When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Gibran tidak menyangka Umi akan berani melakukan hal itu, selama ini ia merasa semua yang dilakukan Umi bisa jadi hanya sebagai gertakan semata. Hari ini, jelas wanitanya itu telah pergi, membawa barang-barang dan menembus hujan deras. Gibran terpaku, ia hanya bisa menatap pintu yang sudah tertutup dengan rapat tanpa bisa berbuat apa-apa. Petir menyambar berkali-kali, hujan turun semakin deras. Gibran tersadar, ia harus membawa Umi kembali, Umi benar selama ini dia yang salah, dialah yang tidak bisa tegas atas masalah rumah tangganya selama ini.Harusnya hal ini masih bisa dibicarakan dengan ibunya—Arani dan Umi. Kilat kembali membawa petir, tanpa pikir panjang lagi Gibran berlari ke luar rumah dengan cepat. Namun, sebuah mobil hitam datang dan masuk ke dalam rumah. Dengan pandangan tidak