LIMA

3116 Words
"I don't need money on my mind, Mr. Pedro Davinci!!! I'm happy without much money in my live but maybe I just need love, right now. Just love!!! Can you give it to me?" =========================== Suara langkah kaki yang berpacu dilantai marmer dari sepasang high heels itu terdengar di pendengaran seorang Pedro Davinci. Hanya saja dia sangat enggan untuk membuka kedua kelopak mata yang masih terasa sangat berat akibat kantuknya. Bagaimana tidak, Pedro dan Agatha baru tidur setelah ayam jantan mulai bangun dan bersahut-sahutan. Yah, meskipun di sekitar Mansion itu Pedro tidak ada seorang pun yang memelihara seekor Ayam Jantan. Tapi kira-kira begitulah ceritanya. Cerita kisah romantisme sepasang anak manusia yang memadu kasih diatas sofa ruang tamu. Sangat bergejolak dan penuh gelora asmara berbalut getar-getar asmara dan cinta. Benarkah itu Cinta? Cinta pada pandangan pertama saat mereka bertatap mata lalu berakhir dengan persetubuhan panas hingga menjelang pagi. Pedro Davinci yang masih bergelung dalam sebuah selimut hangat milik sang Mommy itu pun kian mengeratkan pelukannya pada gadis yang sudah ia perawani. Dia tak memperdulikan reaksi apa yang nanti sang Mommy tunjukkan mana kala wanita paruh baya itu melewati ruang tamu dan mendapati Anak lelakinya sedang asyik masyuk ber-m***m ria dengan si pujaan hati. Toh, Mommy-nya sendiri yang membawa Agatha ke dalam Mansion mereka serta memperkerjakan Miss Stewart bukan? Jadi untuk menyenangkan hati Selena Davinci, Pedro ingin memberi bukti jika dia benar-benar adalah seorang lelaki sejati yang masih berselera dengan lekuk tubuh seorang wanita. Terlebih lagi perempuan seperti Agatha Stewart yang benar-benar sangat sempurna bagai seorang Dewi Yunani. Apa pun akan ia lakukan demi hati dan tubuh indah gadis itu menjadi miliknya. Tak sabar melihat reaksi dari sang Mommy, Pedro mulai memainkan drama kecilnya. Ia memejamkan kedua mata saat merasa langkah kaki si Nyonya besar telah hampir mendekati ruang tamu. Tidak lama kemudian yang Pedro harapkan terjadi. "Astaga!!! Apa mataku tak salah melihat? Pedro Davinci sedang memeluk Agatha saat ini. Apakah sudah terjadi sesuatu pada mereka? Tunggu!!! Coba ku lihat dulu." Selena terkejut sembari mengucek kedua kelopak netra hazelnut-nya, warna nerta yang juga ia warisi pada lelaki dihadapannya itu. Wanita itu melepaskan kedua high heel yang ia kenakan, lalu mulai berjinjit mendekati sofa panjang tersebut. Perlahan ia mencoba mengintip dari balik selimut hangat miliknya, apakah pasangan itu hanya tidur berpelukan biasa ataukah sama seperti yang ia pikirkan saat ini. "Oh my God, Naked!!! They've done it. My Prince has succeeded in f*****g a virgin girl. He's back to being a normal man. Thanks God." Selena meracau lirih ditengah keterkejutannya. Wanita yang masih sangat cantik di usia lima puluh tujuh tahun itu benar-benar tak menyangka, jika Putera kebanggaannya bisa begitu mudah kembali menjadi pria normal hanya dengan bertemu seorang gadis seperti Agatha Stewart yang selalu berpenampilan biasa-biasa saja. Namun walaupun gadis itu terlihat sederhana dalam berbusana, tak dapat Selena Davinci pungkiri bahwa wajah Agatha sangat cantik bagaikan seorang Dewi Yunani dan bentuk tubuhnya juga sangat sempurna dengan surai panjang kuning keemasan, netra biru laut yang selalu memancarkan sinar keteduhan serta kaki jenjang nan elok dipandang mata. Saat pertama kali Selena Davinci melihat dan berkenalan dengan Agatha Stewart kemarin, ia merasa seperti melihat seorang Model Victorian Street yang biasa berlenggak lenggok ria diatas catwalk dan wanita itu langsung yakin jika anaknya, Pedro Davinci pasti akan terpesona dengan sosok Agatha Stewart. Kini, semua pemikiran serta keinginan Selena benar-benar terwujud. Padahal ia mengira bahwa Pedro akan mendekati gadis itu pelan-pelan, tapi ternyata 'wow' sungguh diluar dugaan. Nyatanya sekarang mereka berdua malah sudah jauh berhubungan. Hubungan yang selayaknya dilakukan saat keduanya sudah berjanji di depan Altar. "Ada baiknya aku adegan mesra ini aku abadikan sebagai salah satu hadiah terindah yang pernah aku dapatkan seumur hidupku." Selena bergumam dengan suara pelan sembari mencari ponsel dalam Hermez merah maroon-nya. Saat Selena sudah siap untuk mengabadikan pose romantis itu, tiba-tiba saja Pedro membuka mata. Ia kaget dengan adegan yang akan Mommy-nya lakukan tersebut. "Mommy!!! What are doing?" "Ssssttt... Don't be fussed, dude. Let's quickly lie down and close your eyes like before. Mom just wants to take your picture once. Come on, my Prince!!!" Pedro Davinci sedikit terkejut dengan perbuatan Mommy-nya. Namun Selena yang tau jika Pedro tak suka ia mengambil foto mereka berdua itu pun segera mengeluarkan jurus jitunya yaitu merayu sang Anak lelaki dengan kedipan puppy eyes ditambah sedikit kata-kata memelas. Terang saja Pedro tak tega untuk tidak membiarkan hal itu terjadi. Alhasil ia kembali merebahkan tubuh atletisnya ke sofa panjang tersebut kemudian memejamkan kedua mata lalu mulai memeluk lagi tubuh sempurna si pujaan hati. "Klik..." "Okay, My Prince. Ayo bangunkan dia dan lanjutkan permainan kalian sekarang. Mommy ingin melihatnya secara langsung." Selena berbisik sembari mengulum senyumnya. Selena ingin balik mengerjai anak lelakinya yang ia yakini sejak tadi sudah mengetahui kedatangannya namun sengaja berdiam diri menertawakan ekspresi keterkejutannya tadi. "Whats!!! Apa Mommy sudah tidak waras lagi? Itu sangat memalukan, Mom. Agatha bisa saja langsung meninggalkan ku jika aku meminta ia melakukan hal itu." Pedro berkata sembari mengerutkan kening daftarnya. Tak pelak Selena pun terpingkal dibuatnya. Ia merasa sangat lucu melihat mimik wajah Putera semata wayangnya. "Apa itu benar, My Prince? Kau serius takut kehilangan Agatha Stewart? Apakah Mommy harus meminta pada Ibunya untuk menikahkan kalian berdua? Lagi pula kau juga sudah bersatu dengannya, bukan? Jadi apa keputusan mu sekarang, hemmm?" Selena mencoba bertanya beberapa pertanyaan yang sebenarnya masih sulit untuk Pedro jawab. Lelaki itu memang sangat serius dengan ucapannya tadi malam yang ingin memiliki Agatha seutuhnya. Tapi apakah wanita dalam pelukan hangatnya itu mau berjalan bersama dia menuju ke Altar Tuhan atau tidak? Sedangkan semalam saja, Agatha masih meragukan keadaan dirinya yang memiliki kelainan dalam hal berhubungan seksual. "Aku tak tahu, Mom. Semalam aku sudah mengatakan hal itu pada Agatha." "Are you serious? Oh My Prince! You're so gentleman, dude. So what about her answer? She said Yes or?" Selena semakin penasaran dengan kejadian yang terjadi di antara keduanya. Dalam hati ia berharap semoga saja jawaban Agatha adalah sebuah berita bahagia. Wanita itu sudah sangat tidak sabaran menanti hari bahagia dalam hidup Puteranya. Ia juga ingin segera memiliki seorang cucu yang mungkin bisa membuatnya sedikit betah dirumah, dan yang terpenting mungkin saja ia bisa sedikit merubah kegilaannya terhadap pada perjudian. Yah, begitulah adanya. Buah jatuh ternyata memang benar tak jauh dari pohonnya. Selena mewariskan bakat berjudinya pada Pedro Davinci. Lelaki tampan itu bahkan sudah menjadi seorang Mafia perjudian kelas Kakap yang sangat licin tertangkap layaknya seekor Belut berkuping. Ia memiliki banyak casino yang selalu dibangga-banggakannya dengan sebutan mesin pencetak uang. Belum lagi perusahaan real estate warisan dari Mendiang Daddy-nya itu. "Agatha sangat meragukan keseriusan ku, Mom. Dia masih merasa jika aku benar-benar belum bisa meninggalkan perilaku seksual yang menyimpang itu." Pedro Davinci berkata lirih sembari bangkit dari sofa panjang yang berada di ruang tamu Mansion mereka itu. Melihat anaknya yang masih belum mengenakan sehelai benang pun, Selena dengan sigap mengambil dan melempar boxer hitam milik Pedro. "Kau tenang saja, my Prince. Mommy akan membuatnya menjadi milik mu seutuhnya jika memang kau berniat kembali ke kehidupan normal mu. Tapi satu hal yang harus kau ketahui, dude. Semua yang Mommy lakukan ini tidak gratis. Kau tahu bukan di dalam dunia ini tak ada yang gratisan?" Selena tersenyum smirk menatap anak lelakinya itu. Otak wanita tua itu mulai memikirkan apa yang harus ia minta sebagai imbalan jika dia mampu membuat Agatha mau menikah dengan Pedro. "Apa-apa ini, Mom. Rasanya aku seperti bertransaksi di sebuah tempat prostitusian saja." Pedro mencebikan bibirnya. Ia tak menyangka jika wanita yang melahirkannya itu biasa hitung-hitungan dalam hal serius tersebut. "Hei dude, apa kau pikir pernikahan yang kau jalani nanti dengan Agatha itu adalah sebuah permainan atau kamuflase untuk menutupi perilaku kelainan seksual mu menyimpang itu. Cih, lebih baik aku tak memiliki anak dari pada harus membaca pemberitaan di media massa yang mungkin saja akan menulis berita jika seorang Pedro Davinci berpisah dengan Isterinya karena dia sebenarnya adalah seorang Gay. Oh, my God!!! Mau aku taruh dimana wajah cantik ku ini?" Selena Davinci memaparkan semua hal yang ada dalam isi kepalanya sembari menyedekap kedua tangan di d**a. "Mom, ayolah! Apa yang Mommy pikirkan itu tidak akan pernah terjadi lagi. Baru saja tadi membanggakan ku, tapi secepat ini juga mengejek bahkan mengajukan syarat jika Mommy berhasil membuat Agatha mau menikah dengan ku. Bukankah ada pepatah yang mengatakan jika kasih seorang Ibu itu abadi sepanjang massa?" Pedro berpura-pura memasang mimik muka sedihnya di depan Selena Davinci. Ia berharap jika wanita yang telah melahirkannya ke dunia fana itu mau membantunya tanpa harus ada sebuah syarat apa pun yang ia penuhi nanti. Sebenarnya bukan ia tak mau memberikan apa pun yang di minta sang Mommy. Akan tetapi sebelumnya dulu, jika Selena membantu Pedro atau meminta sesuatu pada Anaknya maka hal yang wanita itu inginkan pasti tak jauh dari kata perjudian. Pedro berfirasat jika apa yang diminta Mommy kali ini pun pasti sama yaitu uang untuk berjudi bersama para rekan-rekan sosialita-nya. "Aku bukan menjelekkan mu anak bodoh!!! Tapi jika kau tak ku sadarkan seperti itu, maka bisa-bisa fungsi kerja otak mu ini akan kembali lelet bahkan error saat kau bertemu pandang dengan kekasih Gay mu itu lagi. Lagi pula aku hanya meminta mu untuk mengatas-namakan seluruh harta yang diwariskan oleh Daddy pada Agatha saja kok. Yah, kalau bisa sih semua harta mu kau biarkan ganti saja nama kepemilikannya. Jadi saat kelainan mu itu kembali lagi? Mommy tinggal menyuruh Agatha menceraikan dan tentu saja menendang mu jauh-jauh. Enak saja kau menyakiti wanita baik seperti Agatha lalu kembali berfoya-foya dengan seorang lelaki. Cih, benar-benar memalukan." Selena berujar panjang lebar tanpa perduli dengan semua kata-kata menyudutkan yang keluar dari mulutnya itu. Walaupun ia adalah Ibu kandung Pedro, namun bukan berarti wanita itu mendukung semua kelakuan buruk sang Anak yang berkelakuan buruk dan menyimpang tersebut. "Apa pun akan aku lakukan asal Mommy bisa menyakinkan Agatha untuk menikah dengan ku, Mom. Aku akan membuat perjanjian pranikah dengannya nanti. Isi surat itu boleh Mommy rancang sesuka hati, Mom." Pedro berkata dengan begitu percaya diri. Ia sangat yakin jika Agatha akan menerimanya permintaan tulus yang benar-benar datang dari lubuk hati paling dalam. "Enak saja, kau harus kira aku bodoh, hemmm? Aku ini yang melahirkan mu. Jadi jangan coba membohongi ku, dude." "Aku tidak sedang bermain tebak-tebakan, Mom. Aku sangat serius dengan ucapan ku. Nanti sebelum menikah, Mommy siapkan dua lembar surat pranikah untuk kami berdua yang isinya boleh Mommy tentukan. Mudah bukan?" Pedro berkata sembari bangkit dari sofa panjang dan melangkah ke dapur Mansion mereka itu. Selena pun mengikutinya sembari masih terus membahas masalah tadi. Ia menuang air dalam sebuah gelas kaca yang terdapat diatas meja makan kemudian langsung meneguknya hingga tandas. "Kau mau coklat panas? Atau pancake dengan sedikit aroma wine? Jika begitu duduklah. Aku akan membuatkannya untuk mu." Selena kemudian mulai bermain diatas kitchen set dengan tepung, mentega, wine dan juga tak lupa ia sudah menempatkan sebuah panci berisi batangan coklat yang ditambahkan sedikit gula dan air mineral. "Buatkan untuk Agatha juga, Mom. Aku yakin saat ia bangun nanti pasti perutnya akan sangat lapar karena aktivitas kami semalaman tadi." Pedro berkata sembari duduk manis bertopang dagu di meja makan. "Hemmm... Apa kau sungguh mengkhawatirkannya, dude? Jika begitu lekas kau temui notaris mu dan segera gantilah nama kepemilikan atas harta mu pada Agatha. Jika sudah, maka aku akan membantu mu. Tapi jika hanya sebuah perjanjian pranikah saja, lebih baik kau usaha sendiri untuk meyakinkan Agatha agar mau menikah denganmu." Selena berujar sembari terus saja memainkan bergerak diatas kitchen set dengan avron dan juga spatula-nya. "Mom, bukankah tadi sudah ku katakan. Mommy urus saja semua apa yang ada dalam pikiran Mommy. Asal aku bisa menikahi Agatha secepatnya, Mom. Aku tidak bisa diam sementara saat aku menyuruh Agatha untuk berhenti bekerja saja dia tak mau. Jika ia terus bekerja memberikan pelukan hangatnya pada orang-orang yang ia sebut client itu terus, bukan tak mungkin Agatha ku akan dimiliki oleh lelaki lain kan Mom? Belum lagi jika ternyata lelaki itu sangat menginginkan Agatha dan memperkosanya karena wanita ku menolak? Ya Tuhan, Apa yang harus aku lakukan?" Pedro menjelaskan sebegitu detail tentang isi kepala juga suara hatinya. Sementara Selena yang masih membelakanginya itu hanya tertawa geli tanpa suara sembari menuangkan coklat panas kedalam tiga buah gelas kaca sedang untuk mereka bertiga, Pedro, Agatha dan tentu saja untuknya juga. "Jika begitu lakukanlah sesuatu yang menurut mu juga bisa sebagai pembuktian cinta mu padanya, dude. Mungkin dengan bertandang ke rumah Agatha dan berkenalan dengan calon Ibu mertua mu mungkin, kau bisa mengajak Mommy mu ini kesana kan? Kau sungguh payah, hal seperti itu saja harus Mommy beri kode dulu." Selena menjelaskan hal kecil mengenai cara mengambil hati Agatha Stewart pada Puteranya sembari sibuk mengambil piring dan meletakkan pencake buatannya dan siap memberi toping coklat diatasnya. "Punya Agatha diberi toping madu dan potongan strawberry saja Mom. Ia tak sebegitu menyukai coklat." Pedro berkata sambil menyeruput coklat panasnya. "Hey, dari mana kau tau jika Gadismu itu tak menyukai toping coklat hemmm? Kalian kan baru bertemu malam ini, atau semalam kau mengajaknya bercinta dan mencari tau tentang semua hal tentang dirinya, yah?" Selena memberi piring yang berisi pancake dengan lelehan coklat dan taburan kacang mede ke tangan Pedro Davinci dengan sedikit berkelakar. "Bukan begitu, Mom. Karena saat di pesta ulang tahun Steve yang gagal kemarin itu, aku sempat melihat Agatha seperti ingin menikmati sepiring pancake dengan madu dan strawberry. Tapi Steve dan calon Isterinya, Marlyn sudah terlebih dahulu memanggil Agatha untuk berkenalan dengan kami." Pedro berkata dengan polos tanpa beban seraya asik memasukkan potongan pancake ke dalam mulutnya. "Apa katamu tadi, kami? Memangnya kau pergi ke pesta itu dengan siapa? Jangan bilang kau bergandengan tangan atau bahkan berciuman mesra dengan lelaki Gay mu itu di sana, Pedro!!! Apa kata Clara dan Louis Armstrong jika bertemu dengan ku di acara-acara formal nanti, Pedro!!!" Selena kaget dan langsung membalikkan badannya seraya berkacak pinggang. Wanita itu benar-benar meradang dengan tingkah laku tak layak Puteranya itu. "Sabar dulu, Mom. Itu kan kemarin, saat aku belum bertemu dengan Agatha. Nah, sekarang kemana pun aku pergi nanti. Aku akan menggandeng erat tangannya dan mengatakan pada seluruh dunia bahwa Aku telah bahagia karena memiliki seorang Isteri secantik Agatha Stewart, Mom. Benar begitu kan, Mrs. Selena Rowline Davinci yang tercantik sedunia?" Pedro menjelaskan pada Mommy-nya seraya merayu wanita paruh baya itu agar tak lagi cemberut dan marah atas kelakuan menyimpang yang kemarin ia lakukan. Menurutnya jika ia tak jua pergi ke pesta itu, maka mungkin love at the first sight itu tak akan pernah dirasakannya. Yah, walaupun nantinya dia juga akan bertemu Agatha di Mansion karena ulah Mommy-nya tapi belum tentu percintaan panas mereka akan terjadi karena mereka baru bertemu dan mana mungkin doa bisa melakukan hal tabu seperti itu tanpa memakai rasa. Sementara Pedro terus berpikir seperti itu, Selena kembali menyelesaikan pekerjaannya. Ia mencacah beberapa buah strawberry yang akan ia taburkan diatas wine pancake buatannya berserta lelehan madu nanti. Sayup-sayup kedua Anak Beranak itu mendengar suara pertengkaran dari arah ruang tamu Mansion-nya. Pedro yang masih bertelanjang d**a dan hanya menggunakan boxer hitam itu kemudian sadar jika Agatha masih tertidur di sofa panjang dalam keadaan naked tanpa busana sehelai pun. Dirinya menduga-duga jika suara samar-samar yang terdengar seperti teriakan lelaki itu pasti adalah suara Raymon Walcott, si kekasih Gay yang belum ia putuskan itu. Dengan kalang kabut ia meneguk segelas air putih untuk mengosongkan rongga mulutnya dan berlari menyusul Selena yang sudah lebih dulu melangkah cepat dengan masih mengenakan avron serta membawa spatula ditangannya. "Oh, my Godness!!! Who are you? What are doing here?" Selena berteriak dengan sedikit histeris. Bagaimana tidak, ia melihat seorang pria bertubuh kekar seperti Anaknya sedang mencoba memperkosa Agatha, sang calon menantu. Lelaki itu bahkan tidak memperdulikan teriakannya dan terus saja menindih tubuh Agatha yang sudah bertelanjang ria diatas sofa panjang sembari juga berteriak histeris seperti dirinya. Pedro yang datang dari arah dapur pun dengan segera menerjang lelaki itu dan mendaratkan sebuah pukulan keras diwajahnya. "Buuuggghhh..." Raymon terlempar dan jatuh ke lantai marmer dingin dengan telapak tangan yang ia letakkan dibawahnya. Sedangkan Pedro, ia benar-benar tak menyangka jika lelaki yang selama ini menemaninya melepas hasrat seksual itu berani berbuat kasar pada Agatha, pujaan hatinya. "Apa yang kau lakukan dengan wanita ku, b******k!!! Kau tak puas menyakitinya selama tiga tahun dan kini ingin melakukan hal gila dengan memperkosanya, hahhhh? Sebenarnya kau ini Gay atau biseksual seperti ku, hahhh? Jawab aku, bajingannnnn!!!" "Bruuuuggghhhh..." Pedro Davinci meradang dan kembali menghadiahi Raymon satu pukulan lagi. Ia sungguh terlihat seperti seorang Popeye yang langsung kuat saat memakan sekaleng bayam kemudian memukul Brutus hingga babak belur saat itu. Sementara Raymon hanya menatap tajam kearah Pedro tanpa berkata apa pun. Ia benci sekali dengan lelaki yang memukulnya itu. Benci karena telah menduakan perasaan cintanya yang mendalam dengan berhubungan intim bersama mantan kekasihnya, Agatha Stewart. Pertanyaannya!!! Bagaimana seorang Raymon Walcott dapat mengetahui jika kekasih yang entah masih bisa disebut sebagai kekasih atau tidak itu sudah mengkhianatinya? Tentu saja jawabannya dari ponsel yang semalam Pedro Davinci jatuhkan dan kini tergeletak diatas keset bulu dibalkon kamarnya itu. Dan juga dari suara berisik yang lelaki itu dengar saat kedua Anak Cucu Adam berlainan jenis itu sedang ber-big O ria diruang tamu Mansion mewah tersebut. Ternyata, semalam Raymon Walcott menjadi seorang penguntit yang lebih cocok disebut sebagai seorang maling karena memanjat pagar belakang rumahnya. Karena semua pintu dan jendela Mansion itu terkunci erat, maka ia memutuskan untuk pergi dari sana dengan memanjat kembali pagar belakang tadi. Lelaki itu ingin sekali mengamuk dan memecahkan kaca jendela Mansion itu saat mendengar Pedro mendesak dan memanggil nama Agatha berkali-kali. Perasaannya hancur kala itu. Sejujurnya ia tak memperdulikan jika Pedro Davinci mengkhianatinya dengan bersenggama dengan wanita lain bahkan jalang sekalipun asal bukan Agatha Stewart. Mengapa demikian? Karena dalam lubuk hati Raymon yang paling dalam, ia sudah berniat sama seperti Pedro Davinci saat kemarin lelaki dengan Klan Walcott itu bertemu mata kembali dengan Agatha di pesta ulang tahun Steve Armstrong. Sehingga ia berjanji akan secepatnya bertemu dengan Agatha dan memintanya kembali menjadi kekasih seperti kali lalu saat mereka masih bersama. Tapi ternyata Pedro Davinci malah selangkah lebih dulu darinya dan bahkan telah merenggut keperawanan Agatha dengan baru beberapa jam berkenalan saja. Miris baginya mendapati kenyataan tersebut dan ditengah kekacauan yang ia timbulkan kala itu, Raymon merutuki kebohongannya melepaskan Agatha dan tidak berusaha merubah kelainan dalam dirinya dengan menyentuh tubuh gadis cantik dulu. "Agatha... Aku menyesal telah menyakiti hatimu dulu, dear. Kembalilah padaku dan tinggalkan lelaki b******k yang tak bisa menjaga mu dengan baik seperti ku dulu. Lihatlah apa yang ia perbuat dengan tubuh cantik mu, dear. Dia tega memecahkan keperawanan mu sementara kalian baru saja berkenalan, bukan? Sedangkan aku? Aku tak pernah seinci pun menyentuh mu lebih dari batasan, dear. Itu karena aku menyayangimu. Aku memang adalah seorang Gay. Tapi aku juga lelaki yang juga sangat ber-ereksi saat merasakan tubuhmu memeluk ku seperti dulu. Jadi Agatha, kembalilah padaku karena aku tau namaku masih bertahta dalam hati mu bukan?" "Deg....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD