"Rei, kantin yuk." ajak Aletta heboh menghampiri Kirei yang duduk di samping Kenny.
"Lo bisa pelan enggak sih kalau ngomong. Telinga gue budek ini." sembur Kenny pada Aleta.
"Suruh siapa itu telinga di situ."
Semua melotot mendengar penuturan Aletta barusan.
"Itu mulut gue lakban juga ya lama-lama." Kenny berdiri memandang garang ke arah Aletta.
"Kantin yuk, lapar ini gue." Kirei langsung menarik tangan Aletta menjauh dari Kenny.
"Rei, gue kan lagi berantem sama Kenny. Kenapa lo main tarik-tarik gue sih." gerutu Aletta kesal ketika tangannya ditarik oleh Kirei.
"Enggak usah ladenin orang enggak waras." ujar Kirei santai.
"Lo yang enggak waras, cewek saiko!" teriak Kenny membalas ucapan Kirei.
Kirei semakin menarik Aletta keluar. Di mana di dekat pintu sudah ada Vanilla dan Chelsea yang menunggu mereka menuju kantin.
"Kantin yok, bro." ajak Rangga menepuk bahu Kenny.
"Ayok, enggak usah dipikir ucapan cewek tadi." Gama menarik tangan Kenny.
"Kok lo kayaknya sudah kenal sama dia, Ken?" tanya Rangga penasaran.
Mereka kini berjalan sambil beriringan menuju kantin tempat di mana mereka biasa nongkrong.
"Dia cewek yang nabrak gue tadi pagi."
"Hah?!"
Kenny menutup telinganya mendengar kakegetan kedua sahabatnya.
"Sekalian saja pakai toa." dengus Kenny kesal.
"Dia yang lo bilang nenek lampir tadi?" tanya Gama antusias.
Kenny menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan Gama padanya.
Nathan sendiri asik tebar pesona dengan teman-temannya atau adik kelasnya. Bahkan sampai ada yang pingsan ketika melihat ketampanan lelaki dengan sejuta diam itu.
"Ish... Lebai." cibir Rangga melihat fans Nathan ada yang pingsan.
"Lo sadar kan, Ken? Yang lo panggil nenek lampir itu gadis cantik banget. Kayak bidadari turun dari khayangan."
Pletak!
"Aw... Sakit bego!" Rangga mengelus-elus kepalanya yang dijitak oleh Kenny.
"Tabahkan hatimu, nak." Gama mengelus-elus bahu Rangga mencoba menenangkan.
"Tebar pesona mulu lo." Kenny menyejajarkan langkah kakinya supaya sejajar dengan Nathan.
"Dari pada kalian bertiga ngomongin hal yang enggak penting." Nathan mengedikkan bahunya tak acuh.
Sampailah mereka di kantin tempat biasa mereka mengisi perut yang berdemo secara massal.
"Langsung ke tempat biasa saja yuk." ajak Kenny memandu ketiga sahabatnya.
***
"Lo kenal sama Kenny, Rei?" pertanyaan yang sama seperti apa yang Kenny dapatkan dari Rangga.
"Dia cowok yang gue tabrak tadi pagi." Kirei ogah-ogahan menjawabnya.
"What? Lo nabrak Kenny?" heboh Aletta di dekat Vanilla.
"Biasa saja kali, Let." Chelsea memandang aneh ke Aletta yang heboh.
"Ya gue kan refleks, Chel." Aletta hanya cengar-cengir tidak jelas seperti kuda.
"Lo enggak diapa-apain kan sama Kenny, Rei?" tanya Vanilla khawatir.
"Tadi gue minta maaf sama dia. Eh, dia-nya malah nyolot begitu. Ya sudah gue balas saja sama bentakan. Maka dari itu gue enggak suka sama sifat songong dia." Kirei kesal sendiri mengingat kejadian tadi pagi ketika Kirei tak sengaja menabrak Kenny.
"Duduk di tempat biasa yuk." ajak Chelsea mendahului.
"Yuk, Rei." Aletta menarik lengan Kirei di ikuti oleh Vanilla.
"Biar gue pesan dulu deh, kalian mau titip apa?" tawar Vanilla kepada sahabatnya.
"Gue ikut lo saja deh, Van." Kirei bangkit dari duduknya menghampiri Vanilla.
"Gue biasa saja, Van." pesan Aletta menatap ke Vanilla.
"Gue samakan, Van." sambung Chelsea memfokuskan perhatiannya pada ponsel.
"Ok." Vanilla langsung menarik Kirei menuju stand makanan.
Dengan kesabaran ekstra, Vanilla dan Kirei menunggu pesanannya sambil berdesak-desakan.
"Yuk, Van." ajak Kirei dengan kedua tangan penuh minuman dingin.
"Yuk." Vanilla ikut keluar dari kerumunan dan berjalan di samping Kirei.
Vanilla sama saja, kedua tangannya penuh dengan gelas es. Seperti biasa, bakso mereka akan diantarkan oleh penjaga stand.
"Kirei pelan-pelan dong jalannya, gue kesusahan ini." teriak Vanilla menyusul Kirei yang lumayan jauh dari dirinya.
Bruk!
Byur!
Vanilla melihat Kirei menabrak lelaki yang berjalan di depan Kirei. Matanya melotot sempurna ketika mengetahui siapa yang ditabrak oleh Kirei.
"Lo punya mata enggak?!" bentak Kenny pada Kirei.
Seragam Kenny sudah basah oleh es yang dipegang Kirei tumpah mengenai badannya.
"Maaf, gue enggak sengaja." balas Kirei tak acuh. Tapi ada nada penyesalan di dalamnya.
"Maaf lo bilang?! Jalan pakai mata bego!" bentak Kenny sembari menoyor kepala Kirei.
"Bisa lembut enggak sih lo sama cewek?!" bentak Kirei balik. Kirei meletakkan kedua gelasnya ke meja di sebelahnya.
Vanilla, Rangga dan Gama sudah was-was apa yang akan terjadi selanjutnya. Sedangkan Nathan masih berdiri dengan santainya di belakang Kenny.
"Gue bisa lembut sama cewek, kecuali sama lampir kayak lo!" wajah Kirei sudah merah padam menahan amarah.
Aletta dan Chelsea yang memang melihat kejadian pertengkaran Kenny vs Kirei kini menghampiri dan berdiri di sebelah Vanilla.
Bukan hanya Aletta dan Chelsea yang melihatnya. Tapi semua penghuni kantin melihat pertengkaran mereka. Nyali semua murid menciut mendengar suara Kenny yang sangat menakutkan. Mereka menyalahkan Kirei karena dengan beraninya menantang si playboy sekolah.
"Terus lo maunya bagaimana? Gue sudah minta maaf sama lo. Atau lo mau gue cuciin itu baju?" tanya Kirei mulai mengalah. Kirei menelan amarahnya dalam-dalam tanpa ingin memperpanjang perdebatan mereka.
Kenny meraih paksa gelas berisi es di tangan Vanilla.
Byur!
Kenny menyiram wajah Kirei menggunakan air es yang tadi dipegang Vanilla. Kini wajah, rambut, dan badan Kirei basah oleh guyuran es dari Kenny.
Semua mata melotot melihat apa yang sudah dilakukan oleh Kenny. Ini keterlaluan! Kirei memejamkan matanya untuk kembali menetralisir amarahnya. Dirinya sungguh malu kali ini. Bahkan Vanilla, Aletta dan Chelsea sampai membekap mulutnya tak percaya.
"Najis banget baju gue dicuciin sama gadis murahan, gatel, enggak tahu diri kayak lo!" kata-kata itu lolos dari bibir seorang Kenny Adelard Tan.
Plak!
Kirei dengan tangisannya memberanikan diri menampar pipi mulus Kenny. Kirei sudah tidak peduli lagi siapa yang dia hadapi kali ini. Kirei merasa harga dirinya sudah diinjak-injak oleh Kenny. Lelaki yang baru saja dia temui tadi pagi. Lelaki yang menjadi teman sekelasnya sekaligus teman sebangkunya.
"Lo enggak tahu hidup gue! Jadi jangan sekali-kali lo merendahkan gue! Gue bisa terima kalau lo mempermalukan gue di depan umum. Tapi gue enggak akan terima kalau lo menginjak-injak harga diri gue!" ujar Kirei penuh dengan penekanan di setiap katanya.
Kenny menggeram menahan gejolak amarahnya. Terdengar gemelutuk gigi Kenny pertanda jika lelaki ini benar-benar marah. Kedua tangannya sudah terkepal kuat-kuat. Wajahnya merah padam sudah seperti orang kebakaran jenggot.
Kenny, Rangga, Nathan dan Gama dapat melihat bahwa Kirei sedang menangis kali ini. Sedangkan ketiga sahabat Kirei bisa tahu Kirei menangis karena bahu Kirei bergetar.
"Berapa harga diri lo?! Gue beli sama uang gue sekarang juga! Asal lo jadi teman tidur gue malam ini! Lagian lo siapa berani menampar gue? Lo cuma gadis murahan!" dengan kasarnya Kenny menjambak rambut Kirei begitu kuatnya.
"Lepaskan teman gue!" Vanilla menangkis tangan Kenny secara kasar.
Karena sudah tidak kuat lagi, Kirei berlari meninggalkan kantin dengan deraian air mata. Aletta dan Chelsea ikut berlari mengejar Kirei.
"Lo enggak punya perasaan!" Vanilla mengguyurkan es dalam gelas di tangan satunya ke wajah Kenny.
"Lo!"
Kenny mengangkat tangannya mengambil ancang-ancang untuk menampar Vanilla. Tapi ada sebuah tangan yang menghalangi tangan Kenny.
"Lo memang keterlaluan, Ken." Rangga mau pun Gama merutuki kebodohan Nathan yang mencegah tangan Kenny.
"Lo bukan manusia!" ucap Vanilla terakhir kalinya lalu meninggalkan KRNG begitu saja.
"Lo apa-apaan sih, Nat." Kenny menghempaskan tangan Nathan begitu saja.
"Lo sudah menghina cewek yang lo sendiri enggak tahu asal-usulnya, Ken. Lo parah tahu enggak." balas Nathan lalu meninggalkan Kenny, Rangga dan Gama yang masih berdiri.
Nathan lebih memilih duduk di tempat mereka biasa kumpul untuk menikmati makan siang.
Rangga dan Gama menyusul Nathan yang sudah duduk terlebih dahulu.
***
Next...