When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Clara kembali ke Apartementnya, dengan perasaan kesal kepada Andreas yang telah mengambil ciuman pertamanya. Dia bahkan belum pernah berpacaran karena hampir tidak ada pria yang berani mendekatinya. Wanita itu membuka pakaian dan meletakkan di keranjangan baju kotor, menenangkan diri di dalam bathup yang telah diberi s**u dengan aroma terapi. Ponselnya bordering. Sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenal. “Halo.” Clara menjawab dengan malas. “Halo Sayang, apa kamu sedang mandi?” Suara pria yang begitu familiar terdengar di telinga Clara. “Kamu, bagaimana kamu bisa mendapatkan nomor ponselku?” Clara semakin kesal, ia bahkan tidak bisa beristirahat di apartementnya. “Apa kamu tahu, aku sedang berada di rumah sakit?” Suara Andreas terdengar mengejek. “Aku berharap kam