Kesalahan

1078 Words
Kini, Hana sudah tiba di café tempatnya bekerja. Tak sengaja matanya melihat mobil yang sangat ia kenal. “Morgan!” teriak Hana kemudian berlari menghampiri mobil itu. Morgan yang baru tiba buru-buru keluar dari mobil mendengar suara Hana. Wajahnya berbinar melihat gadis itu sedang berlari menghampirinya. Ingin sekali rasanya ia bentangkan tangan menyambut kedatangan Hana dan memeluknya. Namun ia tahan. “Hana?” Arghh, Morgan tidak bisa menahannya lagi. Wajahnya terlalu manis untuk tidak di sentuh. Ia sangat merindukan Hana semenjak kejadian di depan toilet kala itu, di tambah esoknya Hana tidak masuk membuat Morgan semakin merindukannya. Morgan menarik tubuh Hana dan mendekapnya. “Kau kemana saja? Apa semuanya baik-baik saja?” bisik Morgan lirih, dia sangat takut alasan Hana tidak masuk karena di kurung ibu tirinya lagi. Ingin sekali morgan mengungkapkan perasaannya, menikahi gadis itu dan melindunginya. Namun semuanya tidak mudah ia lakukan, bukan perihal ibu yang tidak terlalu menyukai Hana. Tapi tentang karir dia yang baru saja di mulai. Morgan tidak ingin alasan status membuat karirnya yang baru berkembang kembali pudar hanya karena itu. Karena kebanyakan dari mereka tamu VIP adalah anak gadis seorang pemimpin perusahaan yang tertarik padanya. Maka dari itu, Morgan putuskan untuk mengembangkan karirnya terlebih dahulu. Membuat cafe ini hingga menjadi miliknya pribadi kemudian menikahi Hana dan hidup bahagia bersamanya. Maafkan aku, ini adalah impianku. “Eh, ada apa ini? Aku baik-baik saja,” jawab Hana sedikit tidak enak. Apalagi saat melihat sepasang mata biru sedang menatapnya dari dalam mobil, dengan segera Hana melepas pelukan dan mendorong dadanya. Namun Morgan malah memperkuat pelukan, membuat Hana tidak bisa berkutik. “Diamlah! Hanya 2 menit.” Hana terdiam, membiarkan Morgan memeluknya karena bagaimanapun Morgan sahabat terbaiknya. Hana tidak menganggapnya lebih dari apapun. Tapi mata itu, sepasang mata biru itu terlihat memejamkan mata kemudian menutup kaca dan pergi bersama angin yang menemaninya. Tuan, Hana menggigit bibir bawahnya. Memikirkan nasibnya setelah kejadian ini. Morgan menepati ucapannya, melepaskan pelukan setelah 2 menit. “Maafkan aku,” ujar Morgan setelah menyadari kesalahanya. Padahal Morgan tidak pernah seberani itu sampai memeluk Hana, biasnya dia hanya mendekati gadis itu hingga tidak ada jarak di antara mereka kemudian tertawa keras padahal hati berdegup kencang. Tapi entahlah ada apa dengan hari ini, Morgan seperti habis kehilangan Hana. Itu sebabnya dia tidak bisa mengendalikan hatinya kali ini. Hana tersenyum menanggapi tapi kemudian tertunduk, dia tidak bisa menjadi istri yang baik. Walau ini hanya pernikahan paksa, tapi Hana sudah menerimanya dengan ikhlas. Hana merasa sangat bersalah tehadap Ziko, dia bertekad akan meminta maaf kepada suaminya apapun itu resikonya. Morgan dan Hana kini sudah tiba di cafe, duduk berdua diruang manager. “Hana, maafkan aku. Kau tidak bisa bekerja disini lagi,” Berat sekali Morgan mengatakan ini, tapi ini permintaan pemilik cafe yang entah atas dasar apa. Tapi Morgan sudah putuskan akan mempekerjakan Hana di Cafe lain yang sudah menjadi miliknya. Cafe kecil yang masih berlokasi di pusat. Sedang Hana terkejut mendengar hal tersebut. “Kenapa?” Terdiam sebentar “Apa karena kemarin?” Karena aku menepis tanganmu. Lanjut Hana dalam hati. Morgan memikirkan hal yang sama dengan Hana kemudian tersenyum. “Tidak Hana, bukan itu. Tapi pemilik Cafe ini meminta kau untuk tidak bekerja lagi setelah kunjungannya kemarin. Dia bilang kau tidak bisa bekerja dengan baik. Tapi aku yakin, bukan itu alasannya. Karena kau adalah koki terbaikku," sangkal Morgan dengan senyum mengembang. Berbeda dengan Hana yang tersenyum miris, ia tidak ingin mengingatnya. “Lalu?” Hana menggantung ucapan seolah bertanya lalu bagaimana dengan nasibku setelah ini. Meski dia sudah menikah dan tinggal di rumah wisata itu, Hana tidak ingin hanya bergantung hidup di sana. Karena dia tidak tahu kapan dia akan di tendang dari sana. Jadi bekerja adalah suatu keharusan bagi Hana. “Sebenarnya apa yang telah terjadi?” tanya Morgan masih penasaran. Sebelum memberikan solusi perihal pekerjaan pengganti. Hana tertunduk, pertanyaan Morgan kembali mengingatkan penghinaan terhadapnya. Bahkan kini dia dipecat oleh pria kejam itu. Jadi dia pemilik cafe ini dan dia tidak ijinkan kau bekerja di tempanya? “Baiklah, terima kasih, Pak,” jawab Hana sopan. Menghiraukan pertanyaan Morgan kemudian melangkah pergi. “Hana tunggu!” Morgan berdiri, mencoba menghentikan Hana yang sudah membuka pintu. “Maafkan aku!” “Aku mengerti” Jawab Hana tersenyum. Baru saja Morgan hendak mengutarakan solusi, suara hiruh pikuk dari luar ruangan membuat Morgan dan Hana langsung berhamburan keluar. Para waiters dan kasir juga ikut serta berlari, ingin melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi. “Apa-apaan ini!” teriak Morgan. Suara melengking keras. Sedang Hana menutup mulut, terkejut dengan apa yang terjadi di depannya. Sebuah alat berat sedang menghancurkan bagian depan cafe, menghancurkannya dengan paksa. Hana juga melihat sekertaris Roy disana. “Sekertaris Roy, apa yang sedang anda lakukan?” pekik Hana tak percaya. “Saya hanya menjalankan tugas nona,” jawab Sekertaris Roy sopan sambil membungkuk. “Kau mengenalnya Hana?” tanya Morgan yang juga terkejut dengan interaksi antara Hana dan pria itu. Satahu Morgan, Sekertaris Roy adalah orang yang paling tertutup seperti tuannya Ziko. Mereka tidak pernah berbaur apalagi berinteraksi dengan sembarang orang. Di majalah bisnis dan publik, hanya Ziko saja yang pernah masuk, itupun ketika acara serah terima jabatan dengan tuan Besar pemilik perusahaan yang tidak lain adalah ayahnya. Tak hanya itu, gambar dan informasi yang di update pun harus dengan persetujuan perusahaan. Sekertaris Roy hanya diam membiarkan nonanya yang menjawab. Sedang Hana yang kelimpungan menjawab pertanyaan Morgan akhirnya terselamatkan oleh suara ponsel Sekertaris Roy yang berdering. “Ada lagi yang harus saya lakukan, Tuan?” Hana menggigit terkejut ketika mendengar kata tuan muda. Hana sudah menduga jika dalang dari semua kekacauan ini pasti Ziko, suaminya. Tapi kenapa? Bukankah cafe ini miliknya? Apa ini karena kesalahanku tadi? Maafkan aku. “….” “Baik tuan,” ujar Sekertaris Roy mengakhiri pembicaraannya, menghadap Hana kemudian membungkuk. “Mari ikut saya, Nona.” Sekertaris Roy mempersilahkan Hana untuk masuk mobil, hal itu semakin membuat Morgan bingung dan memberanikan diri meraih tangan Hana. “Hana, ada apa ini sebenarnya?” tanya Morgan cemas. “Tolong jaga sikap anda, Tuan!” sentak Sekertaris Roy menatap Morgan tajam. “Setidaknya jika tidak ingin cafe ini rata oleh tanah!” ucapan Sekertaris Roy sontak membuat Morgan melepas tangan Hana. Morgan sangat mencintai Hana, tapi Morgan lebih mencintai cafe ini dengan segenap hatinya, dia sudah menjalankan usaha ini selama 10 tahun terakhir banyak kenangan yang berada di dalamnya membuat dia tak rela dan lebih memilih melepas gadis kesayangannya pergi. Maafkan aku morgan Lirih Hana menatap Morgan yang menatap kepergiannya dengan sendu. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD