Trevor mengembuskan napas pelan lalu bergerak keluar dan begitu sampai di pintu Trevor mendengar suara seorang gadis. "Sepertinya Ibu Mas tak suka padaku. Dia bahkan memintamu agar menceraikanku. Tapi sesuai dengan perjanjian, aku sama sekali tak keberatan jika dia mengatakan hal itu." ujar Arini.
"Kau mendengar semuanya?" Arini mengangguk.
"Itu berarti kau akan menceraikan Iva dan mencari lagi seorang wanita yang baru." Trevor menunjukkan wajah masam bukti dia sedang memprotes dengan ucapan Arini.
"Arini, kau harus menyiapkan semua persyaratannya dan aku akan mengurus administrasi. Terserah kau ingin pilih fakultas atau jurusan yang mana, itu bukan urusanku." kata Trevor mengalihkan pembicaraan.
"Di kampus mana?"
"Sama dengan Kevin, akan kukatakan pada dia agar juga membantumu." Arini mengangguk perlahan mengerti dengan ucapan sang suami.
????
Kevin terus menggerutu kesal. Entah itu karena masalah Trevor dan Ibunya atau pun karena gadis muda yang kini telah menyandang status Ibu Tiri. Dia tak habis pikir, kenapa Arini yang umurnya sama dengan dia mau jadi istri kedua dari pria yang tak punya perasaan?
"Aduh Kevin jangan urus gadis itu, biarkan saja dia dan pasti Arini akan terima karma karena sudah merusak hubungan pernikahan Ibumu dan pria yang kejam itu!?"
"Apa maksudmu dengan merusak hubungan pernikahan?" Kevin mematung dan menoleh pada Arini. Sejak kapan gadis itu berada di sini?
"Karena yang aku tahu itu bahwa Ibumu itu menipu satu keluarga dan menelantarkanmu. Jadi aku pikir pernikahan yang dilandasi dengan menipu bukanlah pernikahan utuh." Kevin hanya bisa diam tatapannya terlihat tak suka lalu pergi dari tempat tersebut.
"Hei tunggu dulu, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Tapi Kevin berpura-pura tak mendengar membuat Arini mendengus.
Trevor melihatnya dari kejauhan seraya menerima telepon. "Halo ... ya, aku ingin mendaftarkan seseorang untuk masuk kuliah. Dia adalah istriku, Arini Mahanipuna nanti aku akan menyiapkan berkas pendaftarannya. Baik terima kasih."
????
Beberapa hari berlalu. Arini telah resmi masuk di kampus. Sekarang, dirinya bersiap dengan berdandan sederhana menuju tempat kuliahnya. Trevor mendekati Arini dan melipat kedua tangannya seraya menatap tenang pada istri sirinya itu.
"Kau sudah cantik, hentikan sekarang. Kau tak mau terlambat di hari pertamamu, 'kan?" Arini mengangguk lalu meletakkan parfum yang baru dia kenakan.
"Maaf, aku tak bisa mengantarmu ke kampus karena urusan pekerjaan."
"Tak apa-apa, lalu aku akan diantar oleh siapa?"
"Oleh Kevin." Kontan saja raut wajah Arini berubah. "Kenapa harus dia?!"
"Karena dia satu kampus denganmu ditambah kalian juga satu jurusan, apa salahnya, kan dia mengantarmu." balas Trevor dengan wajah datar.
"Tapi dia terlihat membenciku. Aku pun segan bertemu dengannya, menghadapi sifatnya yang hanya bikin aku naik darah."
"Kau harus pergi dengannya, ini keputusanku dan aku adalah suamimu. Apa kau paham?" Arini mendengus.
"Baiklah." Trevor lantas berjalan keluar dari kamar dan diikuti oleh Arini dari belakang dengan wajah masam.
Mereka makan pagi bersama tanpa terganggu kendati beberapa orang memasang wajah kesal. "Tunggu kau mau ke mana?" tanya Trevor melihat Kevin bingkas berdiri.
"Tentu saja untuk ke kampus ... Prima ayo cepat habiskan sarapannya aku akan mengantarmu ke sekolah."
"Iya kak, sabar."
"Ajak Ibu Tirimu juga." Selaan Trevor membuat Prima dan Iva terbatuk-batuk. Ibu Tiri?
"Sayang, apa-apaan ini? Kau ingin anakku Kevin yang tampan ini membawa istri keduamu di kampus, kenapa tidak dengan supir pribadimu?"
"Dia akan membawaku ke perusahaan jadi tolong ya Kevin antarkan Arini ke kampus. Hanya untuk hari ini saja." Kevin membuang napas pendek lalu menatap pada Arini yang tak memandangnya. Bibirnya yang mengerucut menjadi bukti bahwa dia juga enggan untuk diantar oleh Kevin.
"Hanya untuk hari ini saja. Ayo!" Pria itu beranjak dari ruang makan diikuti oleh Arini yang terus mencibir. Tak lama Prima-adik Kevin berjalan menghampiri mereka.
Dia mendapati bahwa istri kedua sang Ayah tiri duduk di belakang sementara dirinya duduk di samping Kevin yang mengendalikan mobil. Dalam perjalanan menuju tempat sekolah Prima tak ada sama sekali perbincangan antara Arini dengan kedua anak sambungnya.
Keduanya sibuk mengobrol sehingga Arini dibiarkan sendiri. Barulah ketika Prima masuk ke sekolah, Kevin membuka suaranya untuk mengobrol dengan Arini. "Sebentar lagi kita akan sampai ke kampus dan aku harap kau bisa menutup mulutmu. Jangan pernah katakan pada siapa pun kalau kau adalah istri kedua dari Ayah tiriku, mengerti?"
Kedua mata Arini menyipit. "Kenapa aku harus merahasiakannya? Lalu sopanlah sedikit, bagaimana pun juga aku adalah ibu tirimu!?"
"Tidakkah kau sadar diri, lihatlah umur kita sama. Mana mungkin aku harus memanggilmu dengan sebutan Ibu Tiri? Bisa-bisa aku diejek oleh teman-temanku!"
"Heh, benarkah aku pikir sebaliknya. Apa yang akan terjadi saat mereka tahu aku adalah istri Ayahmu hmm ... 10% ejekan 70% pujian dan 20% pertanyaan."
"Mimpi kau! Itu hanya perkiraanmu saja dan bukan faktanya." Tak lama mobil berhenti, Kevin segera turun beserta Arini yang mengikutinya dengan langkah cepat karena Kevin nyaris berlari cepat untuk menghindar dari Arini.
"Kevin tunggu aku, aku ini punya kaki yang kecil jadi aku tak bisa menyamakan langkahku denganmu." Kevin menggeram.
"Pergi sana! Jangan ganggu aku!"
"Tidak bisa, Mas Trevor mengatakan bahwa aku harus mengikutimu karena kita satu jurusan!" ujar Arini dengan nada setengah menghardik.
????
See you in the next part!! Bye!!