Sorot Mata yang Tak Pernah Pergi

1568 Words

"Shaaaaa! Gak makan?" teriak Caca dari depan kamar sembari menggetuk-getuk pintu kamarnya. Ia memasang telinganya di pintu demi ingin mengetahui anaknya sedang apa di dalam kamar sana. "Gak usaah, Buuk! Tadi Asha udah makan!" Kening Caca mengerut. Tadi itu maksudnya, sebelum berangkat ke sini? "Makan di mana?" "Di jalan!" sahutnya lagi. Aaah. Caca mengangguk-angguk. Tapi ia masih belum menyerah. "Kalau laper, makan lagi aja ya? Ibuk naruh lauknya di atas meja. Kalau dingin, dipanasin aja." Fasha hanya membalasnya dengan deheman. Gadis itu menghela nafas saat langkah kaki ibunya menjauh. Sementara ia baru saja membuka tirai jendela. Ia menatap ke arah rumah kosong di depan sana sembari mengeringkan rambutnya. Andai ia tau kalau Adit baru saja tiba. Sayangnya, ia masih belum tahu. Pas

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD