19 - February - Pretending as Her Boyfriend

1129 Words
    Aku menghela napas panjang karena lega berhasil mengalihkan perhatiannya. Kutunjukkan arah rumah orangtua ku padanya. Setelah beberapa belokan, sebuah rumah tradisional Jepang berdiri di depan kami. Xu Qiang sampai melongo terkejut melihatnya. “Ini seperti rumah yang biasa ditinggali oleh para ninja...” komentarnya tanpa melepaskan pandangannya dari rumah orangtuaku. Aku tertawa mendengarnya. “Itu adalah rumah dari zaman nenekku.” jelasku sambil turun dari mobil.     Kami telah sampai di depan gerbang rumah orangtuaku. Aku mulai berpikir keras bagaimana caranya menjelaskan pada mereka tentang pria tampan yang kubawa ini. “Kau tidak masuk?” suara Xu Qiang menyadarkanku kembali. “Ah, ya.” Aku mengangguk sekilas padanya. Tanganku meraih gagang pintu. Sebelum aku sempat membukanya, tiba-tiba pintu itu langsung terbuka.      Ibuku berdiri menatapku. “Aku rasa aku mendengar suaramu, Tomoka. Ternyata kau datang!” sapanya menghampiriku. Pandangannya langsung tertuju pada seorang pangeran yang berdiri di belakangku dengan kilauan air menetes dari rambutnya. Raut wajah ibu berubah merona dan ia melebarkan kedua bola matanya.     “Ohh! Tomoka! Siapa pria tampan ini???” tanyanya bersemangat padaku. Aku bingung harus menjelaskan bagaimana padanya.     “Ah! Pasti dia pacarmu 'kan??? Dia pasti ingin meminta restu untuk menikah!” ibuku langsung menyimpulkan hal yang membuatku terkaget luar biasa. “Ibu! Sayang! Tomoka pulang dengan membawa pacarnya!” teriak ibuku memanggil nenek dan ayahku sebelum aku sempat mencegahnya. “Bu... bukan bu! I... ini salah!” aku berusaha menjelaskan padanya. Tapi, ibuku sudah berlari masuk ke dalam rumah untuk memanggil keluargaku.     Xu Qiang hanya menatap kami bingung dan bertanya padaku apa yang tadi dikatakan ibuku.     “Ibuku mengira kau adalah pacarku yang ke sini untuk meminta restu menikah! Maaf, Xu Qiang. Aku akan menjelaskan pada mereka tentang yang sebenarnya!” jelasku cepat dan bergegas untuk mengejar ibuku. Xu Qiang langsung menahan lenganku. Aku menoleh padanya yang menggelengkan kepala.     “Tidak perlu. Biarkan saja mereka salah paham. Kalau mereka mengetahui aku adalah seorang pangeran, masalah bisa lebih besar,” dia tertawa dan mengacak rambutku yang basah.     Aku merasa sedikit geli mendengarnya. Ibuku kembali menghampiri kami dan memberikan dua buah handuk. Ia dengan sengaja memberikan handuk itu langsung pada Xu Qiang. “Terima... kasih...” kata Xu Qiang dalam bahasa Jepang yang terbata-bata saat ia menerima handuk itu. Ia juga sedikit menunduk pada ibuku hingga membuatku mengernyit heran. “Ohhh! Dia sopan sekali! Bagaimana kau bisa menemukan pria asing seperti dia, Tomoka???” puji ibuku dengan senyum yang sangat lebar. Nampaknya, ia sangat menyukai Xu Qiang.     Aku menggeleng pasrah karena sepertinya mereka masih menganggap kesalahpahaman ini benar. Ayahku mengatakan pada kami bahwa ia sudah menyiapkan air hangat untuk mandi karena kami kehujanan tadi. Entah kenapa, ayah pun menjadi sangat canggung dan gugup karena kedatangan Xu Qiang. “Maaf karena telah merepotkan,” kata Xu Qiang. Aku kembali menerjemahkannya untuk ayahku. Dengan cepat, beliau langsung menggeleng keras. “Tidak! Tidak apa-apa sama sekali!” jawabnya dengan antusias.     Saat aku melihat Xu Qiang menunduk pada kedua orangtua ku sebagai tanda hormat, aku merasa ini agak sedikit memalukan baginya. Tapi, nampaknya Xu Qiang tidak peduli sama sekali. “Tomoka! Antar dia ke kamar mandi dan tunjukkan padanya cara menggunakannya.” perintah ayahku.     Aku mengarahkannya menuju kamar mandi di rumah itu. Rumah orangtua ku sangat besar hingga tamu yang menginap di sana bisa tersesat. Aku menunggu Xu Qiang di depan kamar mandi. Si pangeran menghabiskan waktu yang cukup lama di kamar mandi hingga aku mengernyit heran. “Xu Qiang! Kau baik-baik saja?” tanyaku dengan suara yang agak keras. “O... ooh ya! Aku baik-baik saja!” jawabnya dengan suara yang agak aneh dari biasanya hingga membuatku cemas. “Kau harus menggunakan ember kayu itu sebagai gayung! Kau cukup menyiram tubuhmu dengan air dari gayung!” aku menjelaskan padanya secara singkat.     Terdengar bunyi beberapa barang yang jatuh dan bunyi aneh lainnya yang  tidak biasa didengar sewaktu mandi hingga membuatku semakin penasaran apa yang dilakukannya di dalam. Jika aku membiarkannya begitu saja, Xu Qiang pasti bisa melukai dirinya sendiri! Dengan wajah pucat dan menahan malu, aku mencoba untuk membantunya. Aku mengetuk pintu kamar mandi.     “Xu... Xu Qiang. Maaf, boleh aku masuk?” tanyaku.     “A...ah! Sebentar... Baiklah...” jawabnya. Aku langsung masuk perlahan dan berteriak saat menyadari bahwa pangeran tidak memakai apapun. Semuanya tanpa sengaja terlihat olehku dan tentu saja ini adalah pemandangan indah yang sulit ditemukan di manapun. Kapan lagi kau bisa melihat tubuh seorang pangeran???     “Kenapa kau tidak memakai handuk???” jeritku sambil berbalik badan dengan wajah merah padam. Xu Qiang menatapku bingung.     “Aku 'kan mau mandi. Tentu saja aku tidak memakainya. Ada apa denganmu?” ia masih dengan tenang menjawabku.     “Cepat pakai!” perintahku. Xu Qiang masih menolak sampai aku harus meninggikan suaraku, barulah ia mau memakai handuk untuk menutupi separuh tubuhnya.     Aku mengajarkan cara menggunakan kamar mandi tradisional itu. Xu Qiang sama sekali tidak terbiasa dengan menggunakan bak mandi sebagai tempat berendam. Apalagi gayung karena dia terbiasa menggunakan shower.     “Tomoka...” panggilnya pelan. Jantungku langsung berdegup kencang. Aku memandang ke arahnya.     “Ayo masuk kemari bersamaku...” Xu Qiang tersenyum menggoda sambil menyisakan tempat di bak mandi itu. Wajahku langsung merah padam.     “Tidak usah! A... aku akan mandi setelahmu!” tolakku cepat hingga membuatnya tertawa. Aku langsung berlari keluar dari kamar mandi dan menunggunya di koridor depan. Aku memegang kedua pipiku yang berubah menjadi panas. Xu Qiang sering kali menggodaku seperti itu. Tapi, memang kharismanya terlalu besar hingga pasti akan membuat semua wanita luluh padanya.     Ibuku memberikanku sehelai yukata untuk Xu Qiang. Saat aku mengambilnya, tiba-tiba aku teringat sesuatu.     “Bu, apa ibu kenal dengan seorang wanita bernama Shouko? Mungkin ibu ingat karena dia dulu tinggal di dekat sini beberapa tahun yang lalu,” tanyaku. Ibuku terdiam sesaat dan terlihat berpikir.     “Ah, Aku mungkin tidak ingat dengan namanya. Tapi, jika yang kau tanyakan adalah orang yang pindah ke daerah ini... ada beberapa keluarga baru disekitar sini... Hana... Kyoko...” gumamnya. Ia menyebutkan beberapa nama, tapi tidak ada satupun nama Shouko di daftarnya.             ˜                                                                                    ***        Setelah Xu Qiang selesai mandi, aku membantunya untuk memakai yukata yang diberikan ibuku. Dia terlihat menyukai pakaian itu. “Angkat tanganmu, aku akan mengikatnya,” kataku sambil mengambil kedua tali pengikat yukata. Xu Qiang hanya diam memperhatikanku. “Kau pandai sekali memakaikan yukata ini.” komentarnya. Baru kali ini dia memujiku. Aku hanya tersenyum sekilas. “Karena peraturan nenekku mengharuskan kami memakai kimono dan yukata di rumah ini hampir setiap hari,” jawabku tanpa menghentikan gerakan tanganku. “Oh, apa itu?” tanyaku saat melihat sesuatu yang berkilau di d**a pangeran. Sebuah kalung liontin berwarna emas yang selama ini ditutupi oleh pakaiannya. “Ini pemberian ibuku sebelum dia meninggal...” jawabnya. Mata Xu Qiang terlihat sedang bernostalgia.      Xu Qiang memperlihatkan foto yang ada di dalam liontin itu. Seorang wanita cantik sedang duduk menggendong anak laki-laki kecil yang pasti merupakan Xu Qiang.     “Ibuku selalu mengenakan kalung ini semasa dia hidup. Dan ketika ia meninggal, aku selalu merasa dia berada disampingku saat memakainya...” Xu Qiang mengambil kalung itu dari tanganku dan kembali memakainya. Kalung itu pastilah sangat berharga baginya, pikirku.      Si pangeran berubah menjadi orang yang berbeda saat ia menceritakan kenangan bersama ibunya. Entah kenapa, aku pun turut sedih mendengarkan cerita-ceritanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD