1. Meet
Gadis cantik berambut panjang sedikit bergelombang itu terus menyusuri lorong sekolah barunya. Dia tidak tahu di mana ruang guru atau pun ruang OSIS yang bisa membantunya.
Bruk!
"Aw... Pinggang gue patah." rintih seorang lelaki yang ditabrak oleh gadis tadi.
"Maaf, maaf. Gue enggak sengaja. Maaf ya." gadis tadi berjongkok untuk membantu lelaki yang memang dia tabrak beberapa menit yang lalu.
"Maaf kata lo! Lo jalan yang benar dong!" bentak lelaki itu membuat gadis tadi menggeram kesal.
"Eh, enggak usah nyolot dong! Lagian gue kan enggak sengaja nabrak lo! Gue sudah bilang maaf." balas gadis tadi balik membentak lelaki berparas tampan di hadapannya.
"Enggak usah belagu deh lo! Siapa lo berani ngebentak gue." lelaki tadi memelototkan matanya.
"Gue bukan orang yang bisa lo tindas begitu saja." gadis tadi meninggalkan lelaki yang tadi dia tabrak.
"Awas lo kalau ketemu! Gue rebus lo hidup-hidup!" teriak lelaki berdarah Yogja yang sangat tampan.
***
Bugh!
"Eh... Sorry... Gue enggak sengaja." seorang gadis berpipi chubby meminta maaf kepada gadis yang tak sengaja dia senggol barusan.
"Iya, santai saja." balas gadis yang sedari tadi pusing memikirkan di mana ruang guru berada.
"Lo murid baru ya?" tanya gadis berpipi chubby itu.
"Iya."
"Kenalin, gue Vanilla. Nama lo siapa?" gadis berpipi chubby itu mengulurkan tangannya pada murid baru di sekolahan tempatnya belajar.
"Gue, Kirei." gadis yang kebingungan tadi memperkenalkan dirinya bernama Kirei.
"Oh, lo mau ke mana?" tanya Vanilla ramah.
"Van...!" Vanilla dan Kirei menengokkan kepalanya mengarah ke sumber suara.
"Kalian ngapain lari-larian?" tanya Vanilla kepada dua gadis yang baru saja datang dengan nafas ngos-ngosan.
"Ya ngejar lo-lah." jawab gadis berpenampilan tomboi.
"Iya, gue sama Chelsea ngejar lo, Van." sahut gadis berdagu tirus itu.
"Kayak gue mau hilang saja." Vanilla menggeleng-gelengkan kepalanya tak mengerti akan tingkah aneh kedua sahabatnya.
"Ini siapa, Van?" tanya Chelsea mengarah ke Kirei.
"Kenalin, gue Kirei." Kirei mengulurkan tangannya pada Aletta dan Chelsea secara bergantian.
"Gue Aletta." ucap gadis berdagu tirus itu sembari tersenyum manis pada Kirei.
"Gue Chelsea." ujar Chelsea dengan raut wajah biasa saja.
"Senang bisa kenalan sama kalian." Kirei melepaskan tautan tangannya dari Chelsea.
"Eh iya, lo tadi mau ke mana?" tanya Vanilla mengulangi pertanyaannya.
"Gue dari tadi cari ruang guru tapi enggak nemu-nemu." jawab Kirei jujur. Siapa tahu ketiga gadis yang baru saja dia kenal itu mau menunjukkan di mana ruang guru berada.
"Oh, biar kita bertiga antar lo. Bagaimana? Mau enggak?" tanya Vanilla menawari.
"Iya, biar kita anter lo." sahut Aletta antusias.
"Kalau enggak merepotkan sih mau banget." jawab Kirei sedikit malu-malu.
"Ya sudah, yuk kita anterin." Vanilla menarik tangan Kirei diikuti oleh Aletta dan Chelsea
"Lo pindahan dari mana, Rei." tanya Chelsea kepo.
"Gue dari SMA Harapan." jawab Kirei tanpa menoleh ke Chelsea yang berjalan di belakangnya.
"Di mana tuh?" tanya Aletta tak tahu. Pasalnya, Aletta belum pernah mendengar nama sekolah itu.
"Iya, gue juga belum pernah dengar." sahut Vanilla ikutan bingung.
"Di Jogja." jawab Kirei singkat.
"Oh... Jogja? Pantesan enggak tahu." Vanilla, Aletta juga Chelsea membulatkan mulutnya membentuk huruf O.
"Nah, sudah sampai ke ruang guru. Kita pamit ya, Rei." semuanya berhenti di depan ruangan bertuliskan R. Guru.
"Ok, thank ya sudah pada nganterin. Sorry, merepotkan." ujar Kirei tulus.
"It's okay. Enggak usah sungkan kalau butuh apa-apa." Vanilla melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Kirei.
"Sekali lagi terima kasih." Kirei mengembangkan senyum termanisnya untuk ketiga siswi yang sudah mengantarnya ke ruang guru.
"Ok. Ya sudah, kita bertiga balik ke kelas dulu ya. Bentar lagi bel masuk." pamit Aletta mewakili kedua sahabatnya.
"Iya." Kirei membalasnya singkat disertai seulas senyuman.
Vanilla, Aletta dan Chelsea meninggalkan Kirei di depan pintu ruang guru sendirian.
***
"Anjrit banget kan. Baru kali ini ada cewek yang berani bentak gue." Kenny melemparkan tasnya ke meja yang sedang di duduki oleh sahabatnya. Alhasil tas itu mengenai kepala sahabatnya.
"Lo apa-apaan sih. Kepala gue gegar otak ini." dengus lelaki yang duduk di atas meja Kenny.
Kenny segera duduk di bangkunya. Bergabung dengan ketiga sahabatnya.
"Gue habis ditabrak sama cewek rese." jawab Kenny membuat ketiga sahabatnya itu saling pandang.
"Terus?" tanya lelaki berwajah chinese di depan Kenny.
"Dia berani bentak-bentak gue. Malah dia marah-marah sama gue. Enggak tahu diri banget kan itu cewek." Kenny kembali kesal mengingat gadis yang sudah menabraknya tadi.
"Cantik enggak, Ken?" tanya lelaki yang duduk di dekat Nathan.
Lelaki yang duduk di atas meja Kenny pun akhirnya turun lalu meneruskan duduk di bangkunya sendiri, tepatnya di sebelah Kenny.
"Kayak nenek lampir." jawab Kenny bergidik ngeri.
Rangga, Nathan dan Gama ikut bergidik ngeri. Pasalnya jika Kenny sudah menjawab jelek, itu artinya memang jelek. Selama ini Kenny tak pernah bohong atas pilihannya.
Kelas semakin heboh ketika kedatangan tiga siswi berparas cantik yang baru saja memasuki kelas.
Tet...! Tet...!
Bel masuk pun akhirnya menggema di seluruh penjuru ruangan yang ada di sekolahan.
"Sekarang pelajaran apa sih?" tanya Kenny pada Rangga yang duduk di sebelahnya.
"Enggak tahu, gue saja enggak lihat jadwal." jawab Rangga menggelengkan kepalanya.
"Selamat pagi anak-anak."
Tanpa niat, Kenny tetap memandang ke arah bukunya yang bersih tanpa adanya coretan.
"Pagi ini, Ibu membawa teman baru untuk kalian." ujar Inggrit selaku wali murid kelas XI IPA-1.
Semua orang tertuju pada Inggrit kecuali Kenny. Siapa murid baru di sekolah ini? Cantik atau tampan kah? Atau malah sebaliknya?
"Ayo masuk, kenalkan diri kamu." titah Inggrit pada murid baru itu.
Seorang gadis cantik memasuki ruang kelas XI IPA-1 dengan anggunnya. Semua mata tertuju padanya, terutama para kaum adam. Tidak ada yang berkedip sama sekali.
"Cantiknya." puji Gama kepada siswi baru di depan yang berdiri di dekat Inggrit.
"Cantik banget." gumam Rangga mengagumi kecantikan siswi baru itu.
Karena penasaran semua memuji siswi baru yang dibawa Inggrit. Kenny akhirnya mendongakkan kepalanya ke arah depan.
"Elo!" pekik Kenny kaget siapa murid baru yang dipuji-puji temannya.
"Elo!" pekik gadis itu balik.
"Apa kalian saling kenal?" tanya Inggrit penasaran.
"Enggak, Bu." jawab Kenny dan Kirei kompak.
"Ya sudah, sekarang perkenalkan diri kamu." titah Inggrit pada Kirei.
"Hai, kenalkan nama gue Kireina Nabila Fiansyah. Kalian bisa panggil gue Kirei. Gue pindahan dari Jogja. Senang bisa berkenalan dengan kalian." usai sudah perkenalan singkat dari Kirei.
"Ada yang mau ditanyakan?" tanya Inggrit kepada murid didiknya.
"Kirei sudah punya pacar belum?" tanya siswa yang di pojokan.
"Hu...!" sorak semua penghuni XI IPA-1.
"Sorry, itu privasi gue." jawab Kirei sebijak mungkin.
"Ya sudah. Kirei, kamu bisa duduk di dekat Kenny. Rangga, pindah duduknya di sebelah Aletta." perintah Inggrit tak terbantahkan.
"Tapi, Bu. Saya enggak mau dipisahkan sama kembaran saya." rengek Rangga membuat seisi kelas tertawa terbahak-bahak.
"Ini perintah." nyali Rangga menciut mendengar suara Inggrit yang menakutkan.
"Kirei, sekarang duduk di sebelah Kenny."
"Iya, Bu. Terima kasih." Kirei melangkahkan kakinya ke arah Kenny.
***
Next