SEPULUH

1282 Words
Dominnique dan Mark saat ini tengah duduk berdua dalam sebuah restaurant mewah di sebuah hotel berbintang. Mereka sedang menikmati candle light dinner berdua dengan duduk di sebuah ruangan VVIP khusus pesanan Mark. Sebuah lilin cantik menyala indah ditengah meja dengan suasana ruangan yang hening dan teduh. Dominnique sangat terpukau dengan kejutan yang Mark berikan padanya. Mark duduk berhadapan dengan Dominnique. Ia menggenggam erat jemari perempuan itu dan sesekali mengecup punggung tangannya. "Apa kau menyukainya, Honey?" ucap Mark bertanya pada kekasihnya. "Yah, aku sangat menyukai kejutan mu ini, Mark." ucap Dominnique seraya tersenyum menatap Mark. "Dreettt... Dreeettt... Dreettt..." suara getaran ponsel milik Mark tiba-tiba bergetar mengganggu masyuknya suasana romantis mereka berdua. Mark mengambil ponsel itu dari meja dan mengangkat sebelahnya alis saat membaca nama yang tertera di sana. "Charlotte Gonzales calling" "Honey, kau pesanlah terlebih dahulu makanan apa yang akan kita santap malam ini, oke? Aku harus menjawab telepon penting dari klien ku terlebih dahulu." ucap Mark bangkit dari tempat duduknya sembari mengecup sekilas puncak kepala Demmy. Pria berusia tiga puluh empat tahun itu segera menuju ke balkon luar ruangan VVIP itu untuk mengangkat panggilan telepon itu. "Hallo!" ucap Mark mengangkat panggilan itu dengan sedikit kasar dan berbisik. "Hallo, Mark. Di mana kau sekarang?" ucap Charlotte Gonzales diujung telepon. "Sudah ku katakan berulang kali pada mu, jalang! Jangan coba untuk mengusik kehidupan ku terlebih lagi Dominnique kekasih ku!" bentak Mark lagi. "Kau jahat, Mark. Aku akan bunuh diri dan mati saat ini juga agar kau tahu jika aku sangat mencintai mu!" teriak Charlotte sembari terisak. "Lakukan sesuka hati mu jika kau bisa, b***h! Aku tak takut dengan ancaman seorang jalang seperti mu. Aku sudah pernah bersama mu dan mengenal seperti apa liciknya kau. Kesempatan itu sudah tak akan pernah kau dapat kan lagi. Jadi tolong menjauh dari hidup ku!" ucap Mark sembari menutup panggilan telepon itu. ⚽️⚽️⚽️ "b******k! Kau benar-benar b******k, Mark!" umpat seseorang sembari membanting ponselnya hingga pecah berkeping-keping. "Charlotte! What wrong with you, sweetheart?" ucap Mr. Gonzales merentangkan kedua tangan hendak memeluk sang putri kesayangannya. "Came on Daddy, isn't joke! I really want Mark Rodriguez to be my husband!" rengek Charlotte pada Daddynya. "Haha... Kau masih mengingin kan Pria itu setelah kau mengkhianati cintanya dahulu, hem?" kekeh Mr. Gonzales. "Daddy, aku tahu saat itu mungkin saja aku yang salah telah pergi mencampakkannya. Tapi saat itu aku masih muda, Dad. Aku belum ingin menikah dan dia selalu merengek hal yang menurut ku belum waktunya ku lakukan." keluh Charlotte menatap Mr. Gonzales. "Daddy mengerti, sweetheart. Tapi bukan berarti kau bermain api dengan lari ke pelukan Armando. Dia adalah sekutu kuat Mark dalam berbisnis. Terang saja ia langsung membenci dirimu." ucap Mr. Gonzales lagi. "Aku tak pernah menghianati Mark hingga saat ini, Daddy! Armando dan aku hanyalah seorang teman bahkan sekarang kami adalah seorang sahabat baik. Dia akan menikah dengan kekasihnya, Dad." ucap Charlotte menerangkan. "Benarkah? Lalu mengapa dulu kau selalu terlihat mesra dengannya, bahkan saat pesta ulang tahun perusahaan Mark kau bersama Armando hingga Mark memutuskan hubungan serius kalian?" tanya pria itu lagi. "Karena saat itu Mark akan melamar ku didepan sekian banyak orang, Dad. Sedangkan ego masa muda ku belum ingin menjalani sebuah pernikahan. Itulah sebabnya, aku meminta tolong pada Armando agar mau berakting didepan Mark jika aku sudah menyelingkuhi dia." jelas Charlotte sembari terisak di pelukan Mr. Gonzales. "Baiklah, Daddy sudah mengerti seperti apa jalan cerita sebenarnya. Daddy akan berusaha membuat Mark menikah dengan mu sweetheart! Daddy pikir dia juga harus bertanggung jawab karena telah merusakmu!" ucap Mr. Gonzales memandang wajah Charlotte sendu. "Daddy!" ucap Charlotte sedikit shock mendengar perkataan Mr. Gonzales. "Jangan kira Daddy tak tahu Charlotte! Kau dan dia tinggal bersama selama setahun lebih di penthouse miliknya, bukan?" bentak Mr. Gonzales. "Maka dari itu, kau tenang saja sweetheart. Daddy akan membuatnya menikahi mu." ucap Mr. Gonzales meyakinkan putrinya. "Tapi, Dad. Tolong jangan membuat nya terluka, Dad. Jika itu terjadi, aku tak akan memaaf kan Daddy seumur hidup ku!" ucap Charlotte sedikit kasar. "Hahaha... Kau masih saja membela dia, sedangkan saat ini mungkin saja pria busuk itu tengah bersenang-senang dengan kekasih barunya." ucap Mr. Gonzales mengejek. "Dad, jika kau ingin melukai Mark? Maka lukai saja b***h yang telah merebut Mark dari ku itu, Dad!" ucap Charlotte tajam. "Sudahlah, Sayang. Kau tenang saja. Bukan hanya Perempuan itu yang akan Daddy musnahkan bila Mark menolak mu lagi kali ini, tapi akan Daddy buat perusahaan Mark kolaps seketika!" ucap Mr. Gonzales menyeringai keji. ⚽️⚽️⚽️ Jose Matthew menghela nafas berat ketika sekali lagi ia merencanakan sebuah kepalsuan atas apa yang seharusnya tidak perlu dibuatnya. Kedua jempolnya sibuk bermain diatas layar sentuh ponsel pintarnya dan sejurus kemudian sambungan telepon yang baru sekitar lima detik memperdengarkan nada sambung, kini tengah berganti dengan suara halus nan lembut seorang wanita. "Hallo Marimar? Cepatlah kemari dan bantu aku." ucap Pria tua dengan kepala pelontos itu di ujung telepon pada sahabatnya. "Aku sedang sibuk, Jose. Memangnya apa yang kau janjikan padanya hingga kita harus bersandiwara lagi?" Marimar Perez bertanya dengan sedikit penasaran. "Ayolah ku mohon, Merry. Kali ini saja. Aku hanya ingin sedikit menghindar dari Alice. Aku lelah dengan semua ini." ucap suara lirih sang Manager. "Hahhh... Baiklah, Jose. Mau memang selalu menang bila sedang berdebat dengan ku. Tapi aku tidak janji untuk bisa secepatnya sampai disana, oke? Aku sedang dan jauh dari arah Mansion mu. Well, tidak mengapa bukan?" tanya wanita diujung telepon itu lagi. "Oke, tidak apa-apa. Aku akan menunggu. Tapi jangan terlalu lama, Mer. Aku sudah berjanji pada Alice membawa Nathalie ke Madrid hari ini. Tapi aku tak jadi melakukan itu karena tingkah liarnya." ucap Pria itu lagi. "Kau ini menyebalkan sekali. Sebaiknya kau mandi saja dulu. Kita akan memakai strategi bercinta lagi kali ini. Jadi mau harus wangi yah? Awas saja jika kau tak pergi mandi. Kita akan bercinta dikolam renang saja jika kau tak mandi." gerutu Marimar. "Hehehe... Baiklah akan aku lakukan. Hati-hati dijalan. Klik." kekeh Jose Matthew sembari menutup panggilan telepon itu. "Hahhh..." Suara tarikan nafas Jose Matthew terdengar sedikit kasar. Ia baru saja selesai menelpon Marimar Perez sahabat karibnya. Lelaki itu meminta Marimar untuk datang dan mengatur siasat yang sama seperti sebelumnya. Siasat ketika Jose dan Marimar berakting di depan Alice Zimenez, Sang Mucikari dan mantan istri, sebagai pasangan kekasih. Bukan sama sekali tidak beralasan jika Jose sampai rela melakukan hal tersebut. Sebab ia apa yang ia perbuat semata-mata karena keegoisan dalam diri serta tingkah Alice yang makin liar setelah mereka bercerai sekitar hampir sepuluh tahun lalu. Hari ini, Alice mengirimkan Jose sebuah pesan singkat yang menjelaskan jika siang nanti wanita sexy itu akan datang menemui Nathalie, Puteri dari hasil pernikahan mereka yang hanya mampu bertahan selama dua tahun saja. Sebulan lalu Alice sudah mendatangi Jose di kantor Management club football, tempat dimana Jose bekerja dan melakukan dan kekacauan besar disana, dengan alasan agar Jose mau membawa puteri kecil mereka ke Madrid hingga ia pun bisa menghabiskan liburan musim panas di Madrid. Lantas karena rasa iba, pada akhirnya Jose pun menyetujui permintaan Alice tersebut. Akan tetapi pria plontos itu kembali berubah fikiran setelah ia mengetahui tabiat Alice yang menghasut anak-anak asuhannya untuk bermain seks liar dalam bilik Crazy Fantasy milik Alice. Di tambah lagi dengan ia yang melihat dengan mata kepalanya sendiri, saat Alice dengan liar melakukan adegan women on top diatas tubuh Ralph, si anak nakal dan bandel itu. Jose pun menjadi semakin tak ingin melihat Alice lagi, meski jauh di dalam lubuk hati nya ia masih mencintai Alice. Ia lantas mencoba untuk naik ke lantai atas mensionnya dengan langkah sedikit berat dan masuk berniat untuk masuk ke dalam bathup yang sebelumnya sudah ia isi dengan air. Tapi baru saja ia ingin membuka pakaiannya. Ternyata bell pintu mensionnya pun kini yang berbunyi dan menandai bahwa dilantai bawah sedang ada tamu yang datang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD