Aku Menyukainya!

1308 Words
Xue Mingyan berjalan sendirian di pasar. Tadinya dia ingin menjumpai Lala dan Lusi, tetapi ketika dia ingat bahwa mereka berdua tengah bersenang senang saat ini, itu pasti akan menganggu mereka. Jadi Xue Mingyan memutuskan untuk mencari hadiahnya sendiri. Dia memasuki toko sederhana di dekat g**g sempit. Setelah masuk, dia menghampiri pelayan tokonya. "Apa yang anda inginkan nona?" tanyanya ramah. "Aku ingin mendapatkan informasi yang akurat," balas Xue Mingyan serius. Pelayan itu sedikit terkejut, karena Xue Mingyan bisa tahu tempat rahasia di toko ini. Memang sekilas, toko ini hanya toko yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Akan tetapi itu hanya luarnya saja untuk menutupi bisnis asli mereka. Yaitu menjual Informasi apapun tanpa terkecuali. "Baik nona, silahkan ikuti saya," balasnya kemudian berjalan naik ke lantai dua menuju ruangan khusus tempat penjualan informasi. "Nona masuk saja," perintahnya ketika telah sampai di sebuah pintu. Xue Mingyan mengangguk, lalu dia masuk ke dalan pintu yang menurutnya aneh karena terlihat seperti pintu yang telah rusak. Dia masuk ke dalam dengan hati-hati karena entah kenapa dirinya merasa takut ketika masuk ke dalam. "Selamat datang, apa yang kau butuhkan di sini?" tanya seseorang. Xue Mingyan menatap sekelilingnya mencari siapa yang mengajaknya berbicara tadi. "Di bawah nona," ucapnya lagi. Xue Mingyan menunduk ke bawah dan dia menjumpai seorang laki laki yang tengah menatapnya datar. Dia sedikit terkejut dengan kemunculannya yang tidak disangka sangka ini. "Maafkan aku karena telah mengejutkanmu nona," ucapnya datar. "Ti-tidak apa apa, itu tidak mempengaruhiku," balas Xue Mingyan yang langsung menghampiri dan duduk di depannya. "Informasi apa yang kau butuhkan?" tanyanya. "Putri Qiaosheng, aku membutuhkan informasi tentangnya," jawab Xue Mingyan serius. Laki laki di depan Xue Mingyan terdiam, entah sedang memikirkan apa. "Nona, aku bisa saja memberikan informasi tentangnya sekarang. Tapi ..." ucapannya terhenti dan menatap Xue Mingyan. Xue Mingyan mengerti maksudnya, dia langsung meletakkan sekantong koin untuknya di meja. Lelaki itu tersenyum senang ketika melihat sekantung penuh koin berada di depannya saat ini. Pada saat dia akan mengambilnya, langsung saja Xue Mingyan merebutnya kembali. "Berikan dulu apa yang kumau," ucap Xue Mingyan serius. "Baiklah aku akan memberikan informasi yang kau mau," jawabnya datar. *** Xue Mingyan berjalan berkeliling di pasar. Dia sedang mencari Lala dan Lusi sambil berjalan jalan melihat lihat Pasar yang sangat berbeda sekali dengan Pasar yang ada pada zaman modernya saat itu. Ketika sedang menikmati jalan-jalannya, tanpa sengaja Xue Mingyan bertemu dengan pria yang kalah bermain dalam permainan kartunya waktu itu. "Nona, kita bertemu lagi," sapa Huan Meng sambil tersenyum senang menatap Xue Mingyan. 'Haduh, kenapa aku harus bertemu dengan pria ini lagi!?' keluh Xue Mingyan di dalam hatinya yang tentu saja tidak akan dia ucapkan di mulutnya. "Haha iya dunia benar-benar sempit, kita bisa bertemu lagi," balas Xue Mingyan sekedar berbasa-basi sambil tertawa canggung. "Orang bilang jika dua orang bertemu 3 kali tanpa sengaja, mereka berdua adalah jodoh. Apakah mungkin itu berlaku untuk kita juga?" tanya seseorang. Xue Mingyan menatap datar pria yang berdiri di belakang Huan Meng. Entah kenapa mendengar pertanyaannya, membuatnya kesal. "Kenapa kau selalu tidak menjawab pertanyaan dariku? Apakah jawabannya adalah iya?" tanyanya lagi. Xue Mingyan berdecak kesal, "Hei, apakah orang yang di belakangmu itu adalah manusia? Mengapa aku merasa dia seperti titisan iblis? Suka menabur kebohongan dimana-mana," ejeknya jengah. Huan Meng tersenyum hambar, gadis di depannya ini benar-benar pemberani sekali. Menghina dan mengejek seseorang yang mudah meledak seperti ini. Pria itu tersenyum ketika mendengar ejekannya Xue Mingyan, "Aku suka panggilan darimu, apakah itu panggilan khususmu untukku?" tanyanya lagi. Xue Mingyan terdiam, "Sudahlah aku pergi saja," ujarnya kemudian beranjak pergi dari mereka untuk menghentikan kegilaan ini. "Itu dia orangnya guru! Dia yang telah mempermainkanku dan mempermalukan perguruan kita di depan banyak orang," teriak seseorang. Xue Mingyan menghentikkan langkah kakinya dan berbalik ke belakangnya untuk melihat siapa orang yang telah meneriakinya. Dia mengerutkan dahinya sedang mengingat-ngingat orang yang sedang berdiri di depannya menatapnya tajam. "Akh! Bukankah kau pria yang tidak terima kekalahannya dalam bermain kartu denganku dan malah menyerangku?" tanya Xue Mingyan ketika suatu ingatan terlintas di kepalanya. Bukannya menjawab pria itu malah mendekati Huan Meng dan orang aneh yang disebutnya 'guru' tadi. "Guru, aku pernah bilang bahwa seorang gadis pernah mempemainkanku dan mempermalukan perguruan kita di depan banyak orang. Dan sekarang gadis itu ada di depanmu guru," rengeknya. "Apa yang kau katakan Lee? Nona ini tidak mungkin melakukan hal seperti itu," bantah Huan Meng. Zhong Lee berdecak kesal, "Kau lebih mempercayainya daripada temanmu sendiri Huan? kau sungguh benar benar tidak setia kawan!" cecarnya. "Bukan seperti itu mak ...." "Cukup!" potong orang yang berada di tengah tengah Zhong Lee dan Huan Meng dan berhasil membuat mereka membungkam mulutnya. Xue Mingyan tertawa melihat mereka berdua yang kelihatannya takut sekali dengan pria itu. "Mengapa kau tertawa?" tanya pria itu. Xue Mingyan menggelengkan kepalanya, "Tidak hanya saja mengapa mereka berdua takut padamu? Apakah kau seorang monster? Atau apakah ucapanku benar? Seorang titisan iblis?" tanyanya. Huan Meng dan Zhong Lee tersentak, mereka sungguh tidak percaya mendengar apa yang dikatakan oleh Xue Mingyan adalah gosip atau panggilan lain untuk gurunya Feng Hui. Feng Hui berjalan mendekati Xue Mingyan yang sedang menatapnya datar, "Apakah kau tidak merasa takut padaku?" tanyanya yang dijawab dengan gelengan Xue Mingyan. Feng Hui tersenyum smirk, "Bolehkah aku mengetahui namamu? Kita sudah bertemu beberapa kali, bisakah kita berteman?" tanyanya lagi. Xue Mingyan terdiam cukup lama, tetapi kemudian dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Xue Mingyan, namaku Xue Mingyan. Aku berteman denganmu karena kau aneh," ejeknya. Feng Hui tersenyum kemudian dia berjalan mendekati Xue Mingyan dan merangkul pundaknya lalu menuntunnya untuk ikut dengannya. "Baiklah, kita selesaikan masalahnya ini. Lee kau bilang bahwa Xue er mempermalukan perguruan kita bukan?" tanya Feng Hui. Zhong Lee masih terdiam membatu melihat keramahan yang ditunjukan oleh gurunya di depan Xue Mingyan. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya ini. Orang yang tidak pernah tersenyum dan menatap hangat seseorang dan hanya aura kegelapan serta sorotan mata yang tajam sebelumnya lenyap di depan gadis ini. Feng Hui berdehem dan menatap dingin Zhong Lee. Dia masih menunggu Zhong Lee menjawab pertanyaannya. "Akh be-benar apa yang dikatakan oleh guru. Dia telah mempermalukan perguruan kita guru," balas Zhong Lee berantusias. Xue Mingyan mengertakan giginya kesal, "Tunggu! Apa kau bilang!? Siapa yang ..." Ucapan Xue Mingyan terhenti karena dengan cepat Feng Hui menutup mulutnya dengan jari kelingkingnya sendiri. "Lee aku sudah mengatakan dari awal bahwa aku paling membenci seorang pembohong! Jadi apakah kau mengatakan yang sebenarnya!?" tanya Feng Hui menatap tajam Zhong Lee. Zhong Lee tersentak, tubuhnya bergetar ketakutan ketika melihat sorot mata tajam dari Feng Hui. Tiba-tiba kakinya tidak bisa menahan berat tubuhnya lagi, dia langsung terduduk lemas ke tanah. "Ma-maafkan aku guru, a-aku ti-tidak bermaksud untuk berbohong," rengeknya. Feng Hui terdiam, dia tidak menjawab pengakuannya Zhong Lee. Dia malah menatap Huan Meng, "Huan! bawa dia pergi, aku akan memberi hukuman untuknya nanti," perintahnya. Huan Meng mengangguk mengerti, lalu dia mengajak Zhong Lee untuk segera pergi sebelum terkena amukannya Feng Hui gurunya. Xue Mingyan terdiam, dia masih bingung dengan keadaannya sekarang. "Maafkan aku jika membuatmu takut," ucap Feng Hui di samping Xue Mingyan yang sedang menatapnya sedih. "Akh bukan seperti itu, aku tidak takut sama sekali. Malah aku menyukai sikapmu yang membuat lawan bicaramu jujur dengan sendirinya," puji Xue Mingyan sambil tersenyum ramah. Feng Hui tersentak, entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdetak dengan kencang saat melihat senyumannya Xue Mingyan. "Sudah hampir malam, aku akan pulang dulu. Jangan terlalu galak menghukumnya ya," ucap Xue Mingyan sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum jahil lalu pergi dari Feng Hui yang terdiam melamun karena sikapnya tadi. Feng Hui tersenyum senang, menurutnya Xue Mingyan wanita yang berbeda dari wanita wanita yang sering mengejarnya. "Aku akan mendapatkannya!" Feng Hui sangat bersemangat. Di sisi lain, Liu Xingsheng merasakan sebuah aura negative. Ntah kenapa pikirannya sangat kesal memikirkan jika pria lain menyukai Xue Mingyan, hatinya cemburu. "Sepertinya aku harus segera untuk menjadikan Xue er sepenuhnya milikku. Daratan ini penuh dengan buaya yang siap memangsa, aku harus menjaganya!" ujarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD