When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hanna duduk di rooftop dan baru selesai mandi dengan rambut yang masih basah. Dia mengenakan dress berwarna putih menatap kosong pada pintu gerbang. Air mata mengalir dengan sendirinya tanpa perintah membuat pandangannya menjadi buram. “Kenapa aku tidak mati saja? Aku sudah tidak pantas lagi untuk kembali pada Hans.” Hanna memeluk lututnya. “Hans, maafkan aku yang tidak bisa menjaga diri untuk kamu.” Kuku Hanna mencengkram lengan yang terbuka hingga menambah luka pada tubuhnya. “Siapa pria itu? Apakah dia benar-benar Andreas?” Hanna terisak. “Apa kamu sudah sarapan?” Andreas membungkung dan memeluk Hanna dari belakang. Dia mencium aroma wangi dari rambut yang basah. “Rambut kamu masih basah.” Andreas melepaskan pelukannya dan mengambil handuk. Dia melihat bubur yang be