Chapter 30

1092 Words
“Ada apa anda memanggil saya, yang mulia pangeran Adam” yang disapa dengan segala macam pujian itu masih duduk di kursi tingginya dengan mata yang menatap sinis pada sosok manusia yang kini tengah menggunakan sebelah lututnya untuk menapak. Tangannya sedari tadi terlihat mengepal di samping tubuhnya sembari menahan dirinya untuk tidak mengumpat saat ini juga. “Kau..” rahangnya mengeras ketika ia semakin sulit mengontrol emosinya. Ya.. sebenarnya dengan status setinggi itu, siapapun akan diam saja meskipun dijadikan pelampiasan emosi. Tapi ayolah.. Semi bahkan baru datang menginjakkan kakinya ke istana ketika jam ‘kerja’nya sudah tiba. Jika tahu tahu dijadikan bantalan emosi begini di pagi hari yang cerah, yang seharusnya menyenangkan, tentu saja akan membuat moodnya menjelek hingga matahari turun di sore hari nanti. “kau ada rencana apa dengan nenek yang dikutuk itu” ujarnya lagi yang kini membuat Semi mengerutkan dahinya bingung. “Saya tidak mengerti dengan apa yang yang mulia sebut, dan saya tidak tahu siapa yang dimaksud” jujurnya. Seingatnya, kemarin ia seharian berada di ground pelatihan dan tidak kemana mana karena ada beberapa hal yang perlu didiskusikan dengan wakil juga anggotanya. Pun, ketika ia perjalanan ke rumahnya, gadis yang satu itu sama sekali tak ingat jika dia bertemu dengan seseorang. “Jangan pura pura lupa atau sekalian saja kubenturkan kepalamu agar kau amnesia” ya, terima kasih atas sarannya, tapi gadis yang satu ini sudah mengalami amnesia yang melelahkan kurang lebih selama satu bulan penuh. Tunggu dulu- bisa tidak ya dirinya mengembalikan ingatannya jika kepalanya dibenturkan dengan sengaja?? Haruskah Semi mencobanya?? “Saya benar benar tidak mengerti apa yang kau maksud, yang mulia” jengah Semi mencoba menahan helaan nafas kesalnya. “Apa yang kau rencanakan hingga harus berhubungan dengan si nenek tua yang terkutuk itu??” Nenek tua terkutuk?? Selama satu bulan ini, rasanya Semi sama sekali belum mendengar sesuatu mengenai seseorang yang di kutuk di negeri mereka ini. Padahal, beberapa anak buahnya terpergok sering membicarakan banyak hal- gosip sekalipun-, tapi untuk yang satu ini, Semi sama sekali tak tahu menahu karena ia kehilangan ingatannya. “Aku tidak tahu apa yang membuatmu berubah pikiran atau kehilangan pikiran hingga berbalik berusaha menggodaku untuk bersama denganmu, tapi jangan berharap banyak” ocehnya yang membuat Semi semakin mengerutkan dahinya bingung. Lelucon macam apa ini hahahaha hampir saja gadis itu tak dapat menahan tawanya. Sudut bibirnya nampak sudah bergerak karena ia sibuk menggigit pipi dalamnya agar tidak tertawa. “aku tak peduli bagaimana cara kau untuk dipasangkan kembali denganku. Toh itu tak akan terjadi. Tapi yang pasti, aku tidak mentolerir jika kau membawa bawa ilmu hitam untuk menyakiti tunanganku” Apa ya.. apa yang harus gadis ini lakukan untuk menghentikan ocehan tak guna penuh kepercayaan diri bocah yang empat tahun lebih muda darinya itu. “Saya tak mengerti dari mana yang mulia mendapatkan rumor mengenai saya seperti itu. Tapi hal pertama dan yang paling penting adalah saya sama sekali tidak berminat dengan yang mulia” ujar –sebenarnya ini cemoohan- Semi dengan lugas. “yang kedua, saya tidak tahu apa apa mengenai nenek yang dikutuk, atau apalah itu ilmu hitam yang kau bicarakan barusan, yang mulia” “jika kau tidak tertarik padaku, untuk apa kau menggunakan gaun seksi di acara pesta malam itu” ujarnya dengan senyum remeh mengembang di bibir si pria. “kau terlalu mudah untuk ditebak. Tak ada bedanya dengan gadis gadis lain yang melakukan segala cara untuk menarik perhatianku” DEMI TUHAN!! Ya Tuhan, sepertinya dahulu ketika engkau menciptakan dia, kau berlebihan memberi rasa percaya diri di hidup lelaki satu itu. Sejujurnya, Semi kasihan padanya hidup dalam angan angan yang dibuat oleh dirinya sendiri, tanpa tahu bahwa apa yang diucapkannya akan menjadikan dirinya sendiri sebagai lelucon. “Saya tidak tahu jika yang mulia akan memperhatikan saya sebegitunya” lawan Semi yang mulai jengah. “tapi jika yang mulia benar benar ingin tahu, saya menggunakan gaun tersebut bukan untuk yang mulia, melainkan untuk orang lain” ya.. ini tipu tipu, tentu saja. Tapi baiklah, anggap saja begitu agar bocah sombong dihadapannya ini runtuh percaya dirinya. Bayangkan saja, berarti Semi sebelumnya menolaknya untuk lelaki lain, kan?? Tentu saja hal itu akan menyakiti harga dirinya karena ia merasa ialah lelaki paling bagus di Velvetenus ini. Eh, tunggu dulu. Barusan dia berkata mengenai nenek nenek dan membahas tunangannya ya. Apakah yang tengah dibahas saat ini adalah nenek nenek yang ia temui ketika ia mencoba menyelamatkan Irene dari tergusur lautan manusia di festival kala itu? Nenek nenek aneh yang sejujurnya membuat ia merinding ketika mengingat apa yang dikatakannya sembari menatap dirinya dan Irene kala itu. ‘Harusnya kalian tidak berada di sini”...kurang lebih itu, kan, yang dikatakannya kala itu?? Awalnya, Semi tak ambil pusing mengenai hal tersebut. Namun jika Adam sudah sebegini seriusnya hanya karena hal itu, berarti ada sesuatu mengenai nenek ini yang tidak ia tahu. JUGA- tadi Adam berkata mengenai ilmu hitam, kan?? Ingatkan Semi untuk mencari tahu lebih lanjut soal nenek nenek misterius yang satu ini. “Seingatku tuan putri Irene Juventus sudah dalam perjalanan pulang menuju negerinya dalam keadaan selamat dan baik baik saja selama di Velvetenus” Semi kembali berucap sebelum Adam berhasil mengeluarkan suara dari bukaan mulutnya. “pun saya tak tahu apa apa mengenai yang mulia maksud. Jadi, saya sarankan yang mulia untuk bertanya saja pada nenek nenek yang kau maksud dari pada berceloteh kepada orang yang tak tahu apa apa. Kau tidak akan mendapatkan informasi yang kau mau meskipun kau ribuan kali bertanya pada orang yang tak tahu apa apa” Adam diam. Karena memang benar apa yang dikatakan gadis yang sampai saat ini masih berlutut di hadapannya. Tangannya semakin mengepal. Ia rasanya ingin langsung mengeksekusi gadis congkak di hadapannya itu, tapi tahta belum ada di tangannya. Semuanya masih atas perintah ayahnya, yang mana sang ayah sangat suka dengan kinerja gadis yang lebih tua darinya itu. Awas saja, detik pertama Adam berhasil memegang tahta, detik itu juga Semi kehilangan pekerjaan –atau nyawanya sekalian- jika memang menurut Adam gadis itu semakin berulah. “Ada yang ingin kau katakan lagi, yang mulia??” Semi tidak menunduk selama percakapan mereka. Dari posisi berlututnya yang rendah ini, ia mendongak untuk terus bertatapan mata dengan sang pangeran. Mungkin bagi beberapa orang, Semi akan dianggap terlalu berani atas kelakuannya yang satu ini. Tapi menurut si pemilik tubuh, ia bisa beralibi bahwa tidak sopan jika tidak menatap mata orang yang diajaknya bicara. Padahal, Semi hanya tidak ingin terlihat lebih lemah dari bocah dungu yang tidak tahu apa apa dan hanya mengandalkan ayahnya itu. “Tidak ada, enyah dari hadapanku” Dengan senang hati, yang mulia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD