Six Knights - 03

1246 Words
"Dilihat dari mukamu, aku tahu, kau pasti tidak mengerti pada ucapanku, kan? Biola?" Wanita itu tersenyum tipis padaku, lalu dia melanjutkan penjelasannya. "Maksudnya, aku adalah Sun, kucing peliharaanmu yang selama ini tidak suka makanan anyir dan lebih suka makanan manis, yang selalu mengesekkan bulu-bulu halusku pada pergelangan kakimu, juga yang selalu mengeong ketika sedang lapar." Sekarang, aku paham. Jadi singkatnya, dia itu adalah Sun, kucingku. Tapi mengapa bisa dia jadi seorang manusia? Suara gemericik air hujan di luar berdengung di sekitar rumah, disertai angin yang berhembus lumayan kencang sampai menggoyangkan pepohonan, itu semua bisa kurasakan secara jelas. Namun, yang lebih penting lagi di sini adalah aku yang kaget setelah sadar kalau wanita cantik nan menyeramkan ini adalah Sun, kucing peliharaanku yang baru saja kuberi makan beberapa menit yang lalu sebelum datangnya si guru b***t. Ini benar-benar tak bisa dipercaya, sungguh, kalian juga pasti akan terkejut jika tahu kalau hewan peliharaan kalian berubah jadi sosok manusia, itu tidak masuk akal, kan? Seekor hewan berubah menjadi manusia seutuhnya, itu sudah diluar logika, dan telah melenceng dari hukum fisika! Saat ini aku benar-benar greget ingin bicara pada Sun, ingin memastikan apakah hal ini benar terjadi? Mungkin saja wanita ini berbohong padaku, kan? Di zaman sekarang, banyak sekali berbagai macam model penipuan, karena itulah aku harus waspada pada segala jenis tipuan, termasuk yang terjadi sekarang di hadapanku. Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan memasang muka masam, menunjukkan pada wanita itu bahwa aku tak percaya pada ucapannya. Maaf saja, tapi aku bukan orang yang bodoh, mungkin fisikku lemah, tapi tidak dengan otakku. Sayang sekali, target penipuanmu kali ini tak berjalan lancar, nyonya. Aku akan segera melaporkanmu kepada polisi. Lantas, wanita itu tersenyum manis saat melihat mukaku yang masam, dan dia pun berkata, "Aku juga tahu, kok. Sekarang, kau sedang mencurigaiku, kan? Kau mengira kalau aku ini seorang penipu, kan? Hah~ Biola, mengapa kau bisa begitu jelas mengekspresikan hatimu? Tanpa kau bilang, pun, aku bisa mengetahuinya dengan mudah." Wanita itu tertawa renyah sambil matanya memandangiku, sedangkan aku masih tidak bisa menyimpulkan apakah dia itu benar kucingku atau seorang penipu. Hari ini adalah hari yang sangat membingungkan bagiku, karena banyak kejadian yang tak bisa dibayangkan menghampiriku satu-persatu, kepalaku bisa pecah jika terus memikirkan hal ini. Andai saja aku bisa berbicara, mungkin aku akan melemparkan banyak pertanyaan pada wanita menyeramkan yang mengaku-ngaku sebagai Sun, aku mendecikkan lidah menandakan kalau aku sangat kesal, tak mengerti apa yang harus kulakukan. "Sepertinya ketidakpercayaanmu padaku jadi semakin menjadi-jadi, ya, Biola?" Wanita itu mengambil raket yang sedari tadi kupegang dan mengembalikannya ke tembok. "Aku akan mengatakan kebiasaan yang sering kau lakukan agar kau bisa percaya padaku, tapi sebelum itu, aku ingin kita mengobrolnya di kursi tamu, jadi, mari kita pindah, Biola." Kami pun duduk di kursi ruang tamu, duduk di kursi yang sama, dan telapak tangan wanita itu mengangkat kedua tanganku, kemudian ia usap punggung-punggung tanganku dengan sangat halus menggunakan jemarinya yang lentik. "Aku tahu, kau pasti sedang kebingungan untuk percaya atau tidak padaku, tapi yang jelas, aku akan menyebut segala kebiasaanmu di rumah ini agar kau bisa percaya padaku, dan asal kau tahu, aku mengetahui semua itu dari sudut pandang wujud kucing, baiklah, aku mulai, ya." Wanita itu menarik napas dalam-dalam dan mulai melanjutkan. "Kau selalu malas membersihkan rumah, tapi kamarmu selalu kau bersihkan. Kau selalu menonton televisi film kartun sampai malam dan setelah ngantuk, kau meninggalkan televisi yang tadi kau tonton tanpa mematikannya kemudian kau akan kaget besoknya melihat televisi masih menyala, benar, kan?" Sejauh ini, dia berhasil menyebut kebiasaanku dengan benar, walau yang dia sebutkan hanya kebiasaan burukku, sih. Tapi jika hanya segitu saja, aku masih belum bisa mempercayainya. Karena semua orang pun bisa mengetahuinya jika dalam mode mata-mata. "Lalu, kau juga sering menangis sendirian di kamar melihat album foto keluargamu yang sedang makan bersama dan tertawa. Kau juga kelihatannya sering berniat melakukan percobaan bunuh diri tapi selalu gagal karena kau takut rasa sakit, benar, kan?" Astaga! Kalau mengenai itu, kurasa tidak mungkin ada seseorang yang tahu karena itu adalah hal yang sangat pribadi, dan kupikir yang selalu berada di sekitarku saat melakukan hal itu hanyalah Sun, tidak ada lagi selain dia. Baiklah, semakin ke sini, aku jadi semakin mempercayainya, karena dari mimik wajah dan nada bahasanya, dia terlihat seperti orang yang mengatakan sesuatu berdasarkan ingatannya, bukan kebohongannya. Entah kenapa, aku jadi merasa terharu mendengar Sun menyebutkan segala kebiasaanku yang dia ketahui, aku jadi berpikir kalau selama ini, ada orang yang selalu memperhatikanku dalam diam. Dan jika kuingat-ingat, saat aku melakukan percobaan bunuh diri, yang membuatku gagal melakukan hal itu bukanlah aku yang takut mati, tapi Sun yang selalu tiba-tiba mengeong-ngeong keras sambil menggigit kakiku, seperti ia tak mau melihatku mati. Mungkin maksud yang tadi Sun katakan adalah sebaliknya, dia tidak mau melihatku mati. Aku jadi tersenyum senang dengan mata yang berkaca-kaca memandangi Sun, si wanita cantik nan menyeramkan. "Baiklah, dilihat dari raut wajahmu, sepertinya kau sudah mempercayaiku sebagai Sun, aku sangat bahagia. Tapi, ngomong-ngomong, aku ingin mengajakmu ke tempat yang selalu kau tulis namanya di buku tulismu saat kau sedang merasa bersedih. Tebak, menurutmu tempat apa, Biola?" Apakah yang Sun maksud adalah dunia dongeng? Memang benar, aku selalu menulis nama dunia dongeng di buku tulis hingga beratus-ratus kali setiap aku mendapatkan hari yang buruk di sekolah. Tapi, apa tadi? Mengajakku ke tempat itu? Dunia dongeng? Hah? Seketika, mukaku langsung dihiasi penuh tanda tanya, menunjukkan kalau saat ini aku bingung dengan apa yang Sun ucapkan. Di dunia ini memang tidak ada yang mustahil, aku percaya itu, tetapi, jika menyangkut dunia dongeng, aku sendiri pun meragukannya. Soalnya, itu hanyalah dunia yang sekedar ada di dalam imajinasiku saja. Tidak mungkin ada dunia seperti itu di alam semesta ini, kan? Apalagi aku sudah mau beranjak dewasa, mana mungkin aku terus-terusan mempercayai hal konyol seperti itu. "Dan kelihatannya, kau jadi ragu untuk masuk ke tempat itu walau dulu, kau sangat menginginkannya, tak peduli banyak yang menertawakanmu. Jadi, kenapa? Apa yang kau ragukan, Biola? Apakah kau berpikir ini juga suatu kebohonganku?" Keringatku bercucuran, mataku terbuka lebar, pernapasanku kembang-kempis tak karuan, gigi-gigiku mengigit bibirku, dan suasana di ruangan tamu jadi semakin dingin, entah kenapa bisa jadi begitu. Aku jadi semakin kebingungan. "Dan bukan hanya itu saja, aku mengajakmu ke tempat itu, bukan hanya untuk bersenang-senang denganmu, di sana, aku akan mencari obat agar kemampuan bicaramu bisa kembali, karena... Di dunia dongeng, segalanya bisa terjadi dengan sihir." Jadi, tujuan Sun mengajakku ke dalam dunia dongeng adalah untuk mencari obat yang dapat mengembalikan kemampuan bicaraku? Dan di dunia itu dipenuhi dengan kekuatan sihir? Itu terdengar seperti kisah-kisah yang sering kutonton di televisi. Sebenarnya, aku senang mendengar hal itu, tapi ada sesuatu yang tidak bisa kutinggalkan di dunia ini, yaitu keluargaku dan sekolahku. Jika aku masuk ke dalam dunia dongeng dan tidak pulang-pulang sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, bukankah itu akan jadi masalah besar? Aku bisa tertinggal dari teman-teman kelasku, dan aku juga bisa mengkhawatirkan keluargaku karena anak mereka tiba-tiba menghilang. "Tenang saja, Biola. Selama kau masuk ke dalam dunia dongeng, dan walaupun kau menghabiskan waktu yang sangat lama di sana, tapi ketika kau kembali ke dunia ini, waktunya akan sama seperti saat kita pergi, mungkin hanya berbeda sepersekian detik. Jadi, walau kau tinggal di dunia dongeng sampai usiamu bertambah tua, tapi saat kau kembali, kau akan sama seperti dirimu yang baru saja pergi. Karena ketika kita masuk ke dalam dunia dongeng... Waktu di dunia ini terhenti." Waktunya terhenti? Aku tidak tahu harus senang atau sedih mendengar itu semua. Tapi yang jelas, aku ingin masuk ke dalam dunia itu, dunia yang sangat kuimpikkan sejak dahulu, yaitu, Dunia dongeng.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD