2

1207 Words
Indra melihat kepergian Rosa dengan perasaan bersalah. Dia mengerti kalau Rosa pasti sangat sedih dengan perkataan Ibunya, tapi dia juga tidak bisa mengatakan hal yang sesungguhnya pada keluarganya. Jika dia melakukannya akan mempermalukan harga dirinya.  "Indra. Kamu cerai kan perempuan mandul itu," ucap Dewi.  "Mami, aku tidak bisa menceraikan Rosa. Aku mencintainya," ujar Indra.  "Halah, apa itu cinta? Buat apa kamu tetap menikah dengan perempuan mandul! Hanya akan menyiayiakan hidupmu saja. Sudah cari perempuan lain aja nanti Mami akan cari perempuan yang lebih baik dari pada Rosa. Rosa tidak pantas sama kamu! Kamu, anak kebanggaan Mami."  "Mami! Aku katakan sekali lagi kalau aku tidak akan pernah menceraikan Rosa sampai kapanpun!" Indra membentak Dewi.  Dewi sangat marah Indra sudah berani membentaknya. Anak yang selama ini sangat dibanggakannya malah berani melawannya. Ini semua pasti ulah Rosa yang terus menerus mempengaruhi Indra.  "Kamu berani membentak Mami, Indra! Kamu lebih membela Rosa dari pada Mami. Mami ini wanita yang melahirkan kamu. Mami mempertaruhkan nyawa Mami demi melahirkan kamu, tapi kamu malah membentak Mami. Dasar anak kurang ajar!"  Indra hanya bisa menghela napasnya. Dia sangat lelah dengan semua ini. Kenapa Ibunya begitu keras kepala?  "Hebat yaa si Rosa bisa membuat kamu membentak Mami. Kamu cerai kan Rosa atau tidak akan mendapatkan warisan dari peninggalan Papimu. Ada Harry yang bisa ambil alih toko dan show room mobil Papimu atau suami Ninda yang juga tak kalah pintarnya mengelola semuanya."  "Sudah aku katakan kalau aku ga mau menceraikan Rosa, Mi."  "Kalau kamu ga mau menceraikan Rosa. Buat dia hamil atau kamu kawin lagi aja supaya bisa punya anak."  "Mami, aku juga ga mau kawin lagi. Itu sama saja menyakiti Rosa."  Dewi terdiam. Dia tidak bisa mendesak putranya agar menceraikan Rosa. Dia tahu kalau Indra begitu mencintai Rosa. Dulu saja Indra nekat menikahi Rosa walau dia tidak menyetujuinya. Dia akan merubah taktiknya.  "Ooh kalau begitu Mami ubah saja. Rosa hamil atau kamu ga akan mendapatkan warisan."  "Mami! Jangan begitu sama aku."  "Mami sudah selesai bicara dan kamu pikirkan semuanya. Mami mau pulang dan segera kamu bereskan semuanya." Dewi berdiri dari kursinya dan melangkah pergi dari rumah Indra.  Indra hanya bisa menutup matanya. Dia memegang keningnya yang terasa begitu pusing. Dia bingung harus mengatakan apa pada Ibunya. Tiba-tiba dia memikirkan suatu rencana agar Rosa bisa hamil dan dengan kehamilan Rosa akan membuatnya mendapatkan warisan toko sparepart dan show room mobil milik keluarganya. Dia anak tertua sudah sepantasnya dia lah yang berkuasa.  Sementara itu Rosa berhenti di salah satu taman dekat rumahnya. Dia pun menangis di dalam mobil. Dia lelah dengan semua perkataan kasar ibu mertuanya. Dia tak sanggup lagi harus menahan segala kesedihan dan rasa sakit sendiri. Semua orang menyalahkannya, semua orang memendangnya rendah, bahkan orang tuanya juga memperlukannya seperti itu. Selama 5 tahun dalam pernikahannya dengan Indra. Rosa harus menahan segala rasa sakit dan hinaan dari mertua dan adik-adik iparnya. Bukannya dia tidak bisa hamil, tapi Indra lah yang memiliki masalah dalam organ reproduksinya. Namun, semua ditutupinya demi menjaga harga diri Indra.  Selama 5 tahun hanya dua pertama pernikahannya, Indra mampu melakukan hubungan layaknya suami istri selanjutnya hanya kehampaan. Indra mengalami disfungsi ereksi atau impoten. Sudah berbagai cara dilakukannya dan Indra. Dari konsultasi ke dokter, meminum obat, sampai menjaga pola makan, kesehatan, tapi hasilnya tetap sama milik Indra tidak dapat tegang secara sempurna.  Pernah saat mereka akan melakukan hubungan suami istri, Indra hanya bisa tegang sesaat lalu kembali loyo. Keadaan Indra yang tidak bisa tegang membuat kondisi mentalnya terganggung. Indra jadi mulai sering berprilaku kasar bahkan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Entah sudah berapa kali pipinya menjadi korban tangan Indra.  Begitu tiba di kantornya, Rosa bertemu dengan Vira yang merupakan asisten editor tempatnya bekerja. Vira memperhatikan wajah dan mata Rosa yang terlihat sembab seperti habis menangis. Dia jadi penasaran apa yang telah terjadi pada editornya.  "Ros, kamu kenapa kok tuh wajah begitu?" tanya Vira.  "Aku lagi pusing Vir," ucap Rosa. "Pusing kenapa?"  "Biasalah si Indra sama emaknya bikin emosi."  "Kenapa lagi tuh si mandul sama mak lampir?"  "Biasalah nuduh aku yang mandul dan emaknya merasa anaknya sempurna."  "Sempurna dari mana, anaknya aja ga bisa berdiri gitu. Mengkeret aja kayak sosis dingin."  Rosa tertawa mendengar perkataan Vira. "Sudahlah kasian tuh Indra kalau kamu bilang mengkeret."  "Lah, kan kenyataan say..."  Mereka tertawa bersama. Memang Rosa merupakan kepala editor, tapi juga sahabat Vira. Vira mengetahui semua tentang Rosa begitu juga Rosa mengetahui semua hal tentang Vira.  "Ros, kenapa kamu ga selingkuh aja?" tanya Vira.  "Aku males Vir. Nanti laki-laki sama lagi kayak si Indra."  "Males sih males, tapi aku yakin masih banyak laki-laki yang lebih baik dari pada Indra. Kamu aja yang kurang beruntung dapat laki mandul."  "Mungkin sudah takdir. Dulu juga Indra berdiri kok Vir, tapi ga tau 3 tahun ini loyo."  "Memang ga gatel kamu, Ros. Kamu masih cantik, body seksi, kulit putih, mandiri, dan pintar lagi. Ayoo lah selingkuh aja biar kamu dapat kepuasan jasmani dan rohani."  "Aku ga suka yang namanya perselingkuhan. Si Indra dulu aja selingkuh aku maafin, masa aku melakukan perbuatan yang ga aku sukai."  "Sapa tau Ros. Nanti aku kenalkan sama temennya Arya yang direktur baru. Ganteng banget loh teman Arya." "Baguslah. Kenapa ga kamu aja yang selingkuh sama Arya." "Gila aja aku selingkuh. Jaman ku dengan perselingkuhan sudah lewat mbak bro. Mending aki fokus sama satu burung dari pada kebanyakan burung bisa jadi ndower."  Rosa kembali tertawa mendengar kata ndower. Pembicaraan Rosa dan Vira terus berlanjut membuat Rosa kembali tertawa dengan segala coletahannya Vira. Dia jadi lupa memiliki banyak masalah yang penting bisa tertawa dengan sahabat sudah merupakan rejeki yang baik.  Indra yang berada di kantornya merasa resah dan gelisah sendiri. Bagaimana mungkin dia harus merelakan toko sparepart terbesar di kotanya dan show room mobil yang dimilikinya. Dia tidak bisa konsetrasi dengan pekerjaannya memikirkan permasalahannya dengan Rosa.  Indra sangat malu dengan kondisi organ seksualnya. Dia menjadi rendah diri dan sering kasar pada Rosa. Dia mengerti kalau Rosa sering menghindar darinya padahal dia ingin hubungannya bersama Rosa bisa kembali seperti dulu, tapi bagaimana bisa memuaskan Rosa jika miliknya tidak bisa berdiri maksimal lagi. Sudah berkali-kali mencoba dan berkali-kali juga gagal. Dia frustasi hingga tidak mengendalikan emosinya sendiri.  *** Indra menunggu Rosa pulang. Ada yang ingin dikatakannya pada istrinya dan berharap Rosa mau menyetujui rencananya agar Rosa bisa hamil dan dia tidak akan lagi malu dengan segala kekurangannya. Wanita yang ditunggunya telah pulang. Dia berinisiatif untuk memeluk Rosa.  Rosa tanpa semangat berjalan masuk rumah dan berharap kalau mertuanya sudah tidur atau pergi dari rumahnya. Tak ingin dia adu pendapat dengan orang tua. Rosa terkejut saat tangan kekar memeluknya dari belakang.  "Aku mencintaimu, Rosa," bisik Indra di telinga Rosa.  Rosa menghempaskan tangan Indra. Dia tidak ingin bermesra-mesraan dengan suaminya tersebut.  "Aku ingin bicara sama kamu." Indra berkata dengan lembut.  "Mau bicara apa?" tanya Rosa kesal. "Duduklah dulu jangan bicara sambil berdiri. Aku capek sayang."  Rosa menuruti perkataan Indra. Mereka berdua duduk saling berhadapan.  "Ros, kamu kan tau aku memiliki kekurangan." Indra berkata dengan hati-hati pada Rosa.  "Iya aku tau terus mau apa lagi."  "Aku ingin kamu hamil."  Rosa mengernyitkan dahinya. "Apa kamu gila? Kamu aja sakit itu bagaimana mungkin aku hamil."  "Kamu bisa saja hamil."  "Dengan cara apa?"  "Aku ingin kamu hamil dengan pria lain."  Rosa membelalakan matanya. Dia sangat terkejut dan tak habis pikir dengan pernyataan Indra yang menyuruhnya hamil dengan pria lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD