Chapter 17

1240 Words
Dengan alasan tubuhnya mengalami rasa sakit yang belum pernah ia rasakan, Semi akhirnya berhasil meminta tolong bocah tadi untuk mengantarnya ke dokter. Selama ini, bukannya dia tidak ingin ke dokter atau tabib untuk mengobati luka lukanya. Namun ia tidak ingat dimana. Selama beberapa kali perjalanannya untuk membeli makan pun, ia tidak menemukan ada rumah tempat seorang dokter membuka praktiknya disana. Jadi, dengan menurunkan harga dirinya –ya karena berarti komandan yang satu ini mengiyakan fakta bahwa dalam perang kemarin ialah korban yang paling parah, dimana ia biasanya menjadi jagal dan membunuh korban korbannya-, dirinya kini tengah berjalan bersama pemuda tadi ke kediaman sang dokter. Menurutnya, kediamannya tak jauh dari sana sehingga tak memerlukan kuda untuk mereka pergi kesana. “Komandan” “Ya??” Semi yang tadinya sudah panik tidak jelas karena takut ditanya sesuatu yang tidak diinginkan malah jadi kebingungan ketika orang yang memanggilnya tadi malah diam dan berjalan dengan mata yang menatap sekitar. “Bagaimana rasanya hidup dengan memiliki nama belakang??” Ah.. pertanyaan ini lagi. Semi tak tahu jelas apa arti nama belakang yang diberikan raja padanya tas hadiah bakti akan perjuangannya, tapi mungkin Semi tahu jelas bahwa apa yang tidak dimiliki orang kebanyakan mungkin akan menjadi mimpi bagi sebagian dari mereka. Anggap saja begini, noble di negeri mereka tidak lebih dari dua puluh persen. Dari dua puluh persen diantaranya, sekitar dua persen adalah orang biasa yang tiba tiba naik kasta karena diberikan nama belakang istimewa, sama kasusnya seperti Semi. Karena delapan belas persen orang ini adalah bangsawan semenjak turun temurun, yang mana mereka dikaruniai harta yang melimpah menurut pandangan masyarakat biasa, juga honor dan relasi yang kuat untuk semakin memperkuat darah turunan mereka, maka delapan puluh persen lainnya, yang merupakan warga biasa tentu saja memimpikan menjadi dua persen orang yang tiba tiba naik kasta ini. Tapi apakah penambahan nama belakang hanya dari menjadi pendekar nomor satu yang mempertaruhkan nyawa mereka? Tentu saja tidak. Bisa jadi karena si satu nama ini menikah dengan seseorang yang memiliki dua nama atau nama belakang. Tapi- kebanyakan para bangsawan pasti sudah menjodohkan anak mereka dengan satu sama lain, bahkan berbondong bondong untuk menjodohkan anak mereka dengan keluarga kerajaan agar semakin memperkuat nama keluarga mereka. Jadi, lagi dan lagi, commoner biasa akan kesulitan jika ingin hidup menjadi lebih baik. Bukannya mereka tak bisa menjadi kaya hanya dengan usaha mereka bekerja keras sendiri. Toh banyak commoner yang nyatanya jenius, mendapatkan beasiswa hingga akhirnya bisa bersekolah tinggi dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang cukup. Namun, tanpa nama belakang, mereka tetap akan dipandang sebelah mata. Ini adalah kenyataan yang menyakitkan dan memang terjadi di negeri mereka ini. “Kau tahu, rasanya amat sangat berbeda jika berhadapan dengan orang yang berbeda pula” ujar Semi setelah berpikir cukup lama. “Dimata orang seperti kalian, seperti ku, dimata para commoner, mungkin aku bak sosok dongeng yang diimpikan banyak orang. Hidup susah dari kecil, lalu nyatanya bisa memiliki nama belakang dan sekarang hidup lebih dari kata berkecukupan” mulanya. Ini bukan mengada ngada karena Semi hilang ingatan. Ini semua hal yang dia pahami ketika memperhatikan sekitar, dan juga pembicaraan orang orang mengenai dirinya. “tapi dimata para darah murni, para bangsawan yang sebenarnya, aku tidaklah lebih dari sesosok gadis miskin yang berhasil menjilat orang tinggi” ujarnya lagi dengan senyum tipis. Sedangkan pemuda yang kini berjalan di sampingnya nampak serius memperhatikan meskipun tatapan matanya sempat berubah beberapa detik menjadi terkejut. “Bagi mereka, aku adalah orang asing tak tahu diri yang berhasil menyelinap diantara mereka semua. Bagi mereka, aku adalah hama yang harus disingkirkan. Bagi mereka, orang sepertiku adalah sosok terkucilkan yang tak akan memiliki apapun selain nama belakang. Tidak honor, tidak pula status yang pasti” Bayangkan saja. Semi baru memiliki memori baru tidak lebih dari dua minggu. Dan lebih banyak memori tersebut diisi dengan mereka berperang di tanah penuh darah, bagaimana teriakan kesakitan korbannya ketika mata tanpa emosi gadis cantik ini membelah tubuh musuhnya menjadi dua, bagaimana bulu kuduknya berdiri ketika ia sadar bahwa ia bak tukang jagal yang memotong motong ayam untuk diperjual belikan. That’s all just for the sake of kemenangan Velvetenus atas negeri yang mencoba membangkang dan mengkhianati mereka sebagai relasinya. Lalu, ingatan lainnya ia miliki hanyalah seharian penuh di istana untuk berpesta dan tiga hari mengurung diri di rumah meskipun harus sesekali keluar membeli pasokan makanan. Dalam empat hari singkat dia berada di sini, bertemu dengan manusia dalam keadaan normal, sedang tidak berperang, sudah berapa ratus kali Semi mendengar kalimat merendahkan dari para bangsawan itu untuk dirinya. Mana ditambah dengan rumor bahwa dia mencoba menggoda pangeran kala itu. Sial. Dari sana Semi menyadari satu hal, bahwa mau sekeras apapun ia berjuang di area perang, sebagus dan sehormat apapun nama belakang yang diberikan raja padanya, itu tak akan mengubah status atau kastanya dimata para bangsawan. “Tapi.. aku tak peduli” lanjutnya lagi. “aku tak peduli mengenai apa yang mereka katakan. Aku lebih peduli pada gajiku. Jika aku memiliki nama belakang namun gajiku tetap biasa saja baru aku protes.Aku lebih membutuhkan uang dibandingkan nama belakang, kau tahu itu” ucapnya yang membuat pemuda tadi kali ini tertawa renyah bersamanya. “ya, uang lebih penting dibandingkan apapun” dirinya memberikan pendapat. “bahkan para noble yang sudah bangkrut jatuh miskin, tetap memiliki nama belakang namun sepertinya dalam kondisi finansial, lebih susah dibandingkan kau, komandan, makanya mereka bekerja keras untuk menjodohkan anak mereka pada bangsawan bangsawan lainnya. Tak peduli jika mereka terlihat seperti menjual anak mereka sendiri” Ya. Hal itu memang banyak terjadi, dan seakan akan sudah menjadi hal yang lumrah. Entah harus bagaimana Semi bersikap dalam kondisi sosial yang kacau balau seperti ini. Hanya sekitar satu menit lagi mereka berjalan, sampailah mereka di rumah seorang dokter tua yang kemampuannya tidak dapat diragukan lagi. Masa mudanya dihabiskan untuk melayani anggota kerajaan sebelum anaknya sendiri yang menggantikan posisinya. Dan kini sang ayah menetap di rumahnya untuk membuka praktek bersama sang istri. Sungguh keluarga yang hangat. Disana, Semi diberikan treatment yang cukup banyak. Hal yang wajar karena tubuhnya penuh dengan luka. Pun begitu dengan pemuda yang tadi datang bersamanya. Semi bersikeras bahwa ia juga harus diberiksa, jikalau ada luka luka dalam berbahaya yang kasat oleh mata dan tanpa gejala. “Ah, ternyata kau terluka separah itu hingga mendatangi dokter, Semi” seorang pria tua yang tadinya hanya lewat malah iseng untuk masuk ke tempat praktek ketika ujung matanya menemukan siluet sesosok gadis yang amat sangat ia kenali itu. Dan... Semi pun mengenalinya. Dia adalah penasihat kerjaan. Sosok yang ia temui dan ia akhirnya kenal akibat pesta kemenangan kala itu. “Tak pernah terbayangkan olehku jika kau bisa terluka seperti ini. Mengingat kau biasanya selalu pulang tanpa atau dengan hanya luka gores di beberapa bagian. Sepertinya kalian cukup kewalahan di pertarungan kemarin” sindirnya. “tentu saja bisa karena kami manusia biasa” yang emosi bukannya Semi malah anak buahnya tadi, yang membuat Semi harus menyentuh lengannya sekilas sebagai kode bahwa jangan sampai pemuda itu berlebihan dan membuatnya suffer sendiri hanya karena membela Semi. Pria tua kolot ini sendiri memiliki jabatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan keduanya, meskipun dua orang ini bisa mudah membunuh si sialan itu tanpa membuat sedikit keributan. “Kau tahu, Semi, hari dimana kau suatu saat mati, mungkin akan menjadi hari yang tercatat di sejarah” kekehnya penuh keambiguan, yang malah memancing kerut dan tanda tanya kasat mata di wajah si gadis. Belum sempat dirinya membuka mulut, si tua bangka tadi sudah kembali mengeluarkan suara. “ah- adikmu datang”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD