Ilyas 15

1425 Words
Fokusnya satu. Bibir merah Ilyas yang tidak kena rokok ataupun barang haram lainnya, entah kenapa sangat merusak konsentrasi Mawar. Hingga, entah apa yang merasukinya, dia tiba-tiba saja sedikit berjinjit kemudian memegang pundak Ilyas daaaan..... Cup... sedetik... Detik kedua, Mawar sengaja sedikit melumat bibir merah kenyal pemuda tampan  itu. Tapi di detik ketiga...  ~~~ Demi Tuhan...., entah apa yang merasukinya. Malu urusan nanti, yang penting sekarang, dia hanya ingin merasakan bibir Ilyas. Lagipula sudah lama dia tidak berciuman, sudah lama pula dia menginginkan Ilyas. Detik ketiga, tiba-tiba saja Mawar mengaduh! Ilyas dengan sengaja mendorongnya hingga ia terjatuh di tanah. Dorongan yang cukup keras, bahkan ia merasa kakinya sedikit nyeri, sepertinya terkilir. "Kamu....!!!" Ilyas yang malu bercampur emosi, berteriak marah. Dia menoleh ke arah Alya, yang berdiri terpaku melihat adegan tadi. Tidak menyangka gadis cantik itu begitu nekatnya. Sorakan terdengar dari jauh. Ilyas yang kehilangan kata-kata, melap bibirnya dengan kasar dan berniat pergi. Malu tingkat dewa! Ya Tuhan... mimpi apa aku semalam?? Ini ciuman pertamaku, Tuhan dan di muka umum, dilakukan bukan oleh istriku! Demi Tuhan, mimpi apa dia semalam hingga jadi tontonan gratis dan malu hingga mencampai langit seperti ini? Lagipula itu ciuman pertamanya! Ciuman pertama! Yang selama ini dia impikan akan dia lakukan penuh kasih sayang bersama perempuan yang dia cintai. Dicuri oleh perempuan cantik tidak tahu malu yang nekat menciumnya di depan umum! Demi negara api yang hendak menyerang! Muka dan mata Ilyas semakin merah, tanda sangat emosi. Andai saja kasat mata, akan terlihat asap mengepul dari kepalanya. Dia sungguh teramat sangat... malu. M A L U!!! "Ilyas tung... tunggu ... Ma.. maaf... a.. aku tadi bertindak impulsif." Bibirmu mengundang banget sih! Mawar mencoba berdiri tapi terjatuh lagi. Ternyata kakinya sempat terkilir saat tadi Ilyas mendorongnya. Sakit sih, tapi lebih besar rasa malunya. Entah bisikan dari mana yang tadi terdengar di telinganya untuk mencium bibir merah lelaki tampan itu. Apalagi tadi dia bahkan sempat sedikit melumat bibir Ilyas! Dan mungkin dia akan menikmatinya andai saja Ilyas tidak mendorongnya. "Aa.. aduuh..." Mawar meringis kesakitan. Tapi dia tetap berusaha berdiri. Sudah ada beberapa orang di belakang Mawar. Ada teman-teman voli pantainya, ada Yasa dan Iyah. Tapi semuanya sengaja memberi jarak pada kedua orang itu. Sambil meringis, Mawar kembali berkata-kata, "Maaf.. aku sungguh minta maaf... Tadi tuh..." Tadi tuh sumveeh bibir merahmu mengundang banget buat diemut... "Kamu gila! Kamu tidak punya malu! Bisa-bisanya kamu berbuat seperti itu di depan orang banyak!" Bentak Ilyas kesal. "Berarti kalau gak ada orang lain, boleh dong..." Masih saja Mawar mencoba bercanda untuk mencairkan suasana. Sayangnya jawabannya salah. Jawaban asal itu semakin membuat Ilyas emosi. "Jangan bercanda! Apa sih maumu? Pakai cara murahan seperti ini untuk membuatku tertarik padamu? Kamu memang perempuan murahan yang tak tahu malu!!" Ilyas kehilangan kendali. Mawar yang dibilang murahan jadi tidak terima. "Ya aku memang gila, aku memang murahan. Tapi itu kulakukan karena aku suka kamu!" Keduanya bahkan sekarang sudah saling berteriak. "Apa maumu?" Desis Ilyas. "Kamu tahu pasti apa mauku! Aku mau kamu!" Jawab Mawar. Sudah sekalian saja ngaku. Seringaian terlihat di bibir Ilyas, bibir yang sudah tidak perawan lagi beberapa detik lalu karena kenekatan Mawar. Ilyas maju beberapa langkah mendekati Mawar, membuat gadis cantik itu merasa ketakutan karena aura Ilyas yang jadi menyeramkan. Mawar berusaha mundur, tapi kakinya yang keseleo tadi membuatnya jadi berpikir ulang untuk bergerak, hingga akhirnya ia terdiam seperti patung. Badannya sempat goyah, tapi ditetapkannya hati untuk menerima apapun yang akan Ilyas lakukan. Dia yakin Ilyas tidak akan melakukan kekerasan fisik padanya. Tapi, seteguh apapun usahanya agar tidak takut pada Ilyas, ternyata tidak mampu mengalahkan rasa takutnya. Tetap saja dia berusaha mundur, badannya sedikit goyah, beruntung Yasa yang tanggap segera maju dan memegang pundaknya dari belakang. "Mas Ilyas... sabar mas, istigfar... Kita pulang yuk Mas." Ajak Yasa dengan suara dibuat sehalus mungkin. Ini yang kedua kali dia melihat wajah Ilyas seseram ini, yang pertama saat almarhum ayah mereka datang menemui mereka saat masih tinggal di Ulu Belu. (Yang belum baca kisah masa lalu Ilyas, sila baca Karma di Dreame.com search rieka tresna . Mumpung msh free) "Dengar! Perempuan murahan seperti kamu, ingin bersamaku? Kamu pikir aku mau? Kamu tidak pantas untukku!" Ilyas menggeram. Yasa memasang kuda-kuda, bersiap untuk menyelamatkan Mawar jika Ilyas kehilangan kendali. Sungguh, dia yang adik kembarnya saja merasa takut saat Ilyas seperti ini. Apalagi Mawar. Tapi ternyata, ego Mawar yang terluka, malah membuat gadis cantik itu menjadi berani. Dia melepaskan pegangan Yasa, maju dua langkah dan menjawab ketus, "Apa yang membuatmu berpikir kalau aku tidak pantas untukmu, wahai Tuan Ilyas yang sempurna?" "Sesekali cobalah berkaca! Kamu akan lihat di kaca itu, siapa aku, siapa kamu. Perempuan liar yang mengumbar kemolekan tubuh, perempuan tidak tahu malu, perempuan murahan, perempuan..." Entah Ilyas berkata apa lagi Mawar tidak tahu, lebih tepatnya tidak mau tahu. Dia menutup telinganya, menggelengkan kepalanya. Berusaha tidak mau mendengar apa yang Ilyas katakan. Mata Mawar sudah basah oleh air mata. Baru kali ini dia diperlakukan seperti ini. Yang tambah menyakitkan hati, disakiti secara verbal oleh lelaki tang sangat disukai. "Dan itu membuatmu berpikir aku tidak pantas untukmu?" Dia bertanya sambil berurai air mata, tapi dia tidak mau terisak. Nyeri..., hatinya sungguh terasa sangat nyeri mendengar lelaki pujaan hati menghinanya dengan verbal sedemikian jahat. "Oooh... jadi kamu pikir kamu pantas? Kamu pasti sudah tidak suci lagi kan? Tipe perempuan seperti kamu ini, pasti mencari kesenangan sesaat dari laki-laki yang pernah dekat denganmu! Atau bahkan malahan yang tidak dekat pun, kamu mau? Aku selalu menjaga kesucianku untuk istriku, dan aku mau istriku juga menjaga dirinya untukku. Dan kamu! Kamu pasti tidak termasuk kriteria itu!" Tiba-tiba terdengar plaaakkk...!!! Mawar menampar Ilyas dengan kekuatan penuh. Yaa, dia memang sudah tidak suci lagi, tapi dia tidak mau dihina sedemikian rupa. "Kamu..." Ilyas memegang pipinya yang jadi sedikit kemerahan. Sedikit terkejut dengan tamparan Mawar. "Yaa, aku memang tidak perawan lagi. Tapi kamu tidak berhak untuk menghinaku! Jangan mentang-mentang kamu merasa dirimu baik, suci, sempurna, lalu kamu menghina orang lain dengan kalimat sarkasmu itu!" Bentak Mawar. "Dengar nona, kamu yang membuat dirimu sendiri jatuh dalam kehinaan. Ya.., kamu hina!" Selesai berucap itu, Ilyas menendang kursi kayu yang ada di dekatnya hingga patah. Alya sudah tidak terlihat. Emosinya memuncak gegara gadis cantik tapi nekat yang ada di depannya ini. "Kalau sampai hubunganku dan Alya hancur gara-gara kamu, aku tidak terima! Alya yang pantas untukku! Bukan kamu! Kamu murahan! Kutegaskan sekali lagi, kamuuu tidak pantas untukku! Tidak!" Ilyas berbalik badan hendak pergi meninggalkan Mawar yang pucat pasi mendengar segala hinaan dan caci maki Ilyas. "Ilyas...!! Istighfar! Hentikan omonganmu itu! Minta maaf sama Mawar!" Yasa berusaha mengingatkan kakak kembarnya. Hilang sudah kata Mas, dia sungguh kaget, tak menyangka Ilyas akan bermulut sejahat itu. Tapi Ilyas berlalu, tanpa mau melihat lagi ke arah belakang. Dilajukannya motornya ugal-ugalan. Tingallah Yasa, yang kemudian segera menopang tubuh Mawar yang meluruh, sebelum pantatnya mencium tanah. "Maafkan Ilyas ya... nanti aku akan membujuknya untuk minta maaf padamu." Yasa berkata pelan. Gadis cantik di depannya, wajahnya sungguh pucat, seperti tidak berdarah. "A.. aku mau pu...lang." Terseok-seok Mawar berjalan menuju si putih. Beruntung parkirnya tidak begitu jauh dari tempatnya sekarang, tapi kenapa terasa sangat lama? Air matanya sudah bercucuran sedari tadi. Sakit! Sunguh sakit hati, mendengar semua hinaan Ilyas. Memang benar semua yang dikatakan Ilyas, tapi Mawar sungguh merasa terhina. Ternyata, dia tidak pantas untuk Ilyas. Mungkin tidak akan pernah pantas. Masa lalunya memang tidak dapat dibanggakan. Pergaulan bebas... dia sempat nikmati itu. Dia memang beberapa kali pacaran, dan dia memang sudah kehilangan kesuciannya. Tapi tidak kepada setiap lelaki yang dekat padanya. Dia memang merokok dan sesekali minum alkohol jika sedang suntuk. Tidak menyangka, ternyata semua itu akan membawa kesedihan teramat sangat baginya. Jika dia bisa memutar waktu, pastinya dia akan memilih untuk tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. Aku liar? Ya Tuhan..., aku memang dulu liar, bahkan mungkin sampai sekarang. Tapi itu masa laluku. Masa lalu yang ingin aku ubah. Apakah sekarang aku tidak boleh berubah menjadi lebih baik? Sedemikian hinakah aku hingga tidak pantas bersanding dengan lelaki pujaan? Tiba-tiba Mawar merasa lengannya dipeluk seseorang. Ternyata Iyah. Iyah memeluk lengannya dan berusaha membantunya menuju mobil. "Biar aku dan Iyah mengantarmu ya. Aku saja yang menyetir, kamu duduk saja di belakang sama Iyah." Yasa meminta kunci mobil dan segera melajukan si putih mewah itu. "Maafkan Ilyas ya... Aku mewakilinya meminta maaf padamu. Baru kali ini aku melihatnya semarah ini setelah belasan tahun. Dia hanya kehilangan kendali." Yasa berusaha menyemangati Mawar, yang terus menerus melap air mata. Mawar melihat ke arah depan, melihat sosok Yasa yang begitu teduh dan begitu sabar padanya. Kenapa aku tidak jatuh cinta saja pada Yasa, Tuhan? Kenapa hatiku hanya tertambat pada Ilyas? Kenapa?    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD