WARNING 21+
Andreas Andreano terlihat sibuk di balik meja kerjanya. Pria itu adalah seorang mafia yang tidak kekurangan harta dan tidak akan pernah menjadi miskin. Dia menguasai semua jalur kehidupan manusia. Segala yang dibutuhkan manusia dihasilkan oleh perusahaannya, belum lagi bisnis terlarang yang telah melintasi dunia. Andreas, bukanlah wanga Negara Indonesia asli. Dia pendatang yang menguasai dunia.
“Apa seorang bos harus sibuk bekerja?” Laura menghempaskan bokongnya di sofa ruang kerja Andreas
“Rajin bekerja adalah kunci kesuksesan seorang manusia.” Andreas melirik sepupunya.
“Baiklah, Bos Andreas. Hari ini sudah sangat petang. Apa kamu tidak mau pulang?” Laura menatap Andreas yang menghentikan aktivitasnya.
“Ah, benar. Malam ini aku akan bersenang-senang.” Andreas menutup computer lipatnya dan tersenyum tampan.
“Hey, sepupuku. Apa kamu akan mencari kekasih?” tanya Laura dengan senyuman.
“Aku sedang tertarik pada arsitek Hanna,” jujur Andreas.
“Tidak. Aku rasa gadis itu adalah kekasih Hans.” Laura terlihat berpikir.
“Dia bilang belum punya kekasih,” ucap Andreas.
“Pasti mereka merahasiakan hubungan antara atasan dan bawahan,” jelas Laura.
“Baiklah, karena Hanna mengatakan masih belum mempunyai kekasih. Aku akan berusaha.” Andreas beranjak dari kursi dan mengambil jas yang tergantung. Pria itu keluar dari ruangannya.
“Permisi, Nona.” Jhonatan mengikuti Andreas.
“Andreas, aku harap kamu tidak benar-benar menyukai Hanna.” Laura ikut keluar dari ruangan Andreas.
“Tuan, malam ini kita akan kemana?” tanya Jhonatan mengikuti langkah kaki pria tampan itu. Semua mata karyawan wanita tertuju pada bos luar biasa yang menebarkan senyum malaikat.
“Apa ada pesanan gadis?” Andreas melirik Jhonatan.
“Tidak ada pesanan, tetapi seorang gadis remaja mengajukan diri untuk Anda, Tuan.” Jhonatan memberikan ponselnya pada Andreas.
“Wow, anak sekolah dengan seragam putih abu-abu.” Andreas tersenyum.
“Apa orang tua mereka tidak memberi uang jajan?” Andreas mengembalikan ponsel pada Jhonatan.
“Di mana gadis itu?” tanya Andreas melangkahkan kaki masuk lift.
“Café Pelangi,” jawab Jhonatan.
“Kita pulang ke rumah dan makan malam,” ucap Andreas.
“Baik, Tuan.” Jhonatan menekan tombol yang langsung mengantarkan mereka ke tempat parkir khusus milik Andreas. Dua pria itu masuk ke mobil masing-masing dan mengendarainya menuju istana mewah milik perjaka dewasa yang masih juga belum menikah di usia tiga puluh tujuh tahun itu.
“Selamat datang, Tuan Muda.” Para pelayan menyambut kedatangan Andreas dan Jhonatan di depan pintu dengan membungkuk.
“Aku akan makan malam di rumah,” ucap Andreas melewati para pelayan.
“Baik, Tuan.” Para pelayan segera membubarkan diri dan menuju tempan masing-masing untuk melakukan pekerjaan mereka.
Langkah panjang dan elegan Andreas menaiki tangga menuju kamarnya. Rumah mewah dan besar itu hanya dihuni oleh dirinya dan Jhonatan, sedangkan para pelayan tinggal di rumah yang berbeda. Mereka hanya datang untuk melakukan pekerjaan dan kemali ke rumah yang telah disiapkan jauh dari tempat tinggal sang bos besar.
Andreas membuka pakaiannya dan meletakkan di keranjang kotor. Tubuh kekar berotot dan seksi menggoda itu telihat jelas tanpa ada sehelai benang yang menutupi. Dia membuka keran dan membiarkan air mengalir melewati perut dengan bentuk bagus dan keras. Senjatanya terlihat sangat kuat dan luar biasa. Pria itu adalah idaman semua wanita yang mampu memberikan kepuasan yang tidak terlupakan. Dia sangat liar dan bersemangat.
“Ah.” Andreas menikmati sentuhan air yang menggelitik kulitnya. Dia menyelesaikan mandi dan berganti pakaian dengan kemeja biru muda lengan panjang yang digulung hingga siku dan celana hitam berbahan. Pria itu berjalan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Jhonatan terlihat telah menunggu di kursinya.
“Apa gadis itu masih menunggu?” tanya Andreas menarik kursinya.
“Dia tahu, Anda akan datang malam ini,” jawab Jhonatan.
“Aku akan bersenang-senang untuk memuaskan diri bermain dengan gadis kecil yang sempit.” Andreas tersenyum.
“Nikmati hari, Anda. Tuan.” Jhonatan menyantap makan malamnya. Dia sangat paham dengan Andreas. Pria dewasa yang menikmati hidup dalam kekayaan sehingga banyak wanita dan para gadis yang menyerahkan diri untuk ditiduri. Mereka bahkan tidak menginginkan uang, tetapi kepuasan yang diberikan Andreas dalam mencapai surga dunia.
“Tentu saja.” Andreas tersenyum.
“Bagaimana kabar Hanna? Mereka belum menghubungiku lagi.” Andreas menikmati makan malamnya.
“Apa aku harus menyelidiki lebih detail?” tanya Jhonatan.
“Ya. Aku tidak suka dibohongi.” Andreas tersenyum sinis.
“Baik, Tuan.” Jhonatan mengangguk. Mereka menyelesaikan makan malam dan dilanjutkan dengan bekerja di ruang kerja yang ada di rumah Andreas. Bisnis yang banyak membuat pekerjaan tidak penah ada habisnya.
Tepat pukul sepuluh malam dua pria itu menuju café milik Andreas yang dijadikan tempat tongkrongan anak muda di kota. Mobil sport hitam berkilau memasuki tempat parkir khusus dari belakang gedung agar tidak ada yang tahu kedatangan sang raja penguasa malam dan para wanita itu. Di balik café ada cl*b malam yang tersembunyi rapat, menampilkan kehidupan liar anak manusia dalam menikmati indahnya dunia malam.
Aroma manis dari minuman beralkohol menyengat hidung, asap mengudara memenuhi langit ruangan, music berdentum memekak telinga. Tarian erotis dari para gadis dengan pakaian seksi menjadi hiburan mahal dan menghangatkan mata para pria dan pemuda. Tidak semua orang bisa masuk ke bagian terdalam café karena harus memiliki kartu anggota khusus.
“King,” teriak para gadis ketika melihat pria dengan topeng berjalan menaiki tangga. Andreas melambaikan tangannya dan tersenyum. Kancing kemeja yang terbuka memperlihatkan otot perut yang kekar dan menggoda.
“Apa, Anda langsung ke kamar?” tanya Jhonatan.
“Ya dan minum sedikit.” Andreas tersenyum. Pria itu melewati lorong sepi untuk menuju kamar khusus miliknya. Tangan kekar dengan rambut-rambut garang membuka pintu. Aroma harum manis anggur dan mawar menyambut kedatangan Andreas. Membangkitkan hormone liar dari tubuh pria itu. Kamar tampak remang dengan nuansa merah.
“King.” Seorang gadis memeluk tubuh pria dewasa dan merabanya dengan berani.
“Kamu sangat berani,” bisik Andreas.
“Aku sudah menunggu lama untuk bertemu dengan kamu,” ucap gadis itu manja.
“Kenapa mau bertemu denganku?” tanya Andreas menikmati sentuhan jari dari gadis remaja yang menyusup pada otot-otot perutnya.
“Aku ingin menghabiskan malam bersama King.” Gadis itu mencium biji kecil yang ada di d*d* Andreas.
“Ah.” Pria itu berdesah.
“Are you virgin?” Andreas menahan tangan gadis kecil yang mulai berjalan ke bagian bawah tubuhnya.
“Yes,” jawab gadis itu mencium aroma maskulin dari tubuh Andreas.
“Siapa nama kamu?” tanya Andreas.
“Nana,” jawab gadis remaja.
“Nana.” Andreas menggendong tubuh Nana dan membawanya ke tempat tidur yang telah ditaburi dengan kelopak bunga mawar.
“King.” Nana menatap wajah yang ditutupi topeng. Gadis itu melingkari tangannya di leher Andreas.
“Seksi,” ucap Andreas memperhatikan tubuh yang hanya di baluti gaun malam hitam dan transparan hanya sebatas paha. Nana tidak menggunakan apa pun di dalam sana sehingga pria itu bisa melihat langsung keindahan dari lekukan belum tersentuh dan menggoda.
“Apa kamu tidak takut?” Tangan Andreas menyusup pada paha putih Nana. Jarinya mulai menyentuh lembut hutan halus di bagian sensitive gadis remaja.
“Tidak.” Nana mulai mendesah menikmati sentuhan menggoda Andreas.
“King, apa aku boleh mencium kamu?” Nana menyentuh bibir merah pria itu.
“Maaf, Sayang. Aku hanya akan mencium bibir kekasihku.” Andreas menggigit jari kecil Nana.
“Aw,” teriak Nana.
“Baiklah. Aku mau lihat kemampuan kamu memuaskanku.” Andreas beranjak dari tempat tidur dan duduk di sofa.
“Apa aku yang bermain?” tanya Nana duduk di tepi kasur.
“Ya. Ingat. Jangan menyentuh wajahku!” Andreas tersenyum.
“Baiklah.” Nana turun dari kasur dan melepaskan gaun hitam yang melekat di tubuhnya. Dia berjalan mendekati Andreas.
“Aku akan mulai,” ucap Nana duduk di atas pangkuan Andreas dan membuka semua kancing kemeja pria yang meneguk segelas anggur merah.
“Apa aku boleh menikmati dari sini?” Jari-jari indah Nana menyentuh leher keras Andreas.
“Tentu saja.” Tangan kekar Andreas mencengkram dua buah gundukan padat dengan sangat kuat.
“Ah,” teriak Nana sakit.
“Benar-benar belum tersentuh.” Andreas menatap Nana dari balik topengnya dengan jari yang telah menyusup ke bagian bawah gadis remaja.
“Ah, King.” Nana hanya bisa mendesah menikmati jari kekar yang telah merobek bagian paling barharga dirinya. Pria itu tidak akan pernah memberikan cairan berharga miliknya pada sembarangan wanita. Dia hanya bermain dan menumpahkan n*fsu dengan caranya.
“Aku tidak pernah mau menerima sisa,” bisik Andreas.
“Yah. Aku belum tersentuh,” desah Nana.
“Apa yang bisa kamu lakukan untuk memuaskanku? Jangan membuatku menunggu lama dan bosan.” Andreas menggigit telinga Nana membuat gadis itu berteriak menggoda dan b*******h.
“Apa boleh?” Tangan Nana memegang senjata yang telah berdiri tegak dengan ukuran fantastis. Jantung gadis itu berdetak kencang ketika ia mengetahui ukuran milik Andreas. Dia menggigit bibirnya menahan gejolak untuk melihat dan menikmati langsung benda berharga yang masih tersembunyi di balik celana.
“Apa yang mau kamu lakukan?” tanya Andreas tersenyum.
“Memakannya?” tanya Andreas lagi.
“Apa aku boleh memakannya?” Suara Nana bergetar begitu juga dengan tangan dan seluruh tubuhnya.
“Tentu saja.” Andreas tersenyum menampilkan gigi putih yang tersusun rapi. Dia memperhatikan tangan Nana yang bergerak pelan membuka resleting celananya.
“Waw.” Mata Nana melotot melihat keperkasaan yang berdiri tegak dan menantang. Sangat menggoda membuat gadis itu menelan ludah dan menjilati bibirnya.
“Apa kamu menyukainya, gadis kecil?” Andreas tersenyum melihat air liur Nana yang seakan menetes.
“Yah.” Nana menatap Andreas.
“Sayangnya, aku tidak akan pernah memasukan senjataku itu pada wanita sembarangan. Lakukan dengan tangan atau mulut kamu!” Andreas tersenyum dengan seringaian mengerikan.
“Apa aku mau?” tanya Andreas memegang dagu Nana.
“Aku akan melakukan apa pun,” ucap Nana mencengram senjata milik Andreas.
“Lakukan!” perintah Andreas dan Nana mendekati mulutnya pada batang keras, panjang dan kekar itu. Gadis itu memainkan lidahnya pada kepala yang basah dan berlendir.
“Ahhh.” Andreas mendesah dengan merebahkan tubuhnya pada sofa. Gigitan lembut membuat pria dewasa itu bergetar.
“Apa tidak muat?” Andreas tersenyum.
“Hmm.” Nana menunduk. Gadis itu sangat ingin menduduki benda berharga milik Andreas dan memasukan ke dalam gua per*w*nnya, tetapi pria itu tidak akan mengizinkannya.
“Apa kamu tidak tahan lagi?” Andreas menyentuh bagian sensitive Nana dengan jarinya. Menusuk ke dalam membuat gadis itu mengerang kenikmatan.
“Bagaimana, apa kamu suka?” bisik Andreas di telinga Nana.
“Ah, yah,” desah Nana memeluk tubuh Andreas menekan bagian sensitivenya.
Ponsel Andreas berdering menghentikan permainan jarinya. Pria itu mendorong tubuh Nana yang telah lemas dengan lembut dan beranjak dari sofa. Dia menerima panggilan dengan tetap menatap gadis yang terbaring tanpa pakaian di atas sofa.
“Aku harus pergi.” Andreas merapikan pakaian dan bersiap keluar.
“Tidak.” Nana memeluk Andreas dari belakang.
“Kita bisa bermain lain kali.” Andreas melepaskan pelukan Nana dan meninggalkan gadis itu.