3

1118 Words
Rosa tak percaya dengan apa yang diucapkan Indra. Bagaimana mungkin dia hamil dengan pria lain?  "Kamu sudah gila Mas. Aku ga mau melakukan km itu. Kamu pikir aku wanita kegatelan tidur dengan laki-laki lain." Rosa menatap Indra kesal.  "Aku ga gila Ros. Aku ingin kamu hamil dan kita memiliki keturunan." Indra berusaha menyakinkan Rosa.  "Sekali aku bilang ga mau, yaa ga mau!" bentak Rosa.  Plak! Lagi-lagi tangan Indra melayang di pipinya. Rosa memegang pipi nya yang merah di tampar Rico. Ini kah balasan yang di dapatkan Rosa yang selama 3 tahun harus menahan sakitnya di hina, di rendahkan orang lain untuk menutupi kelemahan suaminya yang mandul.  "Kamu keterlaluan Mas," ujar Rosa sambil memegang pipinya yang terasa panas. "Kamu harus menuruti apa keinginanku!" Indra memegang rahang wajah Rosa secara kasar.  "Aku ga mau!"  "Ooh jadi kamu ga mau, hah! Kamu harus menuruti semua keinginanku atau kamu akan menyesal telah hidup di dunia ini."   "Jadi kamu mengancam aku, Mas. Aku akan bilang tentang kamu tak bisa memberikan keturunan pada keluargamu."   "Silahkan saja. Kamu pikir keluargaku akan percaya dengan kata katamu. Yang ada mereka akan makin menghina mu." Indra menggoncangkan tubuh Rosa dengan kencang dan sangat marah. "Kamu harus turutin semua keinginanku. Mengerti!!" Rosa tidak habis pikir kenapa Indra begitu tega padanya. Menyodorkan tubuhnya demi kepentingannya sendiri dan harga diri Indra. Hatinya sangat sakit. Rosa memilih meninggalkan Indra yang masih emosi ke kamarnya dan dia tetap dengan pendiriannya tidak akan pernah mau disuruh mencari laki laki lain agar dia bisa hamil, lebih baik dia bercerai dari pada melalukan hal berdosa seperti itu.  *** Paginya Indra sudah menunggu Rosa yang sudah bersiap-siap akan berangkat ke kantor. Rosa pergi begitu saja tanpa berpamitan pada suaminya yang seperti biasa dilakukannya. Tapi dia merasakan sangat sakit saat Indra menarik rambut panjangnya.  "Mas, lepasin. Sakit Mas," ucap Rosa sambil menahan tangan Indra.  "Kamu harus menuruti aku. Kamu harus hamil!" Indra berkata dengan wajah bengis.  Rosa semakin terluka harga dirinya. Dia harus melawan Indra dengan menyikut perut suaminya.  "Kamu harus menuruti semua keinginanku atau kamu akan melihat percetakan ayahmu bangkrut."  Rasanya sudah tak ada pilihan lagi untuk Rosa. Jika sudah menyinggung tentang keluarganya, dia tak memiliki keberanian untuk melawan Indra. Laki-laki itu akan melakukan segala cara demi tercapai dengan segala tujuannya.  "Laki-laki pengecut! Kamu beraninya sama wanita."  "Wanita sepertimu tidak bisa diajak bicara baik-baik harus ada pelajaran agar kamu mau nurut segala permintaan ku," bisik Indra tepat ditelinga Rosa. "Lepaskan tanganmu dari rambutku."  "Kalau aku lepaskan, kamu harus mau menuruti semua keinginanku." Indra melepaskan rambut Rosa dengan kasar.  "Baiklah. Aku akan menuruti semua keinginmu, tapi harus dapat di mana?"  "Yaa pergi ke club malam. Di sana banyak laki-laki yang siap membuahimu. Tidak perlu berusah payah yang penting cairan kental pria yang akan menidurimu."  Rosa hanya menganggukan kepalanya. Dia lebih penting keselamatan dirinya sendiri dari pada akan disiksa lagi dengan kejam.  "Sudah sana kamu tidur." Indra mendorong tubuh Rosa secara kasar.  Tanpa banyak bicara Rosa segera pergi dari hadapan Indra. Dia hanya ingin berada di kamarnya sudah tak ada semangat untuknya berangkat ke kantor. Menangis menjerit sendirian tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya. Sudah badannya sakit, sakit juga hatinya.  *** Keesokan harinya, Indra menyiapkan sarapan untuk Rosa. Dia merasa bersalah pada istrinya tersebut. Membuatkan sandwich dan s**u putih agar Rosa mau menurutinya. Dia tahu pasti kejadian tadi malam membuat Rosa sangat sedih, tapi mau bagaimana lagi hanya itu lah jalan satu-satunya agar mereka mendapatkan keturunan.  Indra tidak memperdulikan hal lain lagi. Yang penting baginya Rosa hamil dan dia mendapatkan harta warisan yang merupakan toko sparepart dan show room mobil. Tidak bisa dia memberikan semuanya pada Harry atau adik iparnya. Dia lah yang membuat semuanya menjadi lebih maju dan dia lah yang membuat harta kekayaan keluarga Ariseto menjadi tambah kaya.  Rosa menatap wajahnya di depan cermin. Dia berusaha untuk tetap tersenyum. Dia meringis sakit saat menyisir rambutnya yang masih sakit akibat dijambak oleh Indra. Memoleskan bedak secara perlahan di pipinya yang terasa masih sakit. Sudah dari kemarin Indra selalu menamparnya. Dia harus segera ke kantor agar terbebas dari siksaan saat berada di rumah yang membuat hidupnya sengsara. Tapi sebuat ketukan pintu membuatnya menoleh ke arah pintu saat mendengar ada yang mengetuknya.  "Ros, kamu sudah bangun? Kita sarapan bareng ya," ujar Indra dengan suara lembut.  "Iya." Rosa menjawab dengan malas.  Meskipun, Indra berkata lembut padanya, tapi baginya suara Indra bagaikan suara malaikat maut yang siap melahapnya. Dia sangat membenci suaminya tersebut. Jika saja usaha percetakan orang tuanya tidak dibantu Indra tentu dia tidak akan mau diperlakukan seperti ini.  Jika adiknya tidak membutuhkan biaya kuliah tentu saja Rosa sudah meminta cerai. Indra yang menanggung semua biaya dan modal usaha Ayahnya juga membiayai adiknya, Rully yang kuliah hukum.  Dengan langkah malas Rosa datang ke meja makan. Di sana sudah ada Indra yang tersenyum menunggunya untuk sarapan bersama.  "Nanti malam kamu harus tampil cantik dan seksi. Kamu ke salon dan beli parfum baru yang menggoda. Uangnya nanti aku kirim dan aku juga sudah mengirim uang untuk orang tua dan adikmu," ucap Indra.  "Terima kasih," jawab Rosa.  "Kamu harus mencari laki-laki yang seperti aku. Aku ga mau nantinya anakku jelek. Aku ini tampan, putih, keren, dan jangan sampai kamu salah pilih laki-laki."  "Iya. Tapi, Mas. Apa tidak ada solusi lain selain mencari laki-laki? Apa sebaiknya kita angkat anak saja?"  Indra menggebrak meja dengan kencang. Membuat Rosa terkejut. Rosa langsung menundukan wajahnya, dia takut kalau Indra udah marah akan memukulnya lagi. Indra berdiri dari kursinya berjalan mendekati Rosa dengan wajah memerah menahan marah. Tangannya mengepal membuat Rosa merasakan sesak di dalam dadanya. Dia sangat takut.  "Rosa sayang... aku ga mau ada anak angkat. Itu sama saja aku memperlihatkan kekuranganku. Kamu harus hamil dan anak itu nanti adalah anak kita. Keturunan Indra Ariseto."  "I-iya Mas." Rosa menjawab dengan ketakutan. Terlihat dari wajah Indra sudah tidak bisa diajak kerjasama lagi. Walaupun, dia merasa sangat hancur.  Rosa mengendarai mobilnya menuju kantor dengan secepat mungkin, tapi saat melewati sebuah taman. Dia melihat anjing yang waktu malam itu ditabraknya. Dia berhenti sebentar dan tersenyum saat anjing itu berlari-lari.  "Syukurlah anjing itu sudah sehat lagi," ucapnya penuh syukur.  Rosa pun melanjutkan perjalannya agar segera tiba di kantornya. Setibanya di kantor dia memanggil Vira untuk datang ke ruangannya.  "Vir, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ujar Rosa ragu.  "Ngomong apaan? Aku siap mendengarkannya. Pasti masalah di mandul lagi kan."  Rosa menganggukan kepalanya. Dia menceritakan tentang keinginan Indra yang menginginkan anak.  "Gila! Si Indra sudah stress. Sumpah gila banget dia," pekik Vira tak percaya.  "Udah gila, iblis lagi," ujar Rosa. Rosa kembali menceritakan kalau dia harus hamil dengan pria lain jika tidak usaha keluarganya akan hancur. Vira mengerti dan mengajak Rosa nanti malam pergi ke club bersamanya dan akan mengenalkan teman Ryan pada Rosa. Rosa berharap semuanya berjalan dengan lancar walau batinnya tersiksa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD