Fahmi membawa Fizah ke halaman belakang, mereka duduk di bale-bale, karena tidak mungkin bagi Fahmi membawanya ke dalam kamar. Masih mengengam tangan Fizah, Fahmi membuat gadis itu diam dan canggung.
"Eh, Maaf." Fahmi melerai jemarinya dan terlepas dari gengaman tangan gadis itu
"Ada apa, Mas Fahmi? kenapa membawa Fizah kesini. Kasihan ibu di dalam sendirian," ucap Fizah terlihat gelisah
Suasana di luar rumah begitu dingin.
"Saya nggak nyaman, berada disana. Dan saya tahu kamu juga demikian," ucap Fahmi pendek
Fizah tertunduk, hatinya memang tak tenang apalagi Ryan menatap seolah ingin menerkam.
Namun, Fizah menjadi penasaran kenapa Fahmi terlihat sangat membenci Ryan
"Mengapa Mas Fahmi tidak nyaman, bukankah kalian bersaudara. Ibu sepertinya sangat menyayanginya, Mas."
Fahmi menghembuskan napas dengan kasar, bahkan Hafizah yang baru melihat kedekatan mereka bisa melihatnya
"Aku tidak suka dia berada di sini, Fizah. Dan kau jangan bertanya apapun tentang dia. Jika dia berada di rumah saat aku tak ada, masuklah ke kamarmu dan jangan keluar sampai aku kembali. Dan jika dia datang tapi ibu dan aku tak ada dirumah. Jangan buka pintunya sama sekali. Sebisamu hindari dia jika aku tak ada. Paham," ucapnya tegas.
Fizah mengangguk dengan cepat, sorot matanya begitu cemas.
'Siapa Ryan ini sebenarnya?' batinnya
"Baik, Mas. Aku akan menuruti semua yang kau Katakan."
Fizah masih duduk di bale-bale sedang Fahmi kini bangkit dan berdiri di hadapan gadis itu.
Fahmi terus memikirkan kenapa bocah itu mampir. Apa yang dia rencanakan?
Mondar mandir tak menentu, langkah Fahmi terhenti saat melihat reaksi Hafizah. Gadis itu bangkit dengan gemetar. Raut wajahnya tegang, matanya melotot seperti melihat sesuatu yang menyeramkan.
"Ada apa, Fizah?" tanya Fahmi heran.
Fahmi memegang kedua bahu gadis itu.
"Ada apa?" Kali ini Fahmi membuat Fizah menoleh kearahnya.
Gadis itu menunjuk tepat kebelakang Fahmi.
Apa yang di khawatirkan pemuda itu telah terjadi.
Fahmi memeluk Fizah dan berbalik dalam sekali gerakan. Fizah gemetar ketakutan luar biasa.
Di depan sana serigala hitam dengan mata merah dengan seringai licik. Seolah menertawakan Fahmi. Serigala itu melolong panjang membuat Fizah bergidik, malam yang pekat udara yang sunyi. Keheningan membuat ketakutannya semakin menjadi. Gemetar tubuh Fizah dalam pelukan Fahmi.
Gadis itu mencengkeram pundak Fahmi dengan kuat, dia memeluknya erat.
"Fizah, tutup matamu," perintahnya.
Fizah mendongak, tatapan mereka bertemu. Serigala itu tak beranjak membuat Fahmi cemas kalau-kalau mahluk jadi-jadian itu akan mendekat.
"Tutup matamu Fizah, percayalah padaku. Aku tidak akan melepaskanmu." Fizah mengangguk dengan bibir bergetar.
Takut Fahmi meninggalkannya, Fizah memeluk pemuda itu semakin erat. Lututnya lemas dan hampir terhuyung.
Fahmi begitu marah dengan serigala hitam yang menampakkan diri di hadapannya, netra pemuda itu memanas, saking geramnya. Sebentar lagi Fahmi merasa akan meledak.
Fahmi memberi isyarat pada serigala itu untuk Pergi. Sebuah isyarat untuk mengusir serigala liar itu. Seliar sifat yang melekat pada dirinya.
Serigala itu menatap Fahmi dengan tatapan seolah menantang, Fahmi tahu ini adalah ancaman yang di tujukan untuknya. Serigala itu berlalu dan menghilang saat melihat taring Fahmi keluar dari rahangAuuuww." Lolongang kali ini membuat warga sekitar ikut bergidik.
'Beraniny dia,'
Fahmi menatap Fizah setelah taringnya kembali normal. Fizah terpejam dan masih ketakutan.
"Buka matamu, Fizah," ucap Fahmi menunggu sang pemilik mata indah itu menatapnya.
Pandangan mereka bertemu, darah keduanya berdesir menciptakan suatu perasaan yang entah
"Duduklah disini." Fahmi menepuk bale-bale meminta Fizah duduk di sampingnya. Gadis itu bergeming dia masih shock.
"Apa yang kau lihat, Fizah? Tak ada siapa- siapa disini."
Fizah memberanikan diri melihat ke sekitar, dimana serigala tadi membuatnya tak mampu berkutik. Ucapan Fahmi membuatnya melongo.
"Mas, tadi ... itu ... Mas. Aku," Fizah gelagapan.
"Tidak apa-apa, Fizah. Makanya kamu jangan suka penasaran tanya-tanya soal serigala. Kalau kamu semakin penasaran, dia akan mendatangimu seperti tadi." Fahmi kembali menggodanya berharap Fizah bisa santai dan tidak setegang sekarang.
"Tapi tadi itu apa, Mas? makhluk itu sangat besar, matanya merah. Aku melihatnya, wujudnya sangat mengerikan. Apa dia serigala jahat? Apa dia yang dibicarakan oleh ibu?" Fizah terus bertanya membuat Fahmi kewalahan untuk mencari alasan.
"Ayo, masuk. Aku sudah bilang bahaya berada di luar rumah, kan." Fahmi kembali menggenggam tangan wanita itu dan memasuki rumah. Bu Laksmi sudah kembali ke kamarnya.
Rumah sudah kosong, tak terlihat Ryan dimana-mana.
"Apa kau ingin makan malam?" Fahmi menawarkan.
Fizah menggeleng lemah.
"Tidak, Mas. Aku ingin langsung ke kamar," pintanya
"Baiklah, istrahatlah. Jangan berfikir yang tidak-tidak." Fahmi mengantar hingga ke depan kamar.
Setelah memastikan gadis itu masuk, Fahmi pun menemui Ibundanya.
Bu Laksmi duduk di tepi ranjang. Hatinya sedih karena Ryan berkeras untuk pergi.
"Ada apa, Buk. Apa yang membuat bocah itu datang ke rumah kita?" tanya Fahmi tanpa basa-basi.
"Fahmi, dia adalah saudaramu. Kenapa kau sangat kasar, Nak. Harusnya kau merasa senang, karena Ryan mau datang berkunjung."
Fahmi bosan mendengar Ibunya selalu membela Ryan.
"Aku lebih suka jika dia tak pernah datang, Bu."
Bu Laksmi kecewa melihat kedua putranya yang tidak bisa akur.
"Kalau Ryan sering berkunjung, aku akan keluar kota dan membawa Fizah bersamaku."
Bu Laksmi tercengang, dia tidak membalas ucapan putranya.
'Andai kau tahu apa yang telah di lakukan putra kesayanganmu itu, Bu,' Batin Fahmi
Fahmi bergegas keluar, dia berusaha mengejar serigala licik tadi. Namun, sayang. Serigala itu telah pergi dan Fahmi tidak menemukan jejaknya.
"Sialan, pengecut!" Makinya
Serigala itu tahu, Fahmi takkan mengejarnya jika Fizah bersama dengan pemuda itu.
Muncul di hadapan gadis itu membuat sang serigala semakin senang. Di tambah reaksi Fahmi yang mudah tersulut emosi.
"Jika ada lain kali, aku akan membuat perhitungan padanya." Tegas Fahmi
Emosinya memuncak. Cepat pemuda itu berbelok mencari tempat sepi. Untuk mengeluarkan amarah yang tertahan sejak tadi.
Auuuww
Lolongan serigala menggema ke seluruh penjuru kampung.
Aauùww ... auuwww ... auww ....
Fahmi berusaha tenang, jika tidak sesuatu yang sangat tak di sukainya akan terjadi.
Fahmi telah memiliki kekuatan itu. Entah bagaimana menyebutnya. Bagi Fahmi ini sebuah kutukan.
Alasan utama Fahmi meninggalkan desa karena tersiksanya dia menahan diri. Tidak ingin membuat ibunya takut. Fahmi memilih pergi dan berusaha mengendalikan diri.
Raz tak tahu, jika Fahmi sudah mendapatkan anugrah itu. Dia hanya fokus pada Ryan yang selalu sembrono. Ryan sang serigalan hitam saudara Fahmi.
Setelah sedikit lebih baik, pemuda itu melangkah pulang ke rumah, Fahmi langsung merebahkan diri di atas kasur. Pikirannya kembali ke masa lalu.
Dulu ....
Fahmi dan Ryan tak terpisahkan, Mereka pemuda yang baik. Ryan seperti adik kandung bagi Fahmi, kemanapun Fahmi pergi di situlah Ryan berada.
Ryan sangat patuh dengan abangnya. Apapun titah Fahmi selalu dituruti oleh Ryan.
Suatu hari, Ryan mengabarkan jika dia mempunyai seorang kekasih.
"Bang, abang kenal Nina kan? Kami saling mencintai. Aku dan dia resmi berpacaran."
Fahmi tersenyum mendengarnya, bahkan dia suka meledeki Ryan yang telah melangkahinya.
"Kau masih sangat kecil, harusnya urus diri sendiri dulu. Sekolah yang bener lalu cari pekerjaan."
"Yee, emang Abang. Nanti pasti Ryan kerja yang lebih giat buat Nina," timpalnya.
Ryan sangat mencintai gadis itu, dia cantik dan ramah. Nina juga berasal dari kampung yang sama. Nina adalah sahabat Ryan dari kecil, teman satu SD. Di kampung ini hanya ada sekolah SD, sekolah seperti SMP dan SMA berada jauh di luar kampung. Nina kembali setelah menyelesaikan pendidikannya.
Itulah awal mula mereka menjalin hubungan.
Seperti muda mudi lain, mereka sangat bahagia. Sampai saat Nina ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Nina pamit pada Ryan.
"Ryan, aku akan ikut bersama dengan kedua orangtuaku. Aku ingin melanjutkan pendidikan. Setelah lulus, aku akan kembali ke sini bersamamu."
Saat itu Ryan tak yakin jika Nina akan menepati janjinya. Mereka pun cekcok dan ingin menang sendiri.
"Tidak, aku tidak ingin kau pergi."
"Tolonglah, Yan. Semua ini demi masa depanku. Aku tidak mau masa tuaku hanya tinggal di kebun seperti orang-orang di kampung ini."
"Apa salahnya, toh pekerjaan ini tidak pernah membuat kita kekurangan. Kita bisa hidup damai."
"Terserah padamu, Ryan. Aku akan tetap pergi."
Ryan yang tak bisa mengendalikan emosinya, kini membentak Nina.
"Dengar, kau kemana-mana."
Untuk pertama kalinya, Ryan berubah menjadi manusia serigala. Lelaki itu bingung dan ketakutan, ia berubah menjadi sosok yang mengerikan. Bola mata yang berubah merah menyala membuat Nina hampir pinsan di tempatnya.
"Ka-kau! M-monster."
Gadis itulari terbirit-b***t meninggalkan Ryan sendirian.
Ryan melihat bulu-bulu halus di tangannya berubah menjadi tebal, giginya bertaring. Tangannya mengeluarkan cakar dan memaksa tubuhnya membungkuk berubah menjadi serigala.
Ryan bahkan takut melihat dirinya sendiri. Saat lelaki itu berteriak, bukan suara jeritan yang keluar melainkan suara lolongan. Sejak saat itu Nina tak pernah kembali.
Ryan yang di tinggal pergi berubah menjadi temperamental. Lelaki itu tak bisa mengendalikan diri.
Saat malam tiba, Ryan selalu menunggu di perbatasan. Menunggu Nina.
Dengan wujud barunya, Serigala hitam itu berkeliling mengaum dengan lolongan yang terdengar pilu.
Fahmi beberapa kali ingin membantunya. Namun semuanya sia-sia.
Penyesalan datang pada Ryan, dia berusaha menyusul Nina ke kota. Saat emosinya tak terkontrol Ryan mudah marah dan berakibat fatal. Ryan memutuskan pulang ke desa dan menunggu.
Sejak saat itu, Ryan bergabung dengan jelmaan serigala lainnya. Pemuda itu mengurung diri di lereng gunung.
Patah hati membuatnya menyukai kesendirian.
Selain itu, Ryan mencari tahu bagaimana dia bisa menjadi manusia jelmaan.