When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Umi dikejutkan dengan ketukan di pintu berkali-kali. Di liriknya jam dinding di sisi kanan tempat tidurnya dan alangkah terkejutnya Umi saat melihat jarum pendek dari jam dinding itu berada di angkat delapan. Cepat Umi mengusap matanya dan segera bangkit dari tempat tidur, dengan cepat ia menyambar hijab yang digantung di belakang pintu dan kini dengan langkah cepat sedikit berlari Umi berjalan kearah pintu depan dan mengintip jendela untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu tadi. Sebuah mobil box berwarna putih yang cukup besar kini berdiri di depan rumahnya yang memiliki halaman cukup luas, seseorang yang diduga sopir mobil tersebut sedang berdiri di depan pintu sambil menatap kertas yang ada di tangannya sekarang. “Selamat pagi, Bu Umi. Apa ada di rumah?” tanya lelaki itu mengetuk