45 - May - The News

1138 Words
    Mataku membelalak seketika saat mendengarnya. Bagaimana bisa paman menyebarkan berita ini terlebih dahulu sebelum mendapatkan persetujuanku??? Tentu saja aku sangat marah dengan masalah ini. Aku langsung beranjak dari tempatku dan keluar ruangan secara terburu-buru.     Kubuka pintu ruangan pamanku dengan kasar. Aku tidak peduli dia akan tersinggung atau tidak. Dia memang mengurusi masalah internal saat aku sedang tidak ada. Tapi, sekarang aku sedang berada di China! Dia tidak bisa memutuskan semuanya secara sepihak!     Kulempar koran itu tepat di mejanya karena paman tidak menoleh saat aku masuk ke ruangannya. Ia tetap sibuk menulis dengan santainya tanpa mempedulikanku. Saat koran itu meluncur di bawah hidungnya, barulah ia meletakkan penanya dan menoleh ke arahku.     “Ada apa ini? Apa kau tidak punya sopan santun?” ucapnya memandangku dingin. “Memangnya paman pernah sopan padaku? Kalau paman ingin dihormati, setidaknya paman menghormati orang lain lebih dulu,” balasku lebih dingin padanya. Paman Yu hanya menaikkan alisnya saja.     “Apa maksudnya ini? Kenapa berita ini ada di koran?” tanyaku berdesis geram.     Paman Yu mengerling koran itu dan tidak ada ekspresi terkejut sama sekali di wajahnya seakan ia sudah tahu apa yang terjadi.     “Menurutmu kenapa? Sudah jelas itu untuk mencegahmu melakukan hal-hal bodoh nantinya. Jika berita ini sudah dipublikasikan, kau tidak punya pilihan lain lagi selain menerimanya,” jawab paman Yu santai sekali. “Memangnya paman punya kuasa? Paman memang berhak mengurus masalah internal tapi itu hanya berlaku jika aku sedang dinas ke luar negeri. Tapi, sekarang? Aku ada di sini, paman. Kau tidak bisa melakukan hal-hal seenaknya tanpa persetujuanku!” balasku menggertakkan gigi.     “Ingat paman, kau hanya pengganti. Bukan pewaris! Aku yang akan menjalankan pemerintahan negeri ini dan bukan kau! Karena masalah ini, aku bisa saja menuntutmu karena memberikan info palsu yang mengatasnamakan kerajaan. Aku bisa menjebloskanmu ke penjara atau memenggal kepalamu saat ini juga. Jadi, camkan baik-baik! Jangan pernah lagi membuat keputusan tanpa sepengetahuanku! Kalau itu terjadi lagi, aku tidak akan segan-segan untuk memenjarakanmu walaupun kita masih keluarga!” ancamku padanya.     Mata paman Yu tidak menyiratkan ketakutan sama sekali dan ia tetap tenang. Ia kemudian menarik napas dalam-dalam dan memandangku.     “Kau memang bisa melakukannya. Tapi, apakah itu sebanding? Apakah demi perempuan Jepang itu kau rela mengorbankan negerimu? Kau masih terlalu naif, Xu Qiang. Kau belum dewasa sama sekali sehingga tidak bisa membedakan perasaan pribadi dan pekerjaan. Sebagai seorang kepala negara, sudah tugasmu untuk mengorbankan diri. Jadi, harusnya kau yang mencamkan hal itu baik-baik. Sekarang silahkan keluar dari ruanganku. Aku masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” paman Yu kemudian melanjutkan laporannya kembali sehingga membuatku menggertakkan gigi geram sekali  mendengarnya.     “Sean! Hubungi kantor percetakan koran ini dan suruh mereka untuk membatalkan berita! Jangan sampai berita ini tersebar ke masyarakat!” perintahku segera tanpa mengalihkan pandangan dari paman Yu yang tidak peduli.     Sean sudah hendak menjalankan perintahku, namun tiba-tiba paman Yu mendengus tersenyum tanpa menoleh dari pekerjaannya.     “Terlambat. Koran itu sudah diedarkan di masyarakat subuh tadi. Apa kau tidak tahu kalau koran selalu terbit dini hari?” gumamnya.     Aku membelalak mendengarnya. Sialan! Dia benar-benar pandai mengatur strategi! Kalau sudah begini, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Berita sudah tersebar dan masyarakat pasti akan membahasnya dimana-mana.     Aku berbalik gusar dan langsung keluar dari ruangan paman Yu. Baru saja aku hendak keluar dari istana untuk memeriksa bagaimana kondisi di masyarakat setelah mendengar kabar itu, tiba-tiba para wartawan sudah berkumpul di aula. Siapa yang mengizinkan mereka masuk???     “Tuan Fang Xu Qiang, bagaimana pendapat anda mengenai pertunangan ini???”     “Apakah benar anda yang membuat janji untuk menikahi putri Garel???”     “Apa selama ini anda menyimpan perasaan pada putri Garel dan terhalang karena permusuhan negara???”     “Bagaimana anda biasanya berkomunikasi dengan putri Garel???”     “Tolong ceritakan bagaimana hubungan rahasia anda dengan putri Garel!”     “Apa ini adalah solusi untuk mendamaikan kedua negara???”     “Benarkah anda melakukan pertunangan ini murni karena cinta? Bukan karena politik???”     Para wartawan mulai membanjiriku dengan pertanyaan yang membuatku pusing. Suara-suara mereka seperti lalat yang berdengung di telingaku. Aku benar-benar risih mendengarnya. Sean menghalangi para wartawan yang mencoba untuk mendekatiku. Ia sudah sibuk memanggil para pengawal untuk mengamankan aula dan terlihat gusar. Wajar saja jika ia gusar, aku pun akan sangat marah karena mengetahui wartawan bisa masuk ke aula istana seenak mereka. Aku juga tahu jika ini pasti ulah pamanku yang memberi izin pada mereka. Tapi, apa maksudnya ini??? Apa dia menyuruhku untuk membuat konferensi pers???     Belum sempat aku bersuara untuk mengatasi keributan ini, sebuah suara memanggilku. Suara gadis yang tidak pernah kudengar memanggilku dengan cukup lantang. Siapa yang berani memanggilku seperti itu???     Aku baru sempat melihat seorang wanita bergaun yang menerobos kerumunan wartawan dan berlari ke arahku. Secara mendadak dia mengalungkan lengannya di leherku dan melompat untuk menciumku tepat di bibir!     Aku benar-benar terkejut. Apa-apaan ini??? Apa yang sedang terjadi??? Siapa dia???     Melihat kejadian itu, tentu saja aku sangat marah dan segera melepaskan diri dari wanita asing itu. Para wartawan sibuk merekam dan memotret kejadian eksklusif yang terjadi di depan mata mereka. Sial! Kenapa hidupku berubah menjadi kacau seperti ini???     Belum sempat aku mencerna apa yang terjadi, tiba-tiba mataku melihat sosok yang sangat kukenal berdiri tidak jauh dariku, Tomoka. Astaga... dia pasti melihat ciuman tadi!     Aku benar-benar cemas padanya dan ingin segera berlari ke arahnya menjelaskan apa yang terjadi. Namun, tiba-tiba paman Yu muncul dan menyambut wanita asing itu dengan sangat ramah.     “Wah, wah... putri Garel! Selamat datang di China!” serunya dengan senyum lebar.     Apa??? Putri Garel??? Jadi, yang berani menciumku itu adalah putri Mongolia itu???     Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi saat ini. Aku bahkan tidak diberitahu sama sekali jika putri sialan ini datang ke China. Tentu saja aku protes pada paman Yu segera. Sebelum aku sempat membuka mulut untuk bicara, putri Garel lebih dulu bicara. Tapi, apa yang baru saja dikatakannya? Tidak bisa mengontrol diri??? Hei, kau itu seorang putri! Seharusnya kau menjaga etikamu bukan sembarangan berlari ke arah pria dan menciumnya di depan umum!     Aku rasanya hendak berteriak seperti itu karena kesal sekali melihatnya. Caranya seperti ini seakan ingin mengambil simpati rakyatku agar mendukungnya. Para wartawan tentu saja langsung mengajukan banyak pertanyaan padanya dan padaku juga. Suara-suara bising itu kembali membuat kepalaku pusing mendengarnya. Saat aku masih kesal dengan situasi yang terjadi, mataku melihat Tomoka berbalik pergi dengan cepat. Astaga... dia pasti sangat marah dengan kejadian tadi. Aku pun juga akan marah jika melihat kekasihku dicium pria lain.     Aku langsung melirik Sean yang berada di depanku dan menyentuh bahunya. Sean memundurkan kepalanya agar bisa menerima perintah dariku di telinganya. “Pergilah dan tolong temani Tomoka sementara. Dia pasti melihat kejadian tadi,” ucapku padanya. Sean langsung menoleh dengan mengernyitkan keningnya. “Tapi, situasi di sini lebih genting tuan. Saya tidak bisa meninggalkan anda sendirian,” bantahnya. Aku menggeleng pelan. “Ada pengawal kerajaan di sini. Tenang saja, aku akan menyuruh semua wartawan ini keluar dari istana.”            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD