Sampai Di kantor. Gedung DN entertainment. Semua mata tertuju pada Ana dan Miko. Tak kalah menghebohkan lagi. Beberapa wartawan sudah bersiap untuk melayangkan beberapa pertanyaan pada pemilik perusahaan dan Ana. Mobil yang baru saja berhenti di depan gedung itu sudah dipenuhi dengan teriakan wartawan yang menghujaninya dengan berbagai pertanyaan. Ana menakutkan salah satu alisnya. Dia melihat begitu banyaknya wartawan di sana membuatnya bingung.
"Aku sudah bilang padamu. Jangan terbawa emosi jika ada hal yang membuat kamu marah sekalipun. Pertahankan reputasimu baik di depan orang. Gunakan jawaban dengan cara yang cerdik. Pakai otak, jangan pakai hati." Miko menoleh, tersenyum samar pada Ana.
Ana menarik napasnya dalam-dalam. Dia masih terlihat bingung. Apa yang salah dengannya. Dan, kenapa bisa banyak sekali wartawan yang datang. Miko, segera membuka berita online dari sebuah situs berita. Sembari duduk santai di mobilnya. Sementara Ana, dia yang tak mau lama-lama di dalam. Dengan segera membuka pintu mobilnya. Dan, langsung diserbu para wartawan yang saling dorong untuk bisa lebih dekat dengannya. Agar bisa berkata leluasa. Sementara, para bodyguard Ana melingkari tubuh Ana. Agar tidak terlalu fakta dengan para wartawan yang akan mengambil kesempatan darinya.
"Ana... Apa anda sekarang sudah merasa lega putus dengan Edward?"
"Apa senangnya kamu sudah punya kekasih baru. Hingga Edward melakukan Live secara langsung di akun pribadinya."
"Live? Maksudnya, Live apa?" tanya Ana bingung.
"Dia menangis di live. Jika dirinya tidak baik-baik saja hubungannya dengan Anda."
Sialan itu orang. Berani sekali memutar balikkan fakta. Memangnya dia siapa? Koar-koar merasa tersakiti. Padahal dia yang nyakitin. Sepertinya dia perlu dikasih pelajaran.
"Ana apa benar jika anda menyakiti Edward dan anda selingkuh dengan seseorang?"
Deg..
Pertanyaan yang menggetarkan hati Ana. Seketika menoleh menatap ke arah wartawan yang melayangkan pertanyaan itu padanya.
"Siapa yang bilang seperti itu?" tanya Ana. Tanpa terlihat marah sekali. Dia mencoba untuk tetap tenang dan tersenyum.
"Saat Live berlangsung. Banyak sekali dukungan terhadap Edward agar dia tetap sabar. Dan, banyak sekali hujatan yang dijatuhkan pada anda. Atas perselingkuhan anda."
"Memangnya anda tahu, jika saya selingkuh. Apa ada bukti jika saya selingkuh?" tanya Ana. Menatap ke arah wartawan itu. Kedua mata mereka saling tertuju. Tanpa kasih ampun. Ana menatap lebih lekat wajah wartawan itu.
"Setelah beberapa hari anda menghilang. Banyak sekali kabar. Jika anda sedang berkencan dengan seseorang. Dan, itu kakak..."
"Ana, ayo kita pergi." Miko keluar dari mobilnya. Memotong pembicaraan wartawan itu. Lalu, menarik tangan Ana segera pergi dari sana.
"Bentar, sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa semua menyalahkan aku dalam perselingkuhan edward. Apa mereka tidak sadar siapa yang berselingkuh." geram Ana. Menarik tangannya dari cengkeraman Miko.
"Sekarang tidak waktunya untuk bahas itu." pekik Miko mengeraskan suaranya. Dia terlihat begitu marah. Membuat Ana terdiam sejenak. Memicingkan salah satu matanya. Menatap bingung dengan Miko. Dia merasa kesal dengan Miko yang tiba-tiba marah dengannya. Ana menatap lekat wajah Miko penuh amarah. Dia menghentakkan kedua kakinya, laku melangkahkan kakinya pergi.
"Ana? Apa hubungan anda dengan pemilik perusahan benar?"
"Apa gosip itu benar?"
"Ana.. Apa benar anda selingkuh?"
"Ana, bagaimana pendapat anda dengan foto itu." teriakan para wartawan di luar gedung itu membuat Miko merasa kesal. Sementara beberapa bodyguard menghalangi mereka masuk ke dalam. Sementara Ana tidak lagi pedulikan ucapan mereka. Dia kesal dengan kakaknya. Lalu, melangkahkan kakinya semakin cepat.
"Kalian urus mereka semua. jangan biarkan para wartawan masuk ke dalam. Bilang pada mereka jika kita akan adakan wawancara khusus nantinya. Tapi, bukan sekarang." ucap Miko pada salah satu asistennya yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.
"Baik, tuan" ucap orang yang terlihat muda dari Miko.
****
"Ana... Ana... Bentar. Kamu mau kemana? Apa kamu sudah tahu berita? Kacau Ana... Kamu tidak di yunani pertanyaan tadi, kan? Aku cemas menunggu kamu datang. Apalagi setelah melihat berita itu.." manajer Lia menggelengkan kepalanya tak percaya. Wajahnya panik sangat bingung. Dengan ekspresi terkejut yang luar biasa dia dapat.
Lisa menghela napasnya. Menatap ke arah Ana. "Sejak kapan kamu berhubungan dengannya?" tanya Lia memegang kedua lengan Ana.
Ana hanya diam, menakutkan kedua alisnya bingung.
"Maksud kamu, Apa? Hubungan apa? Dan, dengan siapa?" tanya Ana.
Lia memegang lengan Ana. Menatap ke kanan dan ke kiri. Memastikan jika tidak ada orang disana. Lia, menarik tangan Ana. Masuk ke dalam ruangan khusus untuk ruang ganti para artis.
"Ana? Kamu harus lihat ini? Aku tanya sekarang hubungan kamu dengannya." Lia memberikan ponselnya pada Ana.
Ana menghela napasnya kesal. Dia terpaksa mengambil ponsel Lia. Kedua matanya melebar seketika saat dia melihat fotonya sedang kecupan di atas meja bersama dengan Miko. "Sialan?" Ana menghela napasnya berat. Dia mencengkeram ponselnya. Mengangkat tangannya penuh amarah.
"Eh.. Itu ponselku satu-satunya. Jangan dibanting." ucap Lia. Sembari tersenyum paksa. Meraih ponselnya kembali.
"Kamu dapat foto itu dari mana?" tanya Ana kesal.
"Aku dapat dari berita. Semua berita trending 1 gara-gara foto kamu ini? Sebenarnya apa hubungan kamu dengan bos kita? Banyak yang menyimpulkan jika kamu memanfaatkan bos untuk jadi populer. Banyak yang menghujat kamu karena hal itu. Jadi, kalian harus segera konfirmasi jika itu benar, atau salah sekalipun. Jika tidak, karir kamu juga pasti akan hancur." jelas Ana.
"Kamu tahu tidak, jika sekarang semua orang support pada Edward. Mereka memberikan dukungan padanya. Agar dia sabar menghadapi perselingkuhan kamu."
"Perselingkuhan?" Ana menarik baju Lia. "Siapa yang selingkuh? Kamu percaya dengan berita itu. Sekarang, aku tanya siapa yang selingkuh? Sebenarnya Edward yang selingkuh kenapa semua jadi aku yang disalahkan?" geram Ana. Kedua matanya menyorot tajam penuh emosi.
"Ana.. Sudah, tenangkan dulu hatimu. Kita bisa memikirkan cara untuk merubah keadaan. Jangan sampai kamu terbawa emosi. Dan, tidak bis mengontrol diri kamu." ucap Lia. Memegang kedua bahu Ana. Mencoba untuk menenangkan emosi wanita di depannya. "Sekarang, lebih baik kamu jelaskan yang terjadi padaku. Lupakan masalah tadi, yang penting kamu bicara apa adanya soal tadi." ucap Lia.
Ana mengerutkan keningnya. "Maksudnya bicara tentang apa? Perselingkuhan Edward dengan gadis sialan itu?" Ana mengangkat kepalanya menatap kedua mata Lia.
"Aku akan membuka kartu As mereka. Agar mereka benar-benar malu. Salah sendiri, dia yang memulai. Dia yang mengakhiri. Dan, kenapa aku yang disalahkan. Aku tidak akan pernah tinggal diam." kata Ana. Bangkit dari duduknya. Menghela napas panjangnya. Dia menoleh cepat, ke arah pintu. Kedua matanya menyipit saat melihat Miko berjalan pelan melewati ruangannya.
"Gimana soal foto tadi?" tanya Lia.
"Foto tadi, itu tidak sengaja. Aku terjatuh, dan, dia yang menolong." jelas Ana. Menoleh dengan sorotan mata tajam pada Lia.
Ana menggigit bibir bawahnya, menariknya masuk ke dalam sela-sela giginya. Kedua tangan bersendekap. Sembari mencoba memutar otaknya berpikir sejenak apa yang harus dia lakukan.
"Ana.. Lebih baik, sekarang kamu tanya pada bos kamu itu. Apa yang harus kita lakukan."
Getaran ponsel di balik tas membuat Ana berhenti sejenak untuk berpikir. "Baiklah, aku akan tanya padanya nanti. Tapi, kamu atur semua rencana yang aku berikan dengan baik." Ana mengambil ponsel di tas kecil dalam genggaman tangan kanannya.
Sebuah pesan dari Miko. Ana menakutkan kedua alisnya. Dia menatap lekat layar ponselnya.
***
Chat :
Kak Miko : Ana cepat ke ruanganku. Aku mau bicara sama kamu.
Ana : Bicara langsung saja lewat chat. Aku tidak mau jika ada orang yang tahu jika kita adik kakak.
Miko : Tapi kamu yakin, jika kamu tidak mau memberitahu semua orang.
Ana : Jika aku memberitahu semua orang. Sama saja aku menghancurkan karirku. Gimana soal foto itu. Terus kita adik kakak. Pasti semua orang berpikir jika kita melakukan hubungan terlarang. Lebih baik kita sekarang menjauh dari media. Jangan bicarakan hal macam-macam pada media.
Ana memadukan kembali ponselnya dalam tas miliknya. Tanpa penculikan balasan dari Miko lagi.
Ana melirik ke arah Lia. Mereka saling menatap sejenak. Lalu, tertunduk.
"Aku tidak akan bicara dengan boss sekarang. Lebih baik, kita selesaikan semuanya sendiri. Jika aku bicara padanya. Sama saja, aku menyetujui apa yang berita itu katakan." ucap Ana. Kedua matanya menatap tajam. Dia mengerucutkan bibirnya beberapa senti kedepan.
"Baiklah, lebih baik bersihkan nama kamu dulu." ucap Lia. Kedua kaki jenjang itu mulai melangkah mendekati Ana. Menepuk pundak Ana dua kali. Di balas dengan gangguan kecil oleh Ana.