DUA

2841 Words
"Agatha Stewart. Jika aku harus menikah dengan seorang wanita, maka akan ku buat nasib hidup mu bersama dengan ku selamanya, cantik!" gumam Pedro Davinci untuk kedua kalinya. ======================== Pedro Davinci tiba dirumah sakit dimana Steve berada dalam tak sadarkan diri. Disana sudah ada keluarga besar Amstrong yang menunggunya siuman. Dengan tergesa-gesa pun Marlyn ingin segera turun dari Maybach Exelero metalic milik Pedro dan masuk untuk mengetahui kabar dari Steve, kekasihnya. Akan tetapi Agatha berusaha menahan sahabatnya itu sebentar, sehingga Marlyn pun sedikit terbawa emosi.      "Apa-apa kau ini, Agatha? Aku ingin segera bertemu dengan Steve jadi lepaskan tangan mu ini!" ucap Marlyn histeris.      "Marlyn please, tatap mata ku dan dengarkan ini baik-baik." ucap Agatha mencoba membuka suaranya. Marlyn pun akhirnya sedikit luluh dan menatap kedua manik biru laut Agatha.      "Cepat, katakan apa yang hendak kau bicarakan dalam keadaan genting seperti ini, Agatha. Jika kau ingin pulang dan pergi ke rumah client mu untuk bekerja, maka kau bisa meminta tolong Pedro untuk mengantarkan mu pulang saat ini juga." ucap Marlyn ketus.      "Marlyn, bukan itu yang ingin aku katakan. Apa selama ini aku terlihat seperti itu padamu? Jadi please, Dengar dan jangan menyanggah berita penting yang akan aku katakan. Ini menyangkut Steve dan kau juga." ucap Agatha mencoba menjelaskan.      "Jika begitu cepat katakan, Agatha!" desak Marlyn.      Sementara Pedro yang sedari tadi masih duduk dibalik kemudi Maybach Exelero itu pun hanya bisa terdiam mendengarkan ocehan dari mulut manis Agatha sembari menyandarkan kepalanya.      "Shirley yang merencanakan kecelakaan ini pada mu, Marlyn. Dia ingin membuat kau dan bayi dalam kandungan mu ini celaka. Perempuan itu tak ingin kau bertunangan dengan Steve, Kakaknya. Oleh sebab itu ia menyuruh orang untuk mencelakai mu dengan cara seolah itu adalah sebuah kecelakaan. Namun sayang sekali ternyata bukan kau yang terluka disini, melainkan Steve yang entah seperti apa nasib hidupnya kini." jelas Agatha sejujur-jujurnya. Perempuan bersurai kuning keemasan itu tak sengaja melihat Shirley memberikan sebuah amplop coklat tebal pada seorang pria. Agatha mengetahui pria itu adalah seorang pekerja event organizer saat ia melihatnya naik keatas mobil yang membawa beberapa perlengkapan pesta ulang tahun Steve tersebut.      "Agatha, aku tau kau tak seberapa suka dengan keluarga Amstrong. Terlebih lagi saat Paman Ludwig menjual beberapa saham pabrik anggur peninggalan mendiang Ayah mu pada Ayah Steve. Tapi tidak dengan menfitnah Shirley Murray dan seluruh keluarga Amstrong, Agatha. Aku lelah mendengar semua rasa khawatir berlebihan mu tentang reaksi keluarga Steve padaku. Toh, kau sendiri sudah melihat nya langsung bukan jika aku dan calon Ibu mertua ku sudah sangat akrab?" tutur Marlyn yang sedikit sinis membalas kejujuran Agatha tadi. Sontak saja suasana tegang terjadi diantara kedua sahabat karib itu.      "Jaga ucapan mu Marlyn! Aku bahkan tak membahas sedikit pun tentang keluarga Amstrong. Aku juga tak pernah perduli jika sekarang harus hidup susah karena kehilangan semua harta Ayahku. Jika dengan harta itu dapat mengembalikan jiwa Ayahku yang meninggal, maka aku akan dengan senang hati mengiklaskannya. Aku pergi ke toilet dan tidak sengaja mendengar semua obrolan Shirley dan seorang pekerja event organizer tentang rencana mencelakai mu, Marlyn. Jika memang kau tak percaya lagi padaku? Maka saat ini pun aku janji tidak akan pernah lagi ikut campur dengan semua urusan mu, Marlyn." balas Agatha tak kalah ketus.      Agatha pun bergegas keluar dari Maybach Exelero metalic milik Pedro itu dan berlari dengan uraian air mata kesedihannya. Ia tak perduli dengan kakinya yang sedikit terkilir akibat high heels-nya yang patah tadi. Bagi Agatha, menghindar dari Marlyn adalah hal terpenting dari pada harus terus berdebat dan menciptakan banyak masalah dengan tutur katanya yang pedas itu. Toh, mereka berdua adalah sahabat sejak dulu. Jadi masalah percekcokan tadi pun sudah barang tentu akan segera terselesaikan seiring dengan berjalan nya waktu. *** "Shit... Marlyn!!! Apa yang kau lamunkan? Cepatlah turun dari mobil ku, aku harus menjemput Raymon sekarang juga!" ujar Pedro mengagetkan Marlyn. Perempuan itu pun segera turun dari mobil Pedro sembari tak lupa mengucapkan rasa terima kasihnya. Namun Pedro yang sudah terlanjur kesal dengan perdebatan Marlyn tadi pun dengan segera menghidupkan mobil dan mencari kemana gerangan Agatha. Pedro yakin jika Gadis cantik itu masih tak jauh dari situ. Ia mencoba menajamkan pandangan matanya melihat sosok Agatha.      "Kemana perginya? Cepat sekali ia melangkah. Bukankah daerah ini adalah daerah terlarang, Aku yakin tak ada taxi yang lewat lagi setelah jam delapan malam." gumam Pedro memukul stir Maybach Exelero metalic nya dengan kesal.      "Lalu kalau aku tak salah dengar, apa tadi kata Marlyn? Pabrik anggur milik Mendiang Ayah Agatha dibeli oleh keluarga Amstrong? Apa maksudnya Marlyn, Agatha adalah Puteri dari Tuan Arthur Stewart sahabat baik Mommy? Emmm... Mungkin aku memang harus mencari tau siapa gadis itu sebenarnya. Tapi, kenapa aku harus sibuk mencari tau hal berbau wanita seperti ini? Oh, tidak...tidak...tidak!!! Aku bahkan sudah berubah menjadi seorang pria menjijikkan, bahkan junior ku pun tak dapat tidur sejak memikirkan dia. Apa aku harus bertemu dengan Raymon sebelum pulang menemui Mommy? Emmm... Kurasa itu tak terlalu buruk. Menuntaskannya sekali lagi dalam pelukan Raymon." seru batin seorang Pedro Davinci. Lelaki itu pun segera merogoh saku celana khaki yang ia kenakan dan mengambil ponsel pintarnya dari sana. Akan tetapi sepersekian detik kemudian, ponsel itu berdering keras menandakan sebuah panggilan masuk.    "s**t! Telepon dari Mommy." geram Pedro memegang erat benda pipih miliknya itu. Ia kemudian menghentikan laju Maybach Exelero metalic nya dipinggir jalanan kota London sebelum kemudian mengangkat panggilan telepon dari sang Mommy.      "Hallo, Mom!      "Hallo, dude. Where are you now? Are you forget me? "      "Tenang saja Mom, aku sedang dalam perjalanan pulang. Bagaimana bisa aku melupakan permintaan sederhana wanita kesayangan ku ini, hemmm?"      "Alright, I'll be waiting you."      "Okey, Mom. Wait me! I wanna come back, right now. Love you more my everything!" Klik. Sambungan telepon itu pun berakhir dan dengan berat hati Pedro terpaksa berputar arah untuk segera pulang ke Mansion keluarga Davinci sekarang. Ia tak ingin wanita yang sangat disayangnya menunggu terlalu lama.      "Ku rasa aku harus cepat sampai dan segera berendam dengan beberapa botol Lavande Foaming Bath untuk menurunkan ketegangan dicelana ini. Huffffttt..." gerutu Pedro dalam hati.      Lelaki dari Klan Davinci itu pun semakin melajukan mobilnya membelah jalanan kota London. Rintik air hujan pun mulai berjatuhan mengenai kaca depan Maybach Exelero metalic nya dan dengan cepat ia menghidupkan wiper mobil itu. Sepanjang perjalanan menuju ke Mansion, Pedro tak jua bisa berhenti memikirkan Agatha.      "Hujan! Kau dimana Agatha? Apakah kau sudah sampai dengan selamat? Apa pekerja yang kau kerjakan dimalam hari seperti ini? Tunggu dulu, client? Tadi Marlyn menyebutkan jika Agatha harus pergi ke rumah client untuk bekerja bukan? Apa dia menjual dirinya karena sudah tak memiliki apa pun lagi? Oh, Damn it!!! Aku tak akan membiarkan mu dijamah lelaki lain lagi, Agatha. Walaupun aku tak bisa memungkiri hasrat ku saat bertemu Raymon, tapi saat Mommy mendesak untuk menikah nanti maka akan ku minta Mommy menemukan mu." gumam Pedro sembari tersenyum smirk. *** "Hallo, Mom! I miss you so much." ucap Pedro mana kala Mrs. Selena Davinci membuka pintu utama Mansion. Sebuah pelukan hangat dihadiahkan oleh Mrs. Selena segera setelah mendengar ucapan putera semata mayangnya itu.      "Oh, my Prince. Your so handsome tonight. Are you going to party, right now?" ucap Mrs. Selena dengan wajah sedikit cemberut.      "No, Mommy. Aku hanya pergi sebentar ke pesta ulang tahun Steve tadi. Tapi karena terjadi sebuah kecelakaan dengan si Tuan pesta maka acara itu pun bubar dengan sendirinya." jelas Pedro seraya mengelus rambut wanita kesayangannya itu.      "Kecelakaan? Apakah Steve tidak kenapa-napa, Sayang?" tanya Mrs. Selena khawatir.      "Aku tak tahu bagaimana kabarnya saat ini, Mom. Aku segera pulang saat Mommy menelpon dan tak sempat menemuinya. Hanya saja, aku sempat mengantar Marlyn dan Aga..." ucap Pedro terpotong. Lelaki itu kemudian mengucek kelopak matanya dengan jari telunjuk. Ia ingin benar-benar memastikan bahwa yang baru saja datang dari arah toilet umum di Mansion-nya dan mengenakan lingerie tidur super sexy itu adalah Agatha Stewart, gadis bersurai kuning keemasan yang ia cari sejak tadi. "Agat..tha... Ka...kau! Sejak kapan kau disini? Apa tadi kau kehujanan dijalan?" seru Pedro sembari melangkah kearah Agatha berada. Lelaki itu kemudian memutar tubuh Agatha ke kanan dan ke kiri seolah mengkhawatirkan sesuatu. Pedro seperti tersihir dengan kecantikan gadis itu hingga tak sadar jika rasa khawatirnya membuat hati sang Ibu berbunga-bunga.      "Ia adalah putera yang aku kandung selama sembilan bulan dalam rahim ku. Aku berjuang melahirkannya bersama Piter hanya disebuah rumah bidan tua saat hidup kami belum sesempurna ini. Jadi bagaimana mungkin aku tak tau apa yang ada dalam pikiran putera ku sendiri? Lihatlah, Piter? Dia bahkan sama seperti dirimu dulu dan Aku harap Agatha juga sama seperti ku, obat mujarab terbaik untuk sembuh dari hal menjijikkan itu." lirih Mrs. Selena sembari melangkah pergi dari tempat itu.      "Agatha! Kenapa kau diam saja, cepat jawab pertanyaan ku?" ucap Pedro sembari menatap tajam manik biru laut gadis cantik itu. Agatha yang merutuki dirinya sejak tadi pun tak tau harus menjawab apa? Ia tak tahu jika client penting Mr. Philips itu adalah Pedro Davinci. Seharusnya sejak tadi ia sudah bisa menebak jika ini adalah Mansion keluarga Pedro saat wanita paruh baya itu memperkenalkan dirinya sebagai Mrs. Selena Davinci.      "Oh my Godness! Sekarang apa yang harus aku lakukan? Bahkan untuk menenangkan debaran jantung yang berdetak tak wajar ini saja aku tak bisa. Bagaimana mungkin tak terjadi sesuatu pada ku saat aku memeluk tubuh kekarnya ini sampai ia tertidur nanti? Kau sangat payah, Agatha!" gerutu Agatha dalam batinnya.      "Agatha! Apa kau melamun?" ujar Pedro membuyarkan semua pemikiran yang menari-nari diotak Miss Stewart itu.      "Egh... Ti..tidak, Pedro. Ku rasa mungkin aku salah orang, client ku mungkin sudah menunggu ditempat lain. Aku akan mengganti kembali gaun malam ku. Jadi, tolong lepaskan tangan mu ini Mr. Davinci." ucap Agatha menatap manik hazelnut Pedro.      "Client? Tolong jelaskan padaku apa pekerjaan yang kau kerjakan selama ini, Agatha? Apa kau menjual tubuh cantik mu ini setiap malam, hah?" ucap Pedro meninggikan suara seraknya sembari tetap menatap netra biru laut Agatha. "Plak..." Sebuah tamparan keras pun mendarat diwajah tampan seorang Mafia perjudian, Pedro Davinci.      "Jaga tutur kata mu itu Tuan Pedro Davinci yang terhormat. Apa kau pikir aku rela menukar keperawanan ku ini hanya demi lembaran Dollar? Kau dan Marlyn sama saja!" ucap tegas Agatha sembari melangkah masuk kedalam toilet tempat ia mengganti dan menyimpan kau merah darah nya tadi. Mrs. Selena yang mendengar keributan kecil tadi pun segera keluar dari kamarnya di lantai dua Mansion tersebut. Wanita paruh baya itu sedikit tergesa menghampiri Pedro yang masih berdiri mematung memegangi pipi kanannya.      "Apa yang terjadi diantara kalian berdua, Pedro? Kenapa kau tak mengajak Agatha ke kamar dan segera tidur?" tanya Mrs. Selena pada puteranya.      "Mom, apa yang Mommy lakukan terhadapnya? Kenapa Mommy menyuruh ku untuk merusak gadis itu. Bagaimana bisa Mommy berpikir sejahat ini? Jawab aku, Mom!!!" teriak Pedro murka.      "Pedro!!! Aku ini Mommy mu, bagaimana mungkin aku menyuruh mu merusaknya? Dia seorang gadis baik-baik yang bekerja memberi pelukan hangat pada seseorang agar orang itu bisa tertidur tanpa bantuan alcohol atau pun obat tidur, Pedro! Dan aku membayar dia untuk membantumu tertidur tanpa harus menelan obat tidur mu itu, Sayang! Apakah itu juga termasuk kejahatan bagimu? Apakah kau begitu jijik berdekatan dengan seorang wanita selain diriku? Sampai kapan patah hati mu itu terobati dan kembali hidup normal seperti dulu lagi, nak?" histeris Mrs. Selena panjang lebar disertai derai air matanya. "Deg...." Detak jantung Pedro seolah ingin berhenti berdetak melihat wanita kesayangannya menangis histeris seperti itu. Pedro sangat tidak menyangka jika perbuatan menyimpang nya itu berdampak buruk bagi sang Mommy seperti saat ini. Ia tak tahu jika Agatha bekerja sebagai si pemberi pelukan hangat, sebuah pekerjaan yang kini booming di seluruh daratan Europe dan USA. Lelaki itu pun kemudian menarik tubuh bergetar sang Mommy dan membawa ke dalam pelukan hangatnya. Pedro berusaha menenangkan kesedihan hati Mrs. Selena dengan meminta maaf dan juga menyetujui permintaan nya untuk menjalani therapy tidur dengan sebuah pelukan hangat dari seorang gadis bernama Agatha Stewart tadi. Sedangkan Agatha yang sedari tadi tak sengaja mendengar pembicaraan kasar Ibu dan anak itu pun kembali melangkah menuju toilet untuk berganti pakaian lagi. Gadis itu terenyuh dengan semua perkataan Mrs. Selena tadi. Ia kasihan dengan wanita paru baya yang mungkin mengharap puteranya hidup secara normal itu. Sedangkan untuk kenyataan bahwa Pedro adalah seorang Gay, Agatha sudah dapat menerka mana kala ia melihat kebersamaan lelaki itu dengan Raymon tadi yang jelas-jelas seperti sepasangan kekasih.      "Sadarlah, Agatha. Kau akan tersakiti untuk kedua kalinya jika mencoba bermain api dengan seorang pria Gay lagi. Apa belum cukup Raymon membuat hancur hati dan perasaan mu saat itu hingga kau mengharapkan lelaki seperti Pedro bisa sembuh? Kerjakan semua yang sudah menjadi pekerjaan mu secara profesional demi biaya sekolah Adrian, Aquino dan juga Andrea, Adik tersayang mu, Dear!" tutur pelan Agatha didepan sebuah cermin besar dalam toilet itu sembari berurai air mata kesedihannya.      "Tok... Tok... Tok..."      "Agatha!!! Kau masih didalam, Sayang?" ucap suara halus seorang wanita disertai ketukan pintu. Agatha yakin jika itu adalah suara Mrs. Selena. Lalu ia yang sudah selesai memakai kembali lingerie tidur nya pun membuka pintu toilet untuk Ibu kandung Pedro.      "Sayang, ayo ku antar ke kamar Pedro. Ia sudah menunggu mu disana. Aku harap kau bisa menidurkan nya malam ini tanpa sebutir obat tidur, Agatha. Tapi kenapa kau tak memakai lingerie black dark yang kuhadiahkan tadi, hemmm? Apa kau tak merasa nyaman? Baiklah, itu tak menjadi masalah. Aku berjanji jika malam ini kau berhasil menidurkannya, maka aku akan mengontrak mu untuk bekerja bersama ku disini. Kau hanya perlu memeluk putera tampan ku setiap ia membutuhkan pelukan hangat mu, cantik!" goda Mrs. Selena sembari mencubit gemas hidung bangir Agatha.      Sontak saja Agatha blushing mendengar perkataan Ibu kandung Pedro Davinci itu. Semakin dekat ia melangkah menuju ke kamar Pedro, maka detak jantungnya pun semakin tak dapat dikendalikan.      "Well, sekarang masuk dan bekerjalah dengan baik didalam sana, sayang. Flighting..." ucap Mrs. Selena seraya mengepal kedua tangannya ke udara memberi semangat. Hal itu pun kembali membuat senyum manis di wajah cantik Agatha terkembang. Ia jadi teringat mendiang Ayahnya yang selalu menyemangati saat ia akan berangkat kuliah.      "Maafkan Atha, Dad! Atha akan membantu mewujudkan mimpi Daddy yang ingin melihat Adrian, Aquino dan juga Andrea mendapatkan pendidikan terbaik dan membanggakan mu." gumam Agatha seraya melangkah masuk kedalam kamar besar milik Pedro Davinci itu. *** Saat ini Agatha sudah masuk ke dalam kamar dan berdiri mematung dibalik pintu kayu bercat putih. Jika tadi ia memberanikan diri mengunakan lingerie yang sungguh amat sexy berwarna black dark dengan beberapa bagian tubuhnya dapat terlihat akibat kain transparan yang ikut terjahit disana hadiah sekaligus suruhan dari Mrs. Selena, maka sekarang Agatha memilih mengenakan lingerie miliknya sendiri. Lingerie sederhana berwarna pink pastel itu semakin membuat aura kecantikan Agatha terpancar disana. Meskipun mungkin lingerie itu terlihat lebih sederhana dibanding dengan hadiah dari Mrs. Selena tadi tapi Agatha merasa nyaman memakainya. Bahkan Pedro yang baru saja keluar dari kamar mandi pribadi di kamarnya itu pun sedikit takjub melihat kecantikan Agatha. Lelaki itu bertelanjang d**a sembari melipat kedua tangannya memperhatikan Agatha tanpa bisa berkedip sedikit pun. Agatha yang merasa di perhatikan pun blushing dan memainkan jemari tangan sembari mencoba menetralisir detak jantungnya.      "Hei!!! Kenapa masih berdiri disitu saja, hemmm? Kau bilang ingin menemui client mu tadi, jadi cepat lakukan tugas mu sekarang!" seru Pedro yang seolah sudah tak sabar untuk balas memeluk Agatha. Akhirnya lelaki itu kemudian menarik pergelangan tangan Agatha dan langsung memeluknya erat. Kejadian romantis itu pun sontak semakin membuat jantung Agatha berdetak sangat kencang seperti sedang berada diatas treadmill. Agatha berusaha mencerna apa yang terjadi dengan enggan meletakkan kepalanya didada bidang Pedro. Namun lengan kekar lelaki tampan itu malah semakin mempererat pelukannya dipinggul sempurna Agatha. Netra biru laut milik Agatha bahkan sempat bersibobok dengan manik hazelnut Pedro. Hal itu membuat lelaki tampan dengan Klan Davinci tersebut mendaratkan sebuah kecupan hangat dikening datar Miss Stewart tanpa rasa malu. Aura tegang yang dipancarkan bahasa tubuh Agatha pun dapat dengan mudah terbaca oleh pikiran Pedro. Kemudian dengan sigap lelaki itu membawa Agatha kembali ke pelukannya. Kali ini, Agatha dapat mendengar dengan jelas suara detak jantung dalam diri seorang Pedro Davinci. Gadis itu tak menyangka jika hal yang sama sepertinya juga terjadi pada Pedro sekarang. Namun ia tak tau harus berkata apa, hingga beberapa menit berlalu tanpa ada satu dari mereka yang mampu bersuara.      Pedro menghirup aroma lavender yang menyeruak dari setiap helai rambut keemasan milik Agatha.      "Oh, my Godness!!! Bahkan hanya dengan pelukan hangat seperti ini saja, mampu membuat ku seperti ini. Junior ku mungkin sedikit lagi akan meledak karena sejak tadi menahan pelepasan ini. Tunggu dulu? Pelepasan? Agatha Stewart? Dia seorang gadis, Pedro Davinci! Kau menginginkan dia saat ini? Hey, kau masih lelaki normal jika begitu. Agatha... Apakah aku jatuh cinta pada pandang pertama padamu? Aku seperti tak ingin melepaskan pelukan ini. Agatha... Ada apa dengan mu?" gumam Pedro dalam batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD