Chapter 36

1017 Words
Memangnya ada hal berbahaya apa di alam mimpi ini?? Pun jika terjadi sesuatu, ia bisa bangun dari tidurnya dan kembali masuk lagi kealam mimpi jika memungkinkan. Hal itulah yang membuat Irene nekat untuk berjalan menuju puncak gunung yang saat itu didiskusikannya bersama dengan Semi. Irene tahu bahwa Semi menghilang, maka artinya gadis itu terbangun dari tidurnya. Jika pun Semi nanti akan kembali masuk ke alam mimpi, Irene yakin Semi akan mengikuti jejaknya untuk naik ke tempat yang mereka tuju. Jadi kini, Irene beranjak menuju pemukiman warga untuk mencari tahu jalur awal menuju puncak gunung yang ia maksud itu. Tidak satu dua orang yang bertanya, untuk apa seorang gadis cantik sepertinya ingin mendaki gunung seperti ini?? Mereka berkata bahwa gunung tersebut memanglah bukan gunung rimba yang tidak terjamah dan susah dilewati. Gunung tersebut banyak dijadikan jalan oleh orang lain ketika ingin mengambil air, kayu bakar dan sebagainya. Bukannya tidak ada orang yang bolak balik kesana. Hanya saja, gunung tersebut sangalah tinggi dan jalur yang dilewati cukup curam jika disandingkan dengan nona muda yang dari tampilannya saja siapapun mengetahui kalau dia bangsawan. Biasanya orang yang bolak balik ke gunung hanyalah para lelaki saja. Bingung ingin menjawab apa –karena ia ragu untuk berterus terang mengenai alasannya pergi ke puncak gunung tersebut-, Irene hanya bisa tersenyum tipis sembari menitip pesan kepada mereka, jika seorang gadis dengan rambut cokelat ikal datang dan menanyakannya, Irene harap mereka berkata bahwa Irene sudah lebih dahulu berjalan ke arah tujuan mereka. Hal itulah yang membuatnya kini.. gadis yang seumur hidupnya tidak pernah berjalan berat dalam jarak yang jauh itu nampak sedikit memijat pahanya yang terasa kaku ketika berhasil naik ke bagian yang sedikit lebih tinggi dengan berpegangan pada akar pohon besar karena jalur yang terjal. Untungnya saja di mimpi kali ini, ia tengah berada di tengah tengah musim gugur. Akan sangat jarang hujan meskipun cuacanya memang mendingin. Jikalaupun terjadi hujan, hujan tersebut tak akan lama dan juga tidak deras. Jika dilihat dari tanah yang dipijaknya kini benar benar kering –meskipun tidak tandas karena pagi di musim gugur sering memiliki banyak kabut-, maka artinya hutan ini sudah tidak disambangi hujan selama beberapa hari. Bersyukur sekali gadis itu karena perjalanannya keatas sana tidak semakin dibuat sulit seperti jika tanahnya lembab dan becek. Semakin lama ia berjalan dan menanjak, semakin pendek pula pohon pohon yang sebelumnya mengelilinginya. Jika mendengar dari suara gemuruh air di kejauhan sana, Irene dapat memastikan ia akan melewati suangai atau setidaknya mata air buatan yang dibuat oleh penduduk sekitar. Dan benar saja, belum sampai sepuluh menit, Irene sudah menemukan jembatan kayu yang dibawahnya memiliki sungai dengan air yang tidak deras. Sangat jernih sampai sampai ia merasa tenggorokkannya kering seketika dan ingin meminum air yang sepertinya dingin itu untuk melepaskan dahaganya. Maka, bukannya melewati jembatan yang dimaksud, Irene memilih untuk turun sebentar menuju sungai dan mengambil beberapa tetes air menggunakan tangannya dan sebisa mungkin tidak mengotori sungai tersebut dengan kakinya. Jika ini di gunung, maka kemungkinan besar sungai ini menjadi salah satu sumber hidup orang orang yang ada di desa di bawah sana. Entah untuk keperluan mandi cuci atau bahkan untuk diminum. Amat sangat tidak sopan jika dia mengotori sumber kehidupan warga banyak. Selesai melewati jembatan yang dimaksud, Irene nampak berhenti lebih dahulu untuk melihat langit penuh dengan awan yang membentuk sangat cantik. Bak kapas yang jika ia tiduri akan sangat nyaman dan membuatnya terlelap dengan mudah. Rasa ingin bersantainya sangat tinggi, tapi Irene tahu bahwa waktunya tidak banyak. Waktu keduanya tidak banyak. Dengan Semi berkata bahwa ia hampir dibunuh beberapa hari lalu, maka artinya hidup keduanya benar benar sedang tidak baik baik saja saat ini. Bebatuan besar sesekali nampak menyusahkannya ketika berjalan. Sepatu yang ia gunakan nampaknya bukans sepatu yang cocok untuk seseorang menaiki gunung terjal. Pohon pohon yang tadi rimbun keatas sejauh ini masih juga belum terlihat. Pandangannya bersih dan hanya melihat badan gunung lain di kejauhan. Ia hanya perlu mendaki lalu bergerak kearah kanan, karena kini matanya bisa menangkap dengan jelas puncak gunung yang dimaksud. Jauh disebelah kanan dari posisinya kini berada. Dengan semangat yang tidak kunjung padam, Irene kini mendaki tangga bebatuan yang sama sekali tidak rapih itu. Sepertinya dibuat oleh warga sekitar untuk membantu mereka naik karena pohon dan akar akar besar yang Irene lihat sebelumnya tidak ada di area yang satu ini. Kabut nampak menyelimuti beberapa bagian gunung hingga menuju puncak gunung. Sepertinya vegetasi di gunung ini memang sangat ekstrim. Karena tempat yang masih Irene injak saat ini sama sekali tidak berembun, namun beberapa meter diatas sana kabut membuat pandangannya menjadi buta seketika. Irene menyadari satu hal, alasan mengapa nenek misterius yang tengah berusaha ia datangi ini bisa hidup di puncak gunung karena dari bagian tengah gunung hingga ke puncak memanglah tipe gunung yang dipenuhi oleh batu dan pasir, berbanding terbalik dengan dari bagian tengah hingga bawah gunung yang lebih mirip seperti hutan rimba itu. Bebukitan dengan rumput pendek yang bisa dilewati dengan mudah JIKA melupakan keterjalan dari batu batu yang harus ia panjat. Jika daerah tidak dikelilingi dnegan hutan seperti itu, wajar saja nenek tadi bisa hidup tanpa gangguan hewan hewan yang berada di hutan gunung. Ya.. sebenarnya akan sangat mudah untuk beliau menghadang hewan hewan tersebut jika ia memang memiliki ilmu hitam. Irene sudah bisa melihatnya- sebuah rumah terbuat dari kayu berwarna merah dan cerobong asap yang menguarkan asap dari dalam sana. Irene bisa memastikan bahwa nenek yang ia tuju kemungkinan besar ada di rumah. Rumah tersebut dalam pandangannya terasa sangat dekat, seakan beberapa menit lagi ia akan sampai. Namun, Irene tahu bahwa perjalanannya kesana masihlah sangat jauh. Ini sudah lebih dari lima jam ia berjalan dari bawah hingga tempatnya kini, beberapa kali istirahat dan ia sama sekali belum sampai. Perutnya berisik keroncongan namun putri yang satu ini tidak berani mengambil buah buahan yang sesekali ia lewati karena takut akan racun. Oke ini dunia mimpi. Seseorang tidak akan bisa membunuhnya dengan mudah karena ia bisa bangun dari mimpinya,. Tapi bagaimana jika ini racun? Yang awalnya tidak ia sadari, namun membunuhnya perlahan. Ketika ia bangun dari mimpinya, bagaimana jika alam nyatanya ikut teracuni?? Hahh.. disaat saat lelah seperti ini, ia jadi penasaran dimana Semi kini berada sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD