⌘ Bab 07 ⌘

1496 Words
Lonceng yang ditaruh dibelakang pintu pet shop itu berdenting ketika Kanaya membuka pintu depan. Usai masuk, Kanaya memilih untuk bersembunyi di sudut rak yang sedikit jauh dari pintu masuk, bahkan dirinya beberapa kali memastikan kalau tidak ada satu pun yang bisa melihatnya sedang bersembunyi di sana. Yuri yang melihat bagaimana anehnya tingkah Kanaya, hanya bisa menatap datar dengan mulut yang terus mengunyah permen karet dari balik meja kasir. Tak lama dari itu, pria tadi datang, masuk, dan langsung berjalan ke arah Yuri. "Di mana dia?" Tanya Sean tanpa basa-basi. Hanya saja, Yuri mengabaikan pria itu dan memilih untuk mengangkat kucing yang berada di sekitar kakinya kemudian menaruh kucing itu di atas meja, membiarkannya berkeliaran di sekitar meja hanya saja, daripada berjalan-jalan, kucing itu memilih untuk duduk sambil mendengkur ketika Yuri mengelusnya dan membiarkan dia untuk tetap di sana. “Kalau kau bertanya tentang kucing-kucingku atau pemilik pet shop ini?” Yuri gantian bertanya “Kanaya Daniza. Tetanggamu, sahabat kakakmu, Sandra.” Ujar Sean tapi, Yuri hanya menggidikkan bahu sambil menggeleng. “Tadi dia pamit padaku mau pergi tapi tidak bilang kalau mau pergi ke mana. Untuk Kanaya, dia bukannya sedang bekerja di pom bensin? Kenapa kau tidak mencarinya ke sana saja?” tanya Yuri dengan nada yang terdengar sedikit congkak. “Aku sudah mencarinya ke sana dan dia melarikan diri ke toko ini.” ujar Sean sambil melirik ke arah di mana Kanaya bersembunyi. Pria ini tahu kalau Kanaya sedang bersembunyi di salah satu rak yang ada di sana tapi, dia tidak mencoba untuk mendekat ke arah Kanaya bersembunyi tersebut. “Maafkan aku, tapi aku tidak tahu dia ada di sini karena sejak Sandra memintaku duduk di belakang meja kasir, aku sudah sendirian.” Jawab Yuri sangat santai meski dia tahu kalau lawan bicaranya saat ini sungguh-sungguh sedang sangat kesal. Namun, Yuri sama sekali tidak menunjukkan ekspresi yang berbeda. Mendapati dirinya sama sekali tidak dianggap oleh Yuri, Sean akhirnya memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan berniat untuk meninggalkan toko saat dia sadar kalau di sana ada banyak anjing dan suara menyalak mereka yang memekakkan telinga. “Kalau nanti dia datang ke tempat ini, tolong beri tahu aku.” “Kalau kau adalah pelanggan kakakku, maka dengan senang hati aku akan memberikan informasi padamu.” “Tidak, terima kasih. Akan kucari sendiri.” Ujar Sean sambil meninggalkan toko tersebut, mengabaikan perasaannya yang sangat yakin kalau Kanaya memang masuk ke dalam pet shop milik Sandra tadi ketika dia kejar. “Baiklah, silakan datang lagi untuk membeli.” Ucap Yuri sambil melambai, mengantarkan kepergian Sean dari toko milik kakaknya. “Silakan keluar, Miss Kanaya.” Tambah Yuri setelah dia sudah tidak melihat Sean lagi di sekitar tokonya. “Dia sudah tidak di sini?” “Pergi.” Mendengar Yuri mengatakan itu, Kanaya langsung ke luar dari persembunyiannya dan menghampiri meja kasir di mana Yuri sedang duduk dan menopang dagunya. Terlihat sekali remaja wanita itu sangat malas dengan apa yang dia lakukan saat ini, menunggui toko padahal sebenarnya dia tidak ingin melakukannya. “Terima kasih untuk bantuannya.” “Bukankah kalian sudah putus?” “Ah, iya. Kami memang sudah putus tapi Sean sepertinya tidak terima dengan hubungan kami yang sudah berakhir.” Jelas Kanaya dengan sepasang mata yang terus-terusan melihat ke arah pintu masuk toko. Dia takut kalau ketika dirinya tengah berbincang dengan Yuri, tiba-tiba Sean datang dan membawanya pergi dari sana hanya untuk bertengkar. “Tenang saja, cctv di depan sudah tidak lagi memperlihatkan Sean.” “Benarkah?” tanya Kanaya penasaran sambil berjalan ke arah belakang kasir yang layar monitor pc memperlihatkan Yuri yang tengah melihat cctv yang berada di bagian depan toko. Tahu kalau di sana memang tidak memperlihatkan tanda-tanda adanya Sean di sana. “Syukurlah kalau dia tidak sudah di sana lagi.” Ucap Kanaya benar-benar lega karena keselamatannya sudah ada di tempat yang seharusnya. “Eh, di mana Sandra?” Kanaya penasaran. “Ke rumahmu.” “Eh?” Tanpa menjawab keterkejutan Kanaya, Yuri langsung mengakses cctv di rumah Kanaya dan memperlihatkan ruang tengah di rumahnya hanya saja dia tidak melihat ada Sandra di ruangan tersebut. Kanaya dan Yuri hanya melihat Noel yang masih duduk di kursinya, menunduk dan diam tanpa melakukan apa pun. “Tidak ada siapa pun di sana. Kau bercanda?” Yuri melirik Kanaya yang menganggapnya bercanda tentang Sandra yang ada di rumahnya. Namun, buru-buru dia menunjukkan perban yang terpasang di tubuh Noel. “Perbannya baru, kan? Sandra yang sudah menggantinya. Paling sebentar lagi Sandra tiba di sini.” Melihat bagaimana Yuri memperlihatkan cctv di rumahnya, spontan saja Kanaya terkejut dan nyaris berteriak karena kaget karena Yuri tahu kalau di rumahnya ada seorang pria. “K—kau, kau tahu kalau ada orang di rumahku?!” “Cctv di rumahmu terhubung dengan seluruh perangkat lunak di rumahku, kalau bukan Sandra yang memintanya maka aku mungkin tidak akan melakukan semua ini.” “Se—sejak kapan?” “Sejak kau panik datang ke rumah ini dan meminta Sandra untuk ke rumahmu, aku sudah mengecek cctv di sana.” “Yuri! Kau tahu kalau menguntit itu tidak baik!” “Aku tahu tapi aku tidak suka yang kalau ada orang yang masuk ke dalam rumah teman baik kakakku sambil menodongkan senj—“ belum selesai Yuri bicara, Kanaya sudah membungkam mulut Yuri sambil memaksa gadis itu untuk tidak bicara lebih banyak mengenai Noel yang ada di rumahnya. Sambil meletakkan telunjuk di bibirnya, Kanaya meminta agar Yuri diam. “Jangan sampai ada orang lain yang mendengar tentang ini.” Kanaya memperingati. Namun, Yuri hanya memutar bola matanya ketika dia diperingati seperti itu oleh Kanaya. Yuri masih ingat bagaimana Kanaya datang ke rumah mereka, menggedor pintu depan dengan sangat panik sambil memanggil-manggil nama kakaknya, Sandra. Kanaya langsung meminta kakaknya untuk membawa peralatan medis yang dia miliki di klinik sambil berkata kalau ada yang sekarat di rumahnya, pada awalnya Sandra berpikir kalau yang sekarat itu adalah hewan karenanya dia membawa cukup banyak makanan dan suplemen untuk anjing juga obat-obatan khas klinik hewan yang dia miliki hanya saja, ketika Kanaya dan kakaknya pergi meninggalkan rumah dengan tergesa-gesa, Yuri yang memang memiliki akses penuh dengan semua cctv di rumah Kanaya langsung memeriksa seluruh kamera cctv yang terpasang di sana lalu secara mengejutkan dia menemukan kalau di rumah Kaanaya ada seorang pria yang tidak pernah Yuri lihat sebelumnya. Jadi, ketika kakaknya kembali dari rumah Kanaya, Yuri menuntut banyak jawaband dan di sana dia tahu kalau pria yang saat ini berada di rumah Kanaya adalah seorang buronan. “Hei, Yuri!” panggil Kanaya, membuat perhatian gadis ini kembali padanya, “kau memegang penuh kendali semua cctv di rumahku, kan?” tanyanya dan Yuri mengangguk tanpa suara. “Semuanya?” tanya Kanaya lagi. “Semuanya. Termasuk yang ada di kamarmu.” “Kamarku? Ada cctv juga di sana?” “Mengingat kau membawa masuk seorang buronan, kurasa aku memang harus melakukannya.” “Kapan?” “Mungkin hari ini.” “Jadi kau belum melakukannya?” Yuri menggeleng. “Ini baru rencana dan aku harus bicarakan ini dulu dengan kakakku.” “Sandra tidak akan setuju.” “Jika menyangkut tenang keselamatanmu, kurasa dia akan setuju-setuju saja.” ucapan Yuri mengingatkan Kanaya dengan sikap Sandra yang memang sedikit posesif padanya akan melakukan apa saja agar bisa membuat Kanaya dalam jangkauannya, dalam lindungannya, meski Kanaya tidak tahu bagaimana cara Sandra melakukan apa yang dia inginkan. Tapi, secara tidak langsung, sejak Kanaya hidup sendirian dirinya memang sangat terbantu dengan keberadaan Sandra yang selalu membantunya seperti ketika dirinya tidak punya uang, seperti sekarang. “Lalu di mana Sandra sekarang?” Pertanyaan Kanaya tidak langsung dijawab oleh Yuri, dia kembali melihat ke arah layar monitor di hadapannya dan kembali memeriksa tampilan cctv yang berada di sekitar gedung-gedung di rumah dan tokonya, ketika itu Yuri langsung melihat kalau sosok kakaknya Sandra tengah berjalan menuju ke arah klinik. “Sebentar lagi dia tiba.” “I—itu rekaman cctv siapa yang kau ambil?” tunjuk Kanaya ke arah layar monitor yang sudah dikembalikan tampilannya oleh Yuri ke tampilan kasir yang biasa digunakan oleh Sandra. Sambil tersenyum, Yuri tersenyum ke arah Kanaya. “Rahasia~“ “He—” Suara lonceng yang terletak di belakang pintu pet shop itu berbunyi, mengalihkan perhatian dua orang ini ketika seseorang masuk ke dalam toko. Awalnya yang mereka kira adalah pelanggan malah bersikap biasa saja ketika Sandra mulai berjalan mendekat ke arah meja kasir. “Ada apa?” tanya Sandra penasaran sambil melirik Kanaya dan adik perempuannya. “Kau dari mana?” “Rumahmu. Bukannya kau bilang sendiri, menyuruhku untuk membersihkan luka dan membalutnya menggunakan perban dan sudah kulakukan lalu sekarang kau bertanya kalau aku dari mana? Thats so funny." ucap Sandra sambil tersenyum. "Karena kau sudah kembali, maka aku akan pergi sekarang." "Hei, tetaplah di sini, aku akan ke luar mencari makanan dengan Kanaya." Sandra menahan adiknya yang hendak pergi dari sana. "Tidak bisakah kau memberikanku jam kerja yang pantas?" gerutu Yuri yang kembali duduk di tempatnya sementara Kanaya lantas ditarik oleh Sandra ke luar dari pet shop itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD