When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Jadi Ibu tidur dimana?” tanya Arani tiba-tiba. Gibran dan Umi saling tatap, keduanya terdiam. Gibran bahkan ingin malam ini bersama Umi, hanya berdua dan Umi juga merindukan suaminya untuk menjadi miliknya semalam saja. Namun, lagi-lagi Arani menghalangi. “Ibu menginap di sini? Bukannya tadi bilang untuk melihat-lihat saja?” tanya Gibran menunggu penjelasan. “Loh, ini kan rumah kamu, rumah ibu juga dong. Ibu bebas mau tidur dimana dan mau berapa lama di sini, bosan di sini juga ibu pulang,” ujar Arani memalingkan wajahnya dan melirik Umi. “Kenapa, kamu tidak suka Ibu di sini?” tanyanya pada Umi dengan wajah angkuh. “Tapi, Bu.....” Gibran menggantung kata-katanya, ia tahu pasti, akan percuma membantah apa yang diinginkan ibunya. Lagi-lagi ia hanya bisa menatap Umi yang terlihat kec