alice pun mengurungkan niatnya untuk menghubungi clien, karena ponselnya masih terjatuh dibelakang dan dalam posisi kencang seperti ini tidak mungkin juga dia mengambilnya. Bisa-bisa bukan ponselnya yang jatuh mengenai Arick, tetapi tubuh Alice nanti yang akan terjatuh mengenai Arick. Alice menggelengkan kepalanya, membayangkan Arick akan marah. Apalagi wajah Arick terlihat sangat tegang sekali. Hanya butuh waktu 10 menit Yuqi mengendarai mobil hitam sampai di jalur selatan. Ya, daerah selatan adalah daerah yang masih diperebutkan oleh Kenzi dan Takeshi. Yuqi memberhentikan mobilnya, dan langsung keluar dari mobil. Yuqi berlari kecil menuju pintu penumpang untuk membukakan pintu mobil tempat Arick duduk. Arick pun keluar, ternyata di depan sana sudah banyak pasukan Momo Gumi yang menghadang mereka. Tuk Tuk Yuqi mengetuk kaca jendela tempat Alice duduk. Alice pun membukanya sedikit. “Alice, kau tetap didalam ya” ucap Yuqi dan Alice hanya menganggukan kepalanya. Alice memperhatikan Yuqi dan Arick melangkah menuju para anak buah Momo Gumi. Ternyata Yuqi tidak berdua saja dengan Arick, anak buah Hiwamari juga sudah banyak berdatangan  dan melangkah dibelakang Arick dan Yuqi. “Apa yang akan terjadi? Apa mereka semua akan berkelahi?” tanya Alice pada dirinya sendiri. Alice semakin penasaran, karena pandangannya terhalang oleh anak buah Himawari yang sudah berkumpul membelakangi mobilnya. Ingin rasanya Alice turun dari mobil dan melihat apa yang terjadi di depan sana, tetapi itu tidak mungkin. Para Gumers akan mengenalinya dan Arick akan tahu kalau dia adalah mata-mata dari Momo Gumi. Alice pun terpaksa terus tetap di dalam mobil dengan mata yang masih tertuju ke depan. “Dimana bos kalian?” tanya Arick dingin kepada para Gumers. Tap Tap Tap “Mencariku, heh” ucap Jin yang melangkah maju melewati para Gumers. “Kembalikan truk-trukku yang kamu curi” ucap Arick kepada Jin. “O..o..o, tidak semudah itu” ucap Jin dengan nada mengejek. “Ingat jalur ini masih jalur bebas, jadi truk kami juga bebas melewati sini tanpa harus membayar upeti” ucap Arick dengan tetap tenang. Arick tahu dia tidak boleh terpancing oleh Jin. “Sayangnya, aku tidak akan mengembalikannya” ucap Jin sambil tertawa sinis. “Walau ini jalur bebas, tetapi ini sudah mendekati wilayah kami” ucap Jin. “Ingat Jin, tanah ini adalah wilayah bebas, kalau kamu tidak mengembalikan truk-truk kami, kamu melanggar perjanjian” ucap Arick. “Ha.. Ha.. Ha. Perjanjian itu hanya untuk ayah kita. Tidak untukku. Lebih baik kau segera pergi, cuci kaki, tangan lalu naik ke tempat tidur anak papa” ucap Jin dengan tertawa lalu berbisik ditelinga Arick. Arick merasa terhina oleh ucapan Jin. Jin, Arick, dan Jun memang satu sekolah saat mereka dikirim ke luar negeri. Saat mereka kecil mereka tidak saling tahu suku mereka. Dan mereka juga sempat akrab. Jin tahu Arick adalah anak penurut, karena dulu setiap Kenzie datang Arick selalu senang dan selalu menuruti semua perintah Kenzie. Sampai suatu saat Kenzie dan Takesi datang bersamaan, sejak saat itulah mereka tahu bahwa mereka adalah musuh, sehingga keakraban mereka berubah menjadi dingin dan tak lagi bermain bersama. Jin yang usinya lebih tua dari Arick dan Jun, selalu mencoba menyerang Arick, tetapi karena di asrama meraka banyak guru penjaga Jin selalu gagal. Berbeda dengan Jun, Jun lebih memilih untuk diam saja, karena Jun hanya ingin cepat menyelesaikan studynya dan kembali untuk membawa Alice pergi. “Setidaknya aku bukanlah pecundang sepertimu” ucap Arick dingin. “Kurang ajar kau!” ucap Jin dengan marah. Jin pun dengan cepat melayangkan tangannya kearah Arick. Arick menangkis tangan Jin. Jin kembali menyerang dengan tangan sebelahnya dan Arick kembali menangkisnya. “Hah, lama tidak bertemu adik kelasku ini sudah semakin hebat” ucap Jin menyindir dan berbalik melangkah perlahan meninggalkan Arick. Tiba-tiba Jin kembali berbalik dengan mengayunkan jari tangannya kearah anak buah Himawari dalam sekejap luncuran lidah api menyambar mengenai beberapa anak buah Himawari. Blast “Auuuuw” teriakan para anak buah Himawari yang terkena semburan lidah api dari Jin. “Hahaha” keluar tawa mengejek dari para Gumers. Kyaa Kyaa Arick yang sudah sangat kesal dan tidak terima dengan Jin, akhirnya dengan terpaksa menyerang Jin. Jin pun tertawa, karena itulah yang dia mau, Arick terbawa emosi dan mereka saling serang. Ternyata Jin sudah menyusun rencana saat dia dan Arick saling menyerang para Gumers semakin berdatangan, sehingga anak buah Himawari kalah jumlahnya dan tidak bisa berkutik. Jin memang licik, dia meminta para Gumers menyerang dengan api mereka. Arick dan Yuqi juga anak buah Himawari sudah berusaha menyiram api-api yang mengarah kepada mereka dengan air, tetapi tetap saja mereka kewalahan karena para anak buah Momo Gumi semakin banyak dan bola api pun semakin banyak menyerang mereka. Satu persatu anak buah Himawari berjatuhan. Arick melihat anak buahnya tumbang, memerintahkan semuanya untuk pergi dan berhenti melawan, karena akan percuma. Ternyata tidak semudah itu mereka pergi. Jin dan para Gumers sudah mengunci mereka di dalam lingkaran api yang berkobar-kobar “Kak Jin” ucap Alice terkejut melihat apa yang terjadi. Alice menggigit jari tangannya, Alice cemas apa yang harus dia lakukan. Dia melihat dengan jelas lingkaran api sudah mengunci Arick, Yuqi dan anak buah Himawari. Kalau Alice keluar Kak Jin akan melihatnya, tetapi kalau dia tetap di dalam Arick dan Yuqi dalam bahaya. “Tunggu, kenapa aku menghawatirkan mereka. Seharusnya biarkan saja mereka mati kepanasan” ucap Alice yang masih cemas. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD