bc

love in mission

book_age16+
766
FOLLOW
4.0K
READ
FBI
dominant
confident
drama
sweet
bxg
campus
first love
friendship
Writing Academy
like
intro-logo
Blurb

Cally tidak pernah tau bahwa tugas terakhir yang diberikan oleh sang Jendralnya, malah membawanya bertemu kembali dengan sosok lelaki yang dulu sudah kabarkan meninggal dalam misi di Rusia. Lelaki yang dulunya adalah, mantan kekasihnya.

Cally, sang Kapten yang memimpin misi pemberantasan para gembong besar mafia, harus memilih antara menyelamatkan cintanya atau mati karena kelalaiannya.

Cover : Pexels

Font : Bebas neue, Open Sans

chap-preview
Free preview
Love in mission 1 *
Washington DC, Amerika Serikat Seorang gadis yang memiliki perawakan tinggi, hidung yang terpahat indah turun dari sebuah mobil hitam keluaran terbaru. Ferrari 005, mobil hitam itu menarik perhatian beberapa orang yang masih berlalu lalang di lapangan seluas lapangan golf itu. Gadis yang dibalut atasan adidas sport itu menatap pergelangan tangannya, lalu melangkahkan kaki jenjangnya memasuki gedung terbesar di USA itu. Beberapa orang yang tidak tau siapa gadis itu pasti bertanya-tanya dalam hati. Siapa gerangan yang melangkahkan kakinya di gedung FBI dengan pakaian santai seperti yang sedang dikenakan oleh gadis itu? Tidak ada, setiap orang yang berkunjung kesana pastilah mereka--manusia berjas mahal. Namun, kali ini mereka menatap sosok itu dan bertanya-tanya dalam hati. Terlebih saat petugas keamanan sama-sekali tidak menghentikan gadis itu. Seolah gadis itu adalah orang penting yang memiliki akses bebas untuk memasuki gedung itu. Gadis itu sesekali menatap orang-orang yang juga menunduk padanya, ia tidak membalas ataupun merespon mereka. Langkahnya terus membawa gadis itu memasuki ruangan yang dipenuhi dengan CCTV itu. Hingga Langkahnya terhenti di depan sebuah ruangan yg bertuliskan "Jendral frederick dominic", tangan gadis itu terangkat untuk mengetuk pintu itu. tok..tok..tok... "Masuk!" Ketika gadis itu sudah mendengar jawaban dari dalam ruangan, dengan suara bariton yg cukup tegas . Akhirnya gadis itu membuka knop pintu itu, dan melangkahkan kakinya memasuki ruangan yg bernuansa ala militer itu tapi terkesan santai. "Selamat siang Jendral! "seru gadis itu dengan sedikit membungkuk hormat kepadanya. Jendral itu diam, tidak menyahut. Bahkan fokus jendral itu masih berada di layar monitor yang berada di depannya. "Saya ketua team Alfa xxv sudah menerima perintah dari Jenderal sendiri untuk menjalankan misi pemberantasan para mafia n*****a yg sudah beberapa bulan ini menjadi target FBI.Dan juga saya sudah menerima persyaratan menjalankan misi tanpa pengawalan dalam artian tugas ini dilakukan secara...individu!" seru gadis itu tegas. Siapa yang mengira bahwa gadis yang mengenakan baju santai itu adalah orang penting di FBI? Sebagian orang, ya...hanya beberapa orang yang kenal dan tau siapa persisnya sosok ketua dari team Alva itu. "Kurang lebih begitu!" tak ada lagi yang membuka suara, baik gadis itu maupun sang jenderal. Sedikit menghela napas,gadis itu akhirnya melanjutkan pembicaraan itu. "Baiklah saya siap menerima misi itu,Sir!" seru gadis itu dengan sedikit senyum sinisnya yg membuat siapa saja yg melihat nya bergidik ngeri, bahkan ketika mendapat tatapan mengintimidasi dari gadis itu. Bisa-bisa lawannya sudah mati duluan sebelum peluru menembus isi kepalanya. "Saya sudah mempersiapkan segala keperluan mu, dan ada satu lagi yg belum saya sampaikan di dalam surat itu!" orang yg berbicara dengan gadis itu sedikit mengambil jeda,kemudian melanjutkan ucapannya yg terpotong. "Kamu,akan menyamar menjadi salah seorang mahasiswi di Oxford University!" Gadis itu hanya mengumpat dalam hati, menjadi mahasiswa lagi? Sesuatu yang benar-benar tidak ia sukai. Cukup sudah di usianya yang masih 14 tahun ia sudah menjadi bagian dari kumpulan pelajar mahasiswa dan menjadi pencetak rekor usia termuda. Meski demikian, ia tetap harus taat perintah, menghela nafas gadis itu lalu angkat bicara. "Baiklah,saya Cally Dominic menerima dan akan melaksanakan perintah dan misi yg diberikan oleh Jendral Frederick Dominic dengan siap menanggung segala resiko yg akan saya alami nanti nya,terimakasih!" seru gadis itu sambil mengakhiri pertemuan nya dengan jendral itu. Setelah mengatakan sepenggal kata itu, gadis bernama Cally Dominic itu pamit dari pria di hadapannya yg di sebut dengan jendral Frederick Dominic itu. Tetapi sebelum tangannya menggapai kenop pintu, pria yg sudah berpangkat Jenderal itu menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan mengelus rambut panjang nya. Mengambil jeda sebentar sebelum akhirnya jendral itu angkat bicara. "Kamu datang kesini sebagai putri ayah sayang.Bukan sebagai ketua tim Alfa atau sebagai orang lain!"serunya dengan nada suara yg sedikit menyiratkan kerinduan. "Daddy." Seru cally dengan sedikit lirih. Meski Cally itu adalah gadis pembunuh berdarah dingin, ia juga hanya seorang anak yang butuh kasih sayang seorang ayah. "Ayah tau ini berat untukmu sayang! Tapi ketahuilah ayah tak akan mempekerjakan sembarang orang dalam menjalankan sebuah misi,apalagi harus melibatkanmu dalam misi ini berarti ini sudah terlalu beresiko tinggi,untuk itu ayah mengutusmu sayang!" "Tapi daddy,mengapa harus Cally saja? Tak bisakah orang lain?" "Daddy tau ini terlalu berbahaya sayang.Tapi daddy tau kamu bisa,karena kamu mampu." Cally tau apapun tugas yg diberikan kepadanya harus dituruti, terlebih ini adalah perintah dari daddynya.Perintah yg benar-benar mutlak tak terbantahkan.Jadi sia-sia saja kalau Cally merengek kepada ayahnya. "Baiklah daddy,aku siap menjalankan misi ini" "Baiklah sayang,ayah memberikan kepercayaan ayah ke padamu seutuhnya.Ayah tidak menerima kegagalan dalam misi ini.Ayah memberikan waktu 5 bulan untuk menjalankan misimu.Ingat pesan ini sayang.'Jangan percaya kepada siapapun dalam menjalankan misimu. Karena mereka dapat berbalik untuk menghianatimu dan malah menjatuhkanmu, di dalam lapangan, hanya partner mu yang bisa kau andalkan! Ayah tak ingin kegagalan seperti misi-misimu sebelumnya,kau paham? "Baiklah daddy !" "Sekarang pulanglah! Kau harus menyiapkan barang-barangmu untuk mulai kuliah. Ayah harus menyelesaikan sebagian pekerjaan ayah lagi." "Baiklah daddy!! Tapi sebelumnya kenapa aku harus berkuliah di oxford ? Bukankah itu akan lebih sulit dad? Pria itu sedikit menampilkan senyumnya.Berpikir tentang gadis yg berada di depannya itu adalah Gadis yg masih sama,yg tidak peduli dengan apapun kecuali misi nya. "Kau tau cally?" seru Frederik "No daddy!Apa yg aku tau kalau daddy tidak memberitahuku?" "hahahaha.... kau selalu benar sayang.Jadi alasan ayah menyuruhmu kuliah di sana adalah untuk memudahkan pergerakanmu,sehingga tidak mudah terbongkar.Terlebih karena salah seorang mafia buronan itu tersangka menjadi salah seorang dosen di sana,dengan menjadi siswi di sana kau dapat lebih mudah menjalankan misimu" "Baiklah dad, Aku paham!" "Ayah tau itu sayang! Sekarang kembali lah ke rumah" Setelah penjelasan singkat itu,Cally pergi dari kantor ayahnya. Sekarang Cally sudah memasuki arena luar, banyak para agen dan pekerja di sana yang menyapa gadis itu.Tetapi sayangnya hanya dibalas dengan tatapan sinis dan muka datar tanpa mau repot-repot membalas sapaan mereka. Apakah mereka sakit hati? Tentu tidak,karena Cally sudah terkenal dengan sifat nya itu.Terlebih ketika mata tajam Cally memperhatikan seseorang dengan sangat intens berarti neraka sudah dekat. "Agent Cally, tunggu!" gadis itu berhenti mendengar ada yang memanggil namanya . Ia lalu membalikkan badannya, Cally lalu memutar matanya malas, kenapa harus bertemu lagi? "Ada apa, hakim Reymond?" ucap Cally, berhadapan dengan pria yang berstatus sebagai hakim itu hanya membuat umurnya berkurang. Ia terlalu jijik mendengar gombalan unfaedahnya itu. "Santai saja agent Cally, ku dengar kau baru kembali dari misi di Rusia bukan?" serunya sambil mengikuti langkah lebar gadis itu "Ya,begitulah!" "Lalu, apa ayahmu memberikanmu tugas baru lagi?" Cally berhenti, ia menatap Reymond yang juga menatapnya "Lau menguping lagi?" tuduh cally Reymond terkekeh,tebakannya benar. Pasti cally akan menuduhnya yang tidak-tidak jika ia tahu apa misi yang akan dilakukan gadis itu. "Selalu saja menuduhku sembarangan!" kekehnya mengacak rambut Cally, satu-satunya wanita yang menolaknya tanpa pertimbangan. "Ahhhh, ampun. Tanganku,astaghhh!' Teriakan Reymond menarik perhatian dari beberapa agen yang lewat. Mereka hanya terkekeh melihat Hakim agung itu sedang merintih kesakitan, salah siapa membangunkan harimau tidur? Tanggung sendiri akibatnya. "Cally, tanganku bisa patah!" serunya saat gadis itu sudah melepasnya dan berjalan mendahuluinya. "Kau akan kembali merasakan yang lebih sakit jika kembali menyentuh rambutku!" ujar cally acuh. Reymond baru ingat, gadis satu ini memang paling anti jika disentuh kepalanya, berbeda dengan gadis lain. Jika mereka senang rambutnya dielus, gadis ini malah kebalikannya. "Mau minum bersama?" tawar Reymond "Tidak,aku harus pulang" ujar Cally sambil mengeluarkan kunci mobilnya Reymond mendengkus, ia ikut masuk ke dalam mobil gadis itu, enak aja main tinggal. "Keluar!" ujar Cally , Reymond menatapnya tidak percaya, masih tega gadis itu mengusirnya? "Cally plis, jangan disini, aku malu nantinya banyak yang lihat!" seru Reymond memelas, sudah dipastikan jika dia keluar, pasti orang-orang yang sedari tadi memperhatikan mereka akan menertawai dirinya yang benar-benar tebal muka kembali mendekati Cally, gadis arrogant yang pernah ada. Cally mendengkus, ia melajukan mobilnya. Setelah sampai di tujuan, Cally langsung memarkirkan mobilnya di area parkiran cafe, Ia mau minum kopi dulu. Reymond masih mengikuti gadis itu menuju cafe. **** "Kau yakin gadis itu orangnya?" "Iya, aku bahkan melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!" "Bagaimana mungkin?Gadis itu bahkan kelihatan tidak menguasai bela diri!" "Itu hanya diluarnya saja, semua gadis itu pandai berkamuflase dengan baik. Kita tidak bisa membedakan mana yang benar-benar lemah, dan mana yang benar-benar harimau!" Cally dan Reymond hanya memperhatikan mereka dari meja mereka. Sebenarnya yang terlihat antusias mendengar hanyalah Reymond, sementara Cally hanya melihat handphonenya dari tadi. Meski begitu ia tetap berjaga-jaga, di kota ini, tidak ada yang benar-benar aman. Selain maraknya kerusuhan, hal yang paling berbahaya adalah mereka yang menjual tubuh setiap orang yang berhasil mereka dapatkan, sungguh biadab. "Kau tidak gerah mendengar mereka?" seru Reymond Cally mengedikkan bahunya cuek, ia tidak mau terlibat dalam hal yang bukan urusannya. Karena bisa jadi hal itu akan berimbas padanya, siapa yang tau ? Karena terkadang, kita harus bersikap bodo amat dan cuek, seperti sebuah buku inspirasi Cally SEBUAH SENI UNTUK BELAJAR BODO AMAT , buku yang sangat bisa mempengaruhi watak seseorang. Reymond semakin geram, terlebih para pemuda itu dengan beraninya menunjuk ke arah meja mereka dan objek nya menjadi pembicaraan mereka adalah gadis di depannya ini, yang bahkan tidak peduli apa yang mereka katakan tentangnya. Reymond menghampiri mereka "apa kau paham apa yang sedari kalian perbuat itu mengganggu ketenangan kami?" seru Reymond dengan nada tinggi "Hey bapak yang sok tau, emang kami ngomongin siapa? Ngaca dong, kami lagi ngomongin itu, gadis di belakang meja bapak!" seru salah seorang pemuda itu Reymond menoleh ke arah meja yang mereka tunjuk, wajah Reymond sontak memerah. Ternyata objek yang mereka bicarakan bukan Cally, tapi kumpulan gadis yang berada di belakang meja mereka. "Ya sudah...jika mereka memang yang kalian bicarakan,bisakah kalian menjaga etika? Kami merasa terganggu dengan suara kalian!" ujar Reymond lalu kembali duduk di tempat nya semula. "Memalukan!" kekeh Cally, ia bangkit berdiri dari duduknya hendak membayar,tapi sebuah suara tiba-tiba menghentikan pergerakan Cally. Ia menatap sekumpulan pemuda berpakaian hitam datang dan mengarahkan pistolnya. "Serahkan uang kalian, atau kami akan menembak kalian semua!" "Aku masih belum punya uang, tolong datang nanti saja, aku mohon!' seru pemilik cafe "Diam kau b******k, jika kau tidak mau memberikannya aku akan menembakmu!" Dorr "aaaaaaa!" teriak pemilik cafe itu "Ba...baiklah, aku akan memberikannya!" "Aalian semua, tiarap!" ujar pemuda bertopeng itu semua pengunjung ketakutan, tak ada yang berani bergerak. Lain halnya dengan Cally yang tetap duduk sambil memperhatikan mereka satu persatu. Dua lelaki yang kelihatan berumur 18 tahun dan satu lagi kira-kira 20 tahunan. Senjata mereka hanya pistol biasa, hanya mampu menembak lima kali dan harus diisi kembali. Baik, sepertinya Cally tak harus mengeluarkan pistolnya juga. "Hey, kau tidak mendengarku hah? mulai berani melawanku?" seru pemuda yang memegang pistol "Tidak sopan berbicara kepada yang lebih tua seperti itu bocah!" ujar Cally. Reymond yang melihatnya berbicara begitu santai hanya menelan ludahnya. Gadis itu memang terlalu berani dan tidak kenal gentar, pantas saja, di usianya yang masih muda ia sudah menjadi petinggi FBI. "Dasar gadis, mulutmu benar-benar harus di ajari cara berbicara yang sopan, tapi sepertinya wajahmu lumayan juga!" ujar nya mengelus wajah Cally "tapi aku tidak menyukai watak penantangmu!" slelaki itu mendorong kepala Cally. Wajah Reymond pias, ia sudah memperkirakan apa yang akan terjadi pada lelaki yang sudah menyentuh kepala gadis itu. dorr.. Pistol di tangan lelaki itu balik menembak kepalanya, pemuda itu membulatkan matanya, bahkan ia tidak sadar kapan pistolnya balik menembus isi kepalanya. Ia menatap gadis di depannya itu dengan mata melebar. Brukkk Lelaki tadi terjatuh. Cally hanya menatap pria malang itu. "Tidak menyenangkan, refleksnya sangat minus!" Semua mata hanya menatap Cally terkagum-kagum. Bahkan teman pemuda itu sampai melebarkan mulut melihat kematian temannya yang bahkan tidak sampai hitungan menit. "Wanita sialan!"seru teman pemuda itu, ia mengarahkan pistolnya menembak Cally yang dengan mudah menghindari. Semua pelanggan berteriak mendengar bunyi peluru yang saling menembak, mereka berusaha bersembunyi di balik tembok dan meja. Cally menyeringai, ia menembak lutut kedua pemuda itu. Keduanya langsung tumbang, pistol mereka sudah terlempar jauh. Cally mendekati mereka, menginjak lutut mereka sampai terdengar rintihan kesakitan. Cally membuka topeng mereka, ternyata dugaannya benar, mereka masih muda, dan yang sudah tewas itu pasti yang berusia 20-an. "Ingin mati seperti pemuda t***l itu?" tanya Cally "Ampun, tolong lepaskan kami. Kami hanya mengikuti kata pemuda itu saja, dan untuk membiayai kuliah kami!" Cally meludah, ia menatap mereka bengis. "Tidak ada yang bisa kulepaskan, polisi sudah datang!" Cally lalu menatap Reymond yang mendekatinya. "Aku akan mengurusnya, pergi sajalah. Nanti urusanmu akan bertambah rumit!" Cally menangguk, ia lalu memeluk Reymond sebentar. Lalu memasuki mobilnya,dan segera menghilang sebelum polisi sempat melihat keberadaanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

LIKE A VIRGIN

read
841.4K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
220.4K
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook