Part 1

2466 Words
Aska, Nirmala, dan Alif, berada dalam mobil yang sedang melaju. Kaca spion yang ada di atasnya, sesekali Aska menoleh ke belakang, memperhatikan gadis yang duduk di belakang yang sepertinya dia kenal. Dan buru-buru mengalihkan pandangan ketika Nirmala memergokinya. “Aku enggak begitu hafal Jakarta. Bisa Aska, Nirmala, dan Alif, berada dalam mobil yang sedang melaju. Kaca spion yang ada di atasnya, sesekali Aska menoleh ke belakang, memperhatikan gadis yang duduk di belakang yang sepertinya dia kenal. Dan buru-buru mengalihkan pandangan ketika Nirmala memergokinya. “Aku enggak begitu hafal Jakarta. Bisa Mas tuntun perjalanan ini?” Tanya Alif pada Aska. “Eh… Iya, bisa… bisa.” Sedikit gelagapan karena baru saja ke gep memperhatikan Nirmala yang duduk di belakang. Melihat itu Nirmala tersenyum, namun buru-buru di tahan. Aska terlihat memberi arahan pada Alif. Alif mengikuti arahan Aska hingga tibalah mereka di area perumahan mewah. “Lurus aja, rumah aku pas di ujung jalan sana.” Tak lama mobil berhenti tepat di depan sebuah pagar besi yang tinggi. Seorang satpam buru-buru menghampiri untuk mencari tahu siapa tamu yang datang sepagi ini. Aska membuka kaca mobil. “Pak Sanip ini saya. Aska, tolong buka kan pintu gerbangnya.” Ujarnya pada sang satpam. “Ya Allah, Den Aska! Baik Den, sebentar!” Pria itu pun bergegas kembali ke bangunan kecil di sudut halaman. Dan tak lama pintu gerbang terbuka dengan sendirinya. Menampilkan bangunan rumah mewah dan megah yang di kelilingi taman-taman yang indah dan luas. “Masya Allah.” Ujar keduanya serempak merasa kagum dengan pemandangan di hadapan mereka. “Kamu bisa berhentikan mobilnya di depan teras rumah.” “Oke.” Alif membawa mobilnya menyusuri jalan berpaving yang di sisinya terbentang taman-taman. Dan mengitari kolam air mancur yang terletak di tengah-tengah halaman. Dari dalam rumah terlihat pria dan wanita paruh baya berlarian ke luar rumah di susul beberapa orang pelayan di belakangnya. “Ya ampun, Aska.” Pekiknya ketika melihat putranya baru saj turun dari mobil di susul oleh Alif dan Nirmala. “Mama…!” Wanita paruh baya itu pun mendekat dan segera memeluk putranya. Saking khawatirnya ia mengecupi pipi anaknya yang sudah dewasa itu. Membuat Aska sedikit malu karena di sana ada Alif dan Nirmala. “Ma … Udah ya ma. Aku baik-baik aja kok!” Bujuk Aska lembut sambil melepaskan pelukan mama nya. “Mama kan khawatir sama kamu.” Rajuknya sambil mengusap pipinya yang basah. “Iya… Aska paham, tapi kan sekarang mama lihat sendiri kan, Aska baik-baik aja.” Memberi pengertian dengan lembut. Membuat mama nya mau tak mau jadi turut tersenyum. Aska beralih menyapa papanya-Sanjaya. “Pah…” Pria paruh baya itu memeluk putranya sebentar dan menepuk pundaknya ringan. “Kamu baik-baik aja kan nak?” “Seperti yang Papa lihat.” Berusaha ceria. Pria paruh baya itu terkekeh kecil sembari menggangguk. Kemudian pandangannya teralih pada dua anak muda yang sedari tadi sudah berdiri di belakang Aska. “Assalamualaikum, Pak, Bu. Saya Alif, dan ini kakak saya Nirmala.” Memperkenalkan diri dengan sopan. Aska sedikit tersentak begitu mendengar nama Nirmala di sebut. “Walaikumsalam.” Sahut keduanya serentak. “Semalam saya tidak sengaja menemukan putra bapak tak sadarkan diri di tengah jalan. Karena tak menemukan identitas apapun yang putra bapak bawa. Saya memutuskan untuk membawanya ke tempat tinggal kami. Maaf jika keputusan saya membuat bapak dan Ibu khawatir.” Jelas Nirmala dengan lembut. Sanjaya tersenyum, menghampiri sepasang Kakak beradik Alif dan Nirmala. “Saya sempat khawatir, ketika semalam orang-orang suruhan saya tidak bisa menemukan anak saya dimanapun, dan hanya menemukan mobilnya yang terparkir di halaman sebuah Bar. Saya takut terjadi sesuatu padanya, anak saya memang suka ceroboh. Tapi setelah saya tahu anak saya di selamatkan orang-orang baik seperti kalian. Saya sangat bersyukur.” Mengulurkan tangan. “Terimakasih ya, telah menyelamatkan anak saya.” Segera menjabat uluran tangan Sanjaya sembari membungkukkan sedikit badannya. “Sama-sama , Pak.” “Ayo masuk dulu ke dalam.” Tawarnya ramah. “Maaf… Kami lang—” Kalimatnya terputus. Seseorang yang baru saja keluar dari dalam rumah tiba-tiba saja berteriak. “Aska!” Wanita itu berlari mendekat. Saskia adalah adik perempuan Aska, dan selisih usia mereka hanya satu tahun. “Darimana aja Lo? Bikin khawatir orang aja, udah gue bilang kan Monika itu cewek gak bener, masih aja Lo deketin. Karma Lo juga kali, akhirnya bisa juga playboy kayak Lo patah hati, haha.” Tertawa mengejek. Wajah Aska seketika memerah karena tingkah adiknya yang tomboy dan suka ceplas-ceplos itu. Mencoba menahan kesal. “Bisa diem enggak tuh mulut.” “Udah-udah, kalian ini jangan pada ribut, kita lagi kedatangan tamu.” Mencoba memperingatkan kedua anaknya. Saskia sontak memperhatikan sekitar,mencari tahu siapa yang di maksud tamu oleh mamanya, dan matanya terhenti pada Nirmala. “Nirmala?” “Saskia?” Mereka bicara bersamaan. Terkejut satu sama lain. “Jadi ini rumahmu, dan ini sodaramu?” Menunjuk ke arah Aska. “Iya… Dia Abang gue, beda setahun.” Sahutnya dingin. “Ada keperluan apa Lo disini?” “Saskia, bicara yang sopan. Dia ini adalah orang yang menyelamatkan kakakmu semalam.” Mencoba memperingatkan anak keduanya. Nirmala tersenyum. “Enggak apa-apa Pak, kita udah terbiasa ngobrol dengan cara begini.” Mendengar itu, Saskia memutar bola mata malas. “Kalian sudah saling kenal?” Nirmala tersenyum. “Ya… Kami adalah teman sefalkultas, sekaligus teman sekelas.” Tersenyum penuh arti. Saskia mendengus. “Tapi kan jelas gue lebih unggul, gue kan anak cumload.” Menyombongkan diri. “Iya memang, tapi kamu tahu juga kan siapa yang mendapat nilai terbaik saat kelulusan?” Kembali tersenyum penuh arti. Jelas yang mendapat nilai terbaik adalah Nirmala. Dia hanya ingin sedikit mematahkan kesombongan gadis yang selalu ingin menjadi rivalnya itu saat di kampus dulu. “Akui aja, deh… Gue tahu, pasti ada orang yang lebih encer otaknya daripada Lo, maka’nya Lo jadi enggak nyaman.” Sindir Aska pada adik perempuannya itu sembari terkekeh mengejek. “Idih… Yang bener aja.” Sewotnya merasa keki. “Udahlah… Ngaku aja.” Godanya lagi. Nirmala hanya tersenyum menyaksikan pemandangan kakak adik yang seperti Tom and Jerry itu. “Heh… Sudah-sudah.” Mencoba melerai kedua anaknya. “Gimana kalo kita semua masuk dulu ke dalam ngobrol-ngobrol.” Tawarnya lagi. “Maaf pak, sebaiknya kami langsung pamit saja, karena ada acara keluarga yang harus kami hadiri pagi ini.” Ucapnya dengan sopan. “Tidak bisakah kalian mampir sebentar?” Turut menambahkan dengan wajah penuh harap. “Iya… Mampirlah sebentar, kalian sudah menyelamatkanku. Bagaimana bisa aku membiarkan kalian pergi begitu saja.” Turut menambahkan. “Di mana alamat rumah kalian? Biar kami bisa mengirimkan hadiah sebagai ucapan terimakasih.” “Tidak perlu repot-repot Pak, kami ikhlas menolong tanpa mengharapkan imbalan. Namun kami sangat berterimakasih atas niat baik Bapak sekeluarga, tapi maaf kami tidak bisa menerimanya.” Jelasnya santun. Sanjaya dan Renata saling menatap merasa tidak enak. “Tidak perlu merasa sungkan, Pak, Bu, kami hanya melakukan apa yang seharusnya kami lakukan.” Jelasnya lagi. Sanjaya tersenyum. “Terimakasih, semoga kita bisa di pertemukan lagi lain waktu.” Nirmala mengangguk. “Kami pamit dulu, Pak, Bu.” Nirmala menyalami Renata, sedangkan Alif menyalami Sanjaya. “Assalamualaikum.” Ucap mereka Serempak. “Wa’alaikum salam.” “Mas Aska, jaga diri baik-baik ya!” Tersenyum, saat berpamitan pada pria itu. “Makasih, Alif, nanti aku akan berkunjung ke sana lagi kalo urusanku sudah selesai.” “Kami mau balik ke Jogja Mas, semoga kita bisa ketemu lagi lain waktu.” Wajahnya terlihat sedih. “Aku senang bisa bertemu dengan kalian dan keluarga kalian.” Alif tersenyum. “Kami pamit dulu mas.” Aska mengangguk sedikit tak rela, ia menatap ke arah Nirmala, gadis itu tersenyum padanya dan mengucap salam. Setelahnya Kaka beradik itu kembali masuk ke dalam mobil dan melesat pergi. Bersambung Mas tuntun perjalanan ini?” Tanya Alif pada Aska. “Eh… Iya, bisa… bisa.” Sedikit gelagapan karena baru saja ke gep memperhatikan Nirmala yang duduk di belakang. Melihat itu Nirmala tersenyum, namun buru-buru di tahan. Aska terlihat memberi arahan pada Alif. Alif mengikuti arahan Aska hingga tibalah mereka di area perumahan mewah. “Lurus aja, rumah aku pas di ujung jalan sana.” Tak lama mobil berhenti tepat di depan sebuah pagar besi yang tinggi. Seorang satpam buru-buru menghampiri untuk mencari tahu siapa tamu yang datang sepagi ini. Aska membuka kaca mobil. “Pak Sanip ini saya. Aska, tolong buka kan pintu gerbangnya.” Ujarnya pada sang satpam. “Ya Allah, Den Aska! Baik Den, sebentar!” Pria itu pun bergegas kembali ke bangunan kecil di sudut halaman. Dan tak lama pintu gerbang terbuka dengan sendirinya. Menampilkan bangunan rumah mewah dan megah yang di kelilingi taman-taman yang indah dan luas. “Masya Allah.” Ujar keduanya serempak merasa kagum dengan pemandangan di hadapan mereka. “Kamu bisa berhentikan mobilnya di depan teras rumah.” “Oke.” Alif membawa mobilnya menyusuri jalan berpaving yang di sisinya terbentang taman-taman. Dan mengitari kolam air mancur yang terletak di tengah-tengah halaman. Dari dalam rumah terlihat pria dan wanita paruh baya berlarian ke luar rumah di susul beberapa orang pelayan di belakangnya. “Ya ampun, Aska.” Pekiknya ketika melihat putranya baru saj turun dari mobil di susul oleh Alif dan Nirmala. “Mama…!” Wanita paruh baya itu pun mendekat dan segera memeluk putranya. Saking khawatirnya ia mengecupi pipi anaknya yang sudah dewasa itu. Membuat Aska sedikit malu karena di sana ada Alif dan Nirmala. “Ma … Udah ya ma. Aku baik-baik aja kok!” Bujuk Aska lembut sambil melepaskan pelukan mama nya. “Mama kan khawatir sama kamu.” Rajuknya sambil mengusap pipinya yang basah. “Iya… Aska paham, tapi kan sekarang mama lihat sendiri kan, Aska baik-baik aja.” Memberi pengertian dengan lembut. Membuat mama nya mau tak mau jadi turut tersenyum. Aska beralih menyapa papanya-Sanjaya. “Pah…” Pria paruh baya itu memeluk putranya sebentar dan menepuk pundaknya ringan. “Kamu baik-baik aja kan nak?” “Seperti yang Papa lihat.” Berusaha ceria. Pria paruh baya itu terkekeh kecil sembari menggangguk. Kemudian pandangannya teralih pada dua anak muda yang sedari tadi sudah berdiri di belakang Aska. “Assalamualaikum, Pak, Bu. Saya Alif, dan ini kakak saya Nirmala.” Memperkenalkan diri dengan sopan. Aska sedikit tersentak begitu mendengar nama Nirmala di sebut. “Waalaikumsalam.” Sahut keduanya serentak. “Semalam saya tidak sengaja menemukan putra bapak tak sadarkan diri di tengah jalan. Karena tak menemukan identitas apapun yang putra bapak bawa. Saya memutuskan untuk membawanya ke tempat tinggal kami. Maaf jika keputusan saya membuat bapak dan Ibu khawatir.” Jelas Nirmala dengan lembut. Sanjaya tersenyum, menghampiri sepasang Kakak beradik Alif dan Nirmala. “Saya sempat khawatir, ketika semalam orang-orang suruhan saya tidak bisa menemukan anak saya dimanapun, dan hanya menemukan mobilnya yang terparkir di halaman sebuah Bar. Saya takut terjadi sesuatu padanya, anak saya memang suka ceroboh. Tapi setelah saya tahu anak saya di selamatkan orang-orang baik seperti kalian. Saya sangat bersyukur.” Mengulurkan tangan. “Terimakasih ya, telah menyelamatkan anak saya.” Segera menjabat uluran tangan Sanjaya sembari membungkukkan sedikit badannya. “Sama-sama , Pak.” “Ayo masuk dulu ke dalam.” Tawarnya ramah. “Maaf… Kami lang—” Kalimatnya terputus. Seseorang yang baru saja keluar dari dalam rumah tiba-tiba saja berteriak. “Aska!” Wanita itu berlari mendekat. Saskia adalah adik perempuan Aska, dan selisih usia mereka hanya satu tahun. “Darimana aja Lo? Bikin khawatir orang aja, udah gue bilang kan Monika itu cewek gak bener, masih aja Lo deketin. Karma Lo juga kali, akhirnya bisa juga playboy kayak Lo patah hati, haha.” Tertawa mengejek. Wajah Aska seketika memerah karena tingkah adiknya yang tomboy dan suka ceplas-ceplos itu. Mencoba menahan kesal. “Bisa diem enggak tuh mulut.” “Udah-udah, kalian ini jangan pada ribut, kita lagi kedatangan tamu.” Mencoba memperingatkan kedua anaknya. Saskia sontak memperhatikan sekitar,mencari tahu siapa yang di maksud tamu oleh mamanya, dan matanya terhenti pada Nirmala. “Nirmala?” “Saskia?” Mereka bicara bersamaan. Terkejut satu sama lain. “Jadi ini rumahmu, dan ini sodaramu?” Menunjuk ke arah Aska. “Iya… Dia Abang gue, beda setahun.” Sahutnya dingin. “Ada keperluan apa Lo disini?” “Saskia, bicara yang sopan. Dia ini adalah orang yang menyelamatkan kakakmu semalam.” Mencoba memperingatkan anak keduanya. Nirmala tersenyum. “Enggak apa-apa Pak, kita udah terbiasa ngobrol dengan cara begini.” Mendengar itu, Saskia memutar bola mata malas. “Kalian sudah saling kenal?” Nirmala tersenyum. “Ya… Kami adalah teman sefalkultas, sekaligus teman sekelas.” Tersenyum penuh arti. Saskia mendengus. “Tapi kan jelas gue lebih unggul, gue kan anak cumload.” Menyombongkan diri. “Iya memang, tapi kamu tahu juga kan siapa yang mendapat nilai terbaik saat kelulusan?” Kembali tersenyum penuh arti. Jelas yang mendapat nilai terbaik adalah Nirmala. Dia hanya ingin sedikit mematahkan kesombongan gadis yang selalu ingin menjadi rivalnya itu saat di kampus dulu. “Aha… Gue tahu, pasti ada orang yang lebih encer otaknya daripada Lo, maka’nya Lo jadi enggak nyaman.” Sindir Aska pada adik perempuannya itu sembari terkekeh mengejek. “Idih… Yang bener aja.” Sewotnya merasa keki. “Udahlah… Ngaku aja.” Godanya lagi. Nirmala hanya tersenyum menyaksikan pemandangan kakak adik yang seperti Tom and Jerry itu. “Heh… Sudah-sudah.” Mencoba melerai kedua anaknya. “Gimana kalo kita semua masuk dulu ke dalam ngobrol-ngobrol.” Tawarnya lagi. “Maaf pak, sebaiknya kami langsung pamit saja, karena ada acara keluarga yang harus kami hadiri pagi ini.” Ucapnya dengan sopan. “Tidak bisakah kalian mampir sebentar?” Turut menambahkan dengan wajah penuh harap. “Iya… Mampirlah sebentar, kalian sudah menyelamatkanku. Bagaimana bisa aku membiarkan kalian pergi begitu saja.” Turut menambahkan. “Di mana alamat rumah kalian? Biar kami bisa mengirimkan hadiah sebagai ucapan terimakasih.” “Tidak perlu repot-repot Pak, kami ikhlas menolong tanpa mengharapkan imbalan. Namun kami sangat berterimakasih atas niat baik Bapak sekeluarga, tapi maaf kami tidak bisa menerimanya.” Jelasnya santun. Sanjaya dan Renata saling menatap merasa tidak enak. “Tidak perlu merasa sungkan, Pak, Bu, kami hanya melakukan apa yang seharusnya kami lakukan.” Jelasnya lagi. Sanjaya tersenyum. “Terimakasih, semoga kita bisa di pertemukan lagi lain waktu.” Nirmala mengangguk. “Kami pamit dulu, Pak, Bu.” Nirmala menyalami Renata, sedangkan Alif menyalami Sanjaya. “Assalamualaikum.” Ucap mereka Serempak. “Wa’alaikum salam.” “Mas Aska, jaga diri baik-baik ya!” Tersenyum, saat berpamitan pada pria itu. “Makasih, Alif, nanti aku akan berkunjung ke sana lagi kalo urusanku sudah selesai.” “Kami mau balik ke Jogja Mas, semoga kita bisa ketemu lagi lain waktu.” Wajahnya terlihat sedih. “Aku senang bisa bertemu dengan kalian dan keluarga kalian.” Alif tersenyum. “Kami pamit dulu mas.” Aska mengangguk sedikit tak rela, ia menatap ke arah Nirmala, gadis itu tersenyum padanya dan mengucap salam. Setelahnya Kaka beradik itu kembali masuk ke dalam mobil dan melesat pergi. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD