Rencana Rogiles semakin gila, dia sadar Raksana tidak akan tinggal diam dan akan mencari cara untuk bebas, sebelum lelaki itu mengacaukan semuanya. Rogiles bergerak lebih dulu, saat semua orang terlelap dalam keadaan gelap gulita, Dia berencana menghapus semua ingatan Fizah dengan kekuatan yang dimilikinya, Rogiles menyisakan sedikit kenangan untuk menyiksa gadis itu.
Apa yang tidak bisa dilakukan lelaki itu, kesaktiannya tak diragukan lagi.
**
Saat pagi menjelang, Malik sadar jika Fizah tidak ada dalam kurungannya. Lelaki itu mencari Hafizah dengan wajah panik.
"Penjaga! Penjaga! Wanita yang ada di sini menghilang? Kemana dia?"
Kedua penjaga itu terlihat kebingungan.
"Semalam dia masih di sana," ucap penjaga itu.
"Sial! Seseorang pasti telah memindahkannya."
Mendengar suara berisik yang di ciptakan Malik, Raksana pun bangun.
"Ada apa?"
Malik cemas takut Rogiles akan memanfaatkan gadis cantik itu.
“Dia tidak di sini, seseorang pasti membawanya saat kita sedang tertidur.”
Raksana bangkit dan melihat ke sebelah, Fizah benar-benar tidak ada disana. Raksana mencoba merusak pintu kurungan itu.
Malik memperhatikan usahanya, lama mencoba dan pintu itu tetap berdiri kokoh.
“Hentikan, usaha akan sia-sia,” ucap Malik.
“Lalu bagaimana?”
Malik memikirkan ide untuk kabur.
“Tunggu penjaga membawa makanan untuk kita, mereka akan membuka pintu dan masuk meletakan makanannya. Saat itu, kita akan mengambil kesempatan untuk kabur.”
Raksana setuju, Malik benar-benar pemuda yang cerdas. Lelaki itu kembali duduk di tempatnya. Dia memikirkan bagaimana nasib teman-temannya kini.
**
Di lebah ilusi.
Fahmi dan yang lainnya telah memutari tempat itu berulang kali, bahkan Fahmi menandai setiap pohon agar tidak kembali di tempat yang sama, naasnya usaha yang dia lakukan semuanya sia-sia. Mereka tetap kembali ke satu titik yang sama.
“Aku nggak kuat lagi, aku haus, Bang,” ucap Ryan dan bersandar pada pohon mangga.
Buah mangga itu terlihat segar dengan warna orange yang menggugah selera.
Buahnya bergelantungan seolah meledek dan menggoda mereka.
“Jangan, kalian harus menahan diri. Sebentar lagi aku yakin kita dapat menemukan jalan keluar.”
Juna tak bisa bersabar lagi.
“Sudah lah, hentikan harapan semu itu. Kita terjebak di sini sudah dua hari dan aku tidak menemukan sesuatu yang kau perbolehkan untuk di makan.”
Fahmi sendiri sudah sekarat, dia begitu lemah, bibirnya kering dan perutnya keroncongan.
“Kenyataannya aku tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bantu aku berpikir, Malik tidak juga kembali, kita sudah menjelajahi tempat ini tapi tidak menemukan jalan keluar.”
Mereka tertunduk sedih.
Di tengah keputusasaan, geraman serigala terdengar samar di telinga masing-masing.
“Kau dengar itu?” Ryan menyadari hal itu pertama kali.
Juna dan Fahmi mengangguk.
“Apa kalian pikir dia Malik?” tanya Fahmi.
Ryan merasa asing mendengar suara geraman itu, perlahan suara manusia serigala itu semakin mendekat, sadar jika mereka tidak mengenalinya. Fahmi, Ryan dan Juna pun siaga di tempatnya.
Sosok manusia serigala dengan bulu coklat keemasan muncul di balik semak. Semua orang tertegun menatap keindahannya.
“Jelas dia bukan Zeana,” ucap Juna setelah menatap dengan teliti.
Warna bulu serigala itu sama persis dengan bulu milik Zeana.
“Siapa kau? Tunjukan wujud aslimu!”
Ryan, Juna dan Fahmi menunggu.
Serigala di depannya tampak buas dengan sorot mata yang siap menerkam.
“Hal ini tidak baik, tapi menghadapinya dengan wujud sebagai manusia membuatku tidak yakin.”
Juna merubah dirinya terlebih dahulu. Alangkah terkejutnya dia saat pemandangan yang ada di hadapannya ikut berubah saat dia berubah wujud.
“Ini gila,” ucap Juna dan kembali ke wujudnya sebagai manusia.
“Ada apa?” tanya Ryan.
“Pantas saja kita tidak bisa meninggalkan tempat ini.”
Fahmi dan Ryan tidak mengerti, sedangkan jelmaan manusia serigala di hadapannya semakin mendekat.
“Kita berada di tengah sungai, dan daratannya hanya tempat yang kita pijak ki,” ucap Juna.
Ryan dan Fahmi tertegun, dia lantas merubah diri, benar saja. Mereka berada di tengah sungai yang mengalir tenang. Airnya begitu jernih dan menyegarkan. Tanpa pikir panjang, Ryan tidak menunggu lagi dan segera melepas dahaganya.
Juna dan Fahmi tidak sempat menahannya. Mereka pun menunggu efek lain yang mungkin akan terjadi.
“Aman, jadi inilah rupa sebenarnya dari tempat ini," ucap Ryan tersenyum.
Juna dan Fahmi segera menyusul dan meminum air sebanyak yang mereka bisa. Fahmi dan Ryan tidak lupa mencuci wajahnya membuat mereka merasa segar.
"Enak sekali," ucap Juna tersenyum.
Serigala tadi melompat dan menyerang Ryan dengan buas.
“Graam.”
Fahmi dan Juna terlonjak kaget.
Perkelahian pun terjadi, Juna membantunya dan berusaha menjauhkan serigala itu dari Ryan.
“Siapa kau! Apa salah kami padamu hingga kau menyerang seperti itu?” tanya Fahmi.
Tatapan serigala itu mengarah kepadanya, Fahmi merasa aneh, dia seolah dejavu dengan tatapan itu.
“Aku seperti mengenalinya, tapi siapa?” batin pemuda itu.
Serigala itu begitu kuat, Ryan dan Juna kewalahan karena kekuatan mereka melemah.
Geraman dan kebuasan serigala itu akhirnya di hadapi bersama-sama.
Awalnya, mereka akan kalah. Saat serigala itu hampir melahap kepala Fahmi, Ryan dan Juna pun bersemangat untuk menjatuhkannya. Pukulan Fahmi yang menyerang di belakang tengkuk , membuat serigala itu terhempas ke tanah dan berubah menjadi manusia.
Suara lenguhan dan jeritan terdengar begitu menyakitkan.
Alangkah shock nya mereka saat mengetahui orang yang baru di serangnya adalah Hafizah. Wanita yang menjadi tujuan petualangan mereka.
“Tidak, ini tidak mungkin.” Fahmi bergetar dan mendekatinya.
Fizah terluka parah, tetapi dia tidak mengingat apapun. Raksana telah mengambil ingatannya.
Juna, Fahmi dan Ryan berubah menjadi manusia.
“Fizah, lihat aku. Bagaimana bisa kau menjadi seperti ini?”
Wanita itu tidak menjawabnya, tubuhnya ambruk dan Fizah memejamkan mata. Fahmi dan Ryan mengankat tubuh Fizah dan membawanya berteduh di bawah pohon yang rindang.
“Lihat pergelangan tangannya,” ucap Juna.
Bekas gigitan Rogiles masih tercetak di sana.
“Dia di ubah, seseorang dengan ilmu yang tinggi telah merubahnya. Mungkin itu ada sangkut pautnya dengan suara lolongan yang kita dengar tempo hari.”
Airmata Fahmi jatuh tak terbendung. Andai saja dia tidak terlambat menemukan wanitanya.
“Apa yang harus kita lakukan? Apa kita bisa menyelamatkannya?” Fahmi berharap Fizah dapat menikmati hidup sebagai manusia seutuhnya.
Juna mendekat dan memeriksa kornea mata wanita itu.
“Warna bola matanya berubah sempurna, tidak ada harapan. Dia akan hidup sebagai manusia serigala untuk selamanya."
“Kurang ajar, ini semua kesalahan Rogiles. Dia lah yang akan bertanggung jawab atas semuanya.”
“Ach!” Amarah Fahmi semakin menggebu. Dia akan membalas semuanya.
Jauh dari tempat mereka.
Rogiles tersenyum puas.
Teriakan kepedihan Fahmi terdengar merdu di telinganya seolah penderitaan pemuda itu bagai lagu yang merdu menemani harinya.
“Apa dia membunuhnya? Aku yakin dia tidak akan mampu membunuhnya. Tapi, wanita itu akan selalu mencelakainya kapanpun dia sadar.”
Rogiles tersenyum pada pelayannya.
"Wanita itu akan jauh lebih berguna dari pada Raksana."