Rencana Istimewa

1071 Words

“Nadia, Mas boleh bicara?” tanya Gibran menatap istrinya yang duduk di atas ranjang sambil menatap kosong. Nadia tersentak saat Gibran naik ke atas ranjang dan menatapnya meminta jawaban. Nadia bergeser dan menunduk, wajahnya tampak ketakutan. Namun, ia harus melakukan apa yang diperintahkan ibunya untuk sekamar dengan Gibran mulai hari ini tanpa mengelek lagi. “Silakan,” jawabnya mencoba tenang dengan pendek. Mencoba menenangkan debaran di hatinya, agar terlihat biasa saja. “Mas tidak akan menyentuhmu jika kamu tidak mengizinkan, tenang saja, tidak usah takut. Mas paham kamu butuh waktu, untuk berhenti mencintai kekasihmu itu dan mau bersama Mas saja sudah membuat Mas amat bersyukur. Terima kasih, Nad,” ucap Gibran menatap Nadia dengan serius dan memberikan senyuman. Nadia menatap

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD