Bagian mana yang membahagiakan dari sebuah kata pernikahan? Katanya, malam pertama itu indah. Katanya, pengantin baru itu selalu lengket, tidak ingin jauh-jauh. Katanya katanya dan katanya.
Tapi Reyna, pernikahannya berbeda. Sebuah pernikahan tanpa cinta, tanpa kehangatan, dan jelas tidak menimbulkan kebahagiaan. Mengingat, ia harus terkurung sepi di rumah mewah yang Dimas belikan. Malam pertama yang katanya indah, hanya dihiasi oleh hening dan sunyi. Beserta perasaan sesak yang mencekam.
Pukul tiga dini hari ketika Reyna terbangun dan menyadari tidak ada sosok Dimas di sisinya. Setelah pesta usai, dia pergi entah ke mana. Tanpa sepatah kata, dan tanpa pesan yang dikirim ke ponselnya.
Reyna turun dari ranjang. Menyisir pandang ke sekeliling. Berharap menemukan seseorang, atau siapa pun yang menemani kesunyiannya. Tapi nihil. Reyna tersenyum kecut. Melangkahkan kaki menuju jendela besar di kamar hotel tersebut.
Dia menghela napas dalam-dalam setelah menyibak tirai di depannya. Hamparan pemandangan indah nan mewah di depan sama sekali tak membuat sesak di relungnya hilang. Justru, sesak itu menikamnya semakin kuat. Meremukan perasaannya.
“Bas...” Reyna melirih pilu. Memejamkan mata dengan lirih. Berharap angin membawa seluruh duka, dan mengantarkan raganya pada sosok yang amat dirindukan. Sosok yang tidak pernah bisa ditemuinya lagi. Bastian Bagaskara.
♡♡♡