1. Prolog

1243 Words
“A, kayaknya aku membunuh seseorang,” ucap seorang wanita yang pakaiannya tampak berantakan. Noda darah terlihat di baju kerja itu, sang suami yang tertidur pulas sambil memeluk anak bayi yang usianya baru enam bulan itu mengerjapkan matanya. Lalu terkesiap melihat istrinya menangis, tangan sang istri gemetar dan sorot matanya memberikan keterangan bahwa dia ketakutan. Pria itu bergerak cepat, tak dihiraukan bayinya yang mungkin terbangun, segera mengambil gelas berisi air putih di atas nakas dan menghela istrinya duduk di ranjang. Dia memberikan air putih itu. Istrinya meneguknya dengan sangat cepat hingga tandas. Pria itu berjongkok di hadapan istrinya, memegang kedua tangan istrinya lalu memeluknya erat, ada alasan dia melakukan itu. Noda darah kini tak hanya ada di pakaian istrinya namun juga pakaiannya, melihat noda yang masih basah itu membuat suaminya berpikir bahwa kejadiannya belum lama. “Kamu ganti pakaian, ayo kita ke lokasi,” ajak suaminya. “Aku takut,” ucapnya dengan suara gemetar. “Cepat,” tuturnya. Bergegas sang istri melucuti pakaianya di kamar mandi, membiarkannya teronggok dan dia mandi dengan cepat. Menggendong bayinya dan keluar dari kamar. Suaminya sudah menunggu. “Tapi pakaian kamu,” tunjuk sang istri. Suaminya menggeleng, dia sengaja melakukan ini. “Cepat,” tuturnya seraya menghela istrinya ke mobil yang tadi istrinya bawa. Di mobil, istrinya menjelaskan semuanya dan alasannya menusukkan obeng di d**a orang yang itu. Dia yakin orang itu sudah mati karena kehabisan darah. Langit malam terlihat lebih mencekam, hingga dari kejauhan mereka melihat kepulan asap yang membumbung. Keduanya turun dari mobil ke arah salah satu rumah, para warga berlarian menyiram rumah itu dengan air yang mereka bawa, ada yang membawa dengan ember, dengan bak, atau apa pun itu. Sang wanita terjatuh duduk sambil memeluk bayinya yang masih tertidur pulas, suaminya ikut berjongkok dan memeluknya, tak ada yang memperhatikan mereka kecuali seseorang dari kejauhan yang meletakkan ponsel di telinganya sambil menyisikkan gigi dengan tusukan. “Ya, saya sudah lakukan yang diperintahkan,” ujarnya, lalu dia masuk mobil jeep hitamnya sambil menunggu. “Ayo kita pulang dan tunggu berita berikutnya,” ajak suaminya menghela istrinya masuk mobil dan meninggalkan lokasi kejadian. *** Beberapa tahun sebelumnya. Klub malam eksklusif yang cukup terkenal di bilangan ibu kota ini memang menyediakan layanan yang lain dari yang lain, sekilas memang hanya terlihat seperti club malam biasa, namun jika menelisik lebih ke dalam dan lantai tertinggi, ada bagian khusus di mana para pria tampan bekerja. Mereka memakai baju dan celana hitam, ada yang memakai kemeja hitam rapih fit body, atau kaos ketat yang mencetak otot mereka. Wajah mereka semua bisa dinyatakan tampan dan perawakan yang sangat proporsional, senyum memikat dan yang pasti kemampuan di ranjang yang selalu membuat para wanita tergila-gila. Tidak banyak yang tahu tempat ini, hanya beberapa kalangan saja terutama dari kalangan atas. Untuk menyewa salah satu pria menemani bermalam, mereka harus menggelontorkan deposit yang cukup besar. Bayaran mereka pun cukup tinggi, bukan tanpa alasan mereka mematok harga sebanyak itu dari talentnya. Setiap bulan mereka rutin melakukan pengecekan agar bisa ditrack apakah mereka memiliki penyakit menular seksual? Setiap minggu mereka melakukan perawatan tubuh dan wajah yang menunjang penampilan mereka. Bahkan dalam seminggu mereka hanya bekerja tiga hari, dan juga hanya satu pelanggan dalam satu malam tidak boleh lebih untuk menjaga stamina mereka dan tentu saja kesehatan mereka. Alat kontrasepsi berbagai bentuk dan ukuran bahkan tersedia di tempat ini, yang sekilas dilihat hanya seperti ruang minum biasa dengan meja bartender di depan rak minuman. Namun lihatlah para pria yang berjalan-jalan di sekitar tempat itu dengan gelang khusus yang menandakan bahwa mereka adalah pekerja commercial. Terlihat satu pria tampan dengan hidung mancung dan mata tajamnya yang memikat, alisnya tebal dan rambut tertata rapih, bisa dibilang dia adalah salah satu pekerja favorit di tempat ini. Dia menyugar rambutnya ketika meminta segelas minuman pada bartender, setelah mendapat minuman itu dia pun berjalan ke arah sofa tempat salah satu sahabatnya berada, hingga ditengah perjalanan menuju temannya, seorang lelaki nyentrik dengan syal bulu dan memegang pouch di tangan kirinya itu menahannya dengan menunjuk dadanya memakai jarinya yang lentik. “Beb, jangan mabuk lho, siapa tahu malam ini kamu dapat pelanggan,” ucap pria centil bernama Harold itu, kepalanya bahkan tak ditumbuhi rambut satu pun dan sangat licin, ketika sorot cahaya lampu mengenainya akan memantul ke arah lain, bukan tanpa alasan, dia adalah talent managemen di club ekslusif ini, setiap ada pelanggan yang datang akan berbicara dengan dia yang mengurus segalanya hingga deal. “Iya Babe, santai,” tutur Afsheen dengan senyumnya yang memikat, Harold menangkup dagu Afsheen. “Sayangnya kamu normal Baby, tidak bisakah mencoba sedikit saja denganku?” ujarnya membuat Afsheen tertawa renyah lalu menunjuk ke arah temannya. Harold menghela napas dan mengangguk lalu membiarkan dia lewat. Pria macho dengan rambut halus tertata rapih di wajahnya itu hanya tertawa melihat Afsheen, kulitnya sawo matang, namun itu lah yang membuat pesonanya kian terpancar. Zevan, berusia satu tahun di bawah Afsheen, usianya dua puluh sembilan tahun, namun dia lebih lama bekerja di sini dibanding Afsheen yang baru tiga tahun. “Kenapa si Baby?” kekeh Zevan meneguk minuman di gelasnya. “Biasa, nanya kenapa aku normal? Dia pengen coba katanya,” gumam Afsheen membuat Zevan tertawa. Di club khusus lantai ini semua harus berbicara bahasa halus, kata aku-kamu adalah hal yang wajib karena tak mau ucapan kasar mengotori lantai ini. Zevan melihat jam tangan mahalnya dan mendesah pelan membuat Afsheen menoleh ke arahnya, “kenapa?” tanya Afsheen. “Miss Pinky akan datang, dia kalau main,” ucap Zevan seraya setengah berbisik, “mukaku habis digosok ke miliknya.” Di sini memang sebenarnya mereka tak boleh membicarakan pelanggan, itu sebabnya Zevan berbisik. “Tapi dia hanya suka kamu,” balas Afsheen. “Kalau bukan karena tipnya yang besar, aku mungkin kabur,” decak Zevan membuat Afsheen sedikit tertawa. Usia miss Pinky sama seperti tante yang pernah merawatnya dulu ketika dia kuliah, dan itu adalah awal kehidupan romansa penuh cairan yang dialami Afsheen sebagai pria polos tadinya. Afsheen kuliah sambil bekerja di sebuah instansi pemerintahan, namun dia bukan pegawai negeri. Dia menjadi asisten pejabat yang sangat kaya. Dia dipercaya untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan pejabat itu. Bahkan dia diminta tinggal di rumahnya. Afsheen pikir suami istri itu memperlakukannya baik karena menganggapnya anak, terlebih setelah dua puluh tahun menikah, mereka tak dikaruniai anak. Namun dia salah. Di rumah mewah itu dia dijadikan bahan pemuas nafsu istri dari sang pejabat, tawaran uang besar yang menggiurkan membuatnya tergoda. Seminggu sekali dia akan tidur di kamar sang nyonya yang ternyata kesepian karena mereka menjalani Lavender Marriage. Ya pernikahan yang dijadikan topeng. Karena sang suami hanya tertarik pada laki-laki. Selama ini istrinya bergonta ganti pasangan tidur atas izin suaminya, suaminya tak mau namanya jelek karenanya dia mencarikan pria tetap untuk menemani istrinya yang ternyata juga menyukai Afsheen sebagai anak buah sang suami. Lima tahun Afsheen hidup bersama mereka, hingga tiga tahun lalu suami ibu itu meninggal karena suatu penyakit yang hanya diketahui keluarganya. Dan karena tak ada pemasukan lagi, istrinya memilih kembali ke kampung halaman dan melepaskan Afsheen meski dia sangat menyayangi pria yang usianya dua puluh tahun dibawahnya itu. Miss Pinky datang, disambut oleh Harold karena wanita itu sudah menjadi pelanggan tetap. Dari ujung kaki sampai ujung rambut berwarna pink, topi besar yang nyentrik tampak di kepalanya. Afsheen menyikut Zevan yang mengubah wajahnya menjadi ceria ketika wanita tua itu menoleh ke arahnya dan melambaikan tangan. “Selamat bersenang-senang,” bisik Afsheen. “Habis ini aku akan cuti seminggu!” balas Zevan sambil berdiri dan menyambut kedatangan miss Pinky. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD