Aku kesal.
Liburan ini harusnya kami bertiga. Aku, Kak Salwa dan Bang Athan. Tapi melihat puisi cinta yang Bang Athan tulis di akun sosial medianya, aku yakin mereka bertengkar lagi. Mereka pasangan yang serasi, tapi memilih pertengkaran sebagai penjalin hubungan. Aku yakin bukan Bang Athan yang salah, Kak Salwa memang selalu egois dan sedikit selalu berbuat usil. Tapi tidak ada keluarga yang sebaik dirinya. Dia cantik, baik, juga kadang sangat disiplin. Berbeda dengan Kak Neli yang ceroboh, pemalu dan tidak bisa diandalkan. Sangat tepat Allah memasangkannya dengan Bang Farhan. Pernikahan mereka aneh, lebih aneh daripada Kak Salwa dan Bang Athan. Tapi sejak aku menginap di sini mereka tampak berbahagia.
Malam ini aku akan tidur tenang dan melepas segala kekecewaan. Saat nanti kembali aku sudah punya jawaban yang tepat untuk mengatakan hubungan Kak Neli dan Bang Farhan baik-baik saja. Kemarin sepanjang hari mereka memamerkan kemesraan di bangku penonton. Aku sudah seperti peran figuran yang merusak momen pacaran mereka di tengah ruih acara.
××××××
Aku tidur, awalnya. Tapi ada suara lain tertangkap telingaku padahal sebelumnya rumah sudah aku kunci seperti saran Kak Neli. Aku beranjak pelan dan menghidupkan lampu, lalu seseorang lelaki putih dengan pakaian serba hitam mewujud di bawah sinar lampu.
"Si..."
Belum sempat kalimatku keluar, mulutku disekap. Beberapa saat aku berontak, sempat pula kutendang selangkangannya, tapi obat dalam saputangan itu sepertinya membuat kesadaranku memudar cepat. Aku terkapar jatuh, setengah sadar. Ada dua kaki lain mendekat. Mereka bersepatu sama, pantofel kulit yang sangat bersih mengkilat. Aku berusaha menahan mata untuk terjaga, tapi kemudian aku menyerah juga.
×××××××××
Aku terjaga cepat saat merasakan air dingin menyapa wajahku serempak. Saat membuka mata kulihat lelaki berbaju hitam memegang gayung.
"Sudah bangun? Tidurmu nyenyak?"
Aku tadi pingsan karena obat bius, tapi menganggapnya sebagai tidur cukup bijak. "Di mana aku? Siapa kamu dan kenapa..."
Perempuan bertubuh indah itu mengangkat tangan. "Sebentar. Kekasihmu akan menunjukkan sikap heroiknya sebentar lagi."
Kekasih? Aku bahkan tidak punya teman lelaki. "Bagaimana kamu mengenal kekasihku? Padahal aku tidak punya kekasih?"
"Kamu pura-pura menyelamatkan dia dariku?" Dia tersenyum mengejek, "Dia pasti akan datang. Kamu tidak perlu khawatir."
"Sungguh, aku tidak punya kekasih."
"Diam."
Kucoba menggerakkan tubuh dari ikatan ketat yang mengekang. Aku duduk di kursi, dengan kaki terikat begitupun tanganku. "Aku yakin kamu salah orang."
Perempuan itu mengeluarkan ponselnya dan menelepon. Kemudian menyerahkan kepadaku, lebih tepat dikatakan meminta seseorang yang dihubunginya mengenaliku.
"Meta?"
Suara ringan yang seolah tak yakin. Aku yakin dia lelaki yang disebut bodyguard Kak Neli. "Raihan?"
Ponsel itu kemudian menjauh. Dia menjauh dengan senyum sangat manis menakutkan, "30 menit."
"Bodoh. Aku bukan kekasihnya. Kami bahkan tidak saling kenal. Aku tidak punya hubungan apapun dengannya!"
"Terserah. Dia akan datang, dan aku akan bebas."
Dia keras kepala. "Aku tidak ada hubungannya dengan kalian. Lepaskan aku!"
Perempuan sinting itu menutup telinganya, "Tutup mulutnya. Dia seperti kekasihnya. Raihan juga selalu berisik."
Aku berusaha berontak tapi semua itu percuma. Saat ini aku cukup menyesal datang, harusnya aku bertindak seperti Bang Athan. Sekarang aku malah akan berurusan dengan perempuan sinting dan Raihan. Raihan ramah, dan benar berisik.
×××××××××