TUJUH
Menjelang hari bahagiamu
Kau tak pernah tahu aku bersedih
Kau lupakan semua kenangan lalu
Lalu kau campakkan begitu saja
Tega...Aku tahu dirimu kini
Telah ada yang memiliki
Tapi bagaimanakah dengan diriku
Tak mungkin ku sanggup untuk
kehilangan dirimu
Aku tahu bukan saatnya
Tuk mengharap cintamu lagi
Tapi bagaimanakah dengan hatiku
Tak mungkin ku sanggup hidup begini
Tanpa cintamu
Tak ingatkah kau dulu pernah berjanji
Bahagiakan diriku slamanya
Lirik demi lirik yang mengalun merdu menyapa kedua indera pendengar Hanin membuat kedua mata Hanin tak kuasa untuk tak mengalirkan airnya lagi saat ini.
Hanin bukan orang gila. Hanin adalah seorang wanita waras, dan normal. Kesedihan tetap saja di rasakan Hanin, walau Hanin menekan, menguatkan hatinya agar jangan mengingat, dan merasakan perasaan sentimental itu lagi.
Perasaan sentimental karena di khianati, di beri harapan, dan janji palsu, dan di tinggal nikah dengan orang terdekatmu.
Percayalah, semua itu sangat menyakitkan, dan menyesaakkan d**a. Bullshit kalau kamu bisa meluapakan semuanya dengan mudah, dan cepat.
Memang benar. Rasa cinta yang kau rasakan begitu menggebu di hatimu dulu untuk orang yang kau cintai, sudah hambar, dan merasa marah, benci bahkan dendam. Itu yang di rasakan Hanin saat ini.
Tapi, rasa sakitnya karena pengkhianatan, dan di bohongi itu yang sangat menempel dalam hati kecil, dan pikiran Hanin saat ini.
Hanin tak akan menyangka kalau perjuangan ia selama ini berakhir sia-sia, dan begitu menyakitkan untuk Hanin tanggung seorang diri.
Dengan tangan bergetar. Hanin menghapus kasar air mata sialan yang tak mau berhenti mengalir di kedua matanya, malah semakin deras. Membuat hati Hanin semakin sesak, dan merasa marah. Marah pada Kamal yang membuat ia seperti ini, dan marah pada dirinya sendiri yang begitu bodoh, lemah, dan naif.
Agar air matanya tak semakin mengalir dengan bodoh, dan sia-sia karena laki-laki seperti Kamal. Hanin memejamkan kedua matanya erat.
Tapi, percayalah... Hanin menegang kaku saat ini di tempat duduknya di saat Hanin merasa ada kedua tangan yang terasa familiar yang mendekap dengan lembut tubuhnya dari arah belakang.
Aroma parfum yang familiar, dan sangat Hanin kenal , dan gilai menembus telak indera pencium Hanin saat ini. Jantung Hanin perlahan tapi pasti mulai berdebar dengan laju yang tak normal di dalam sana. Di saat Hanin merasa kedua bibir lembut, dan kenyal yang sedang mengecup lama, dan basah puncak kepalanya di atas sana.
"Kak Kamal..."Ucap Hanin lirih.
Dan orang yang Hanin sebut namanya semakin mempererat pelukannya pada tubuh Hanin. Deg! Jantung Hanin semakin menggila di saat Hanin merasa ada air yang mengalir membasahi keningnya saat ini.
Hanin rerlek mendongak dengan susah payah untuk melihat wajah Kamal yang sedang menumpukan dagunya di atas puncak kepalanya.
Mata Hanin membelakak kaget. Melihat wajah Kamal yang basah. Basah oleh air mata laki-laki itu yang bahkan masih mengalirkan airnya saat ini.
Menatap Hanin dengan tatapan nyalang, dan terlukanya. Menatap Hanin juga dengan tatapan menyesal, dan merasa bersalahnya. Tapi sinar marah, dan benci yang paling nyala, dan mendominasi di kedua mata Kamal saat ini.
"Maafkan aku. Maafkanku aku. Seberapa besar rasa benci yang aku tanam padamu. Tetap saja ada benang merah yang akan mengikat kita. Ada orang yang marah karena aku jahat padamu. Tapi , kamu lah penjahat di sini, Hanin. Kamu penjahatnya yang buat aku harus seperti ini. Aku membencimu. Dan selamat datang di permainan yang akan aku, kamu, kakakmu mainkan. Hatimu akan tergerus, dan mati secara perlahan. Hahaha."Ucap suara itu dengan nada sungguhnya-sungguhnya membuat Hanin reflek melepaskan pelukan Kamal dengan kasar, tapi Hanin tak bisa melepaskan pelukannya.
Mata Hanin membelalak ngeri di saat Kamal menyodorkan pisau di lehernya. Sedikit lagi akan menggores, dan melukai lehernya, dan Hanin sudah tak tahan , Hanin berteriak sekuat tenaga. Sampai suara Hanin rasanya ingin habis, dan tenggorokkannya sangat sakit saat ini di dalam sana, dan...
"Mbak... Mbak... sadar, Mbak. Mbak mimpi buruk. Sadar, Mbak."Ucap suara itu terdengar khawatir.
Hanin dengan pelan-pelan membuka kedua matanya yang terasa lengket. Silau yang menyakitkan matanya menyapa telak kedua mata Hanin saat ini.
Hanin segera menoleh kearah samping kirinya walau pandangannya masih agak buram, dan samar. Supir Kakaknya Maria.
"Mbak ketiduran. Mbak juga sepertinya mimpi buruk. Mas Kamal, dan Mbak Maria sudah masuk duluan."Ucap supir itu menjelaskan pada Hanin yang tak nendengarkan ucapannya sedikitpun.
Pikiran Hanin sedang tertuju pada isi mimpinya tadi.
Benang merah? Seseorang yang mengikat kita.
Ravindra?
*
Hanin tak mengerti kenapa mama, dan papanya selalu melibatkan dirinya dalam hubungan kakaknya dengan Kamal.
Tidak tahukah mama, dan papanya? Berada dalam jarak 50 meter saja dengan Kamal yang sedang berdua dengan Maria sangat menyakitkan untuk Hanin lihat apalagi mendengar obrolan mereka. Itu akan semain menyakitkan untuk Hanin.
Tapi, sayangnya. Mama maupun papanya tidak tahu kalau Kamal adalah kekasihnya bahkan di saat Kamal berhubungan dengan Kakaknya Maria sejak 1 tahun yang lalu. Kamal masih berstatus kekasihnya karena tidak ada kata putus antara dirinya dengan Kamal 4 tahun yang lalu.
Ah, bukan hanya mama, dan papanya yang tidak tahu. Tapi seluruh orang di dunia ini tidak ada yang tahu kalau ia menjalin hubungan dengan Kamal sudah 2 tahun lamanya. Ah, Hanin lupa. Ada satu orang yang tahu , orang itupun tak sengaja mendengar , dan memergoki Hanin, dan Kamal yang sedang melakukan hal yang tidak-tidak di kelas kosong yang tidak terpakai 4 tahun yang lalu di sekolah.
Orang itu adalah teman satu-satunya yang Hanin miliki, yang dapat menerima keadaaan, dan kekurangan Hanin selama 3 tahun mereka berada di sekolah tingkat atas, dan selama 3 tahun mereka selalu satu kelas, dan satu bangku.
Ia tahu tentang hubungan Hanin dengan Kamal. Ia tahu bagaimana panas, dan nakalnya hubungan Hanin, dan Kamal bahkan ia tahu tentang rahasia besar Hanin, dan Kamal 4 tahun yang lalu.
Tapi, sayangnya, sahabat terbaik Hanin yang mengetahui segala tentangnya harus berada jauh dari Hanin. Hilang kontak sejak 4 tahun yang lalu.
Dan kalian tahu? Karena ada satu orang yang tahu tentang hubungannya dengan Kamal sebagai sepasang kekasih 4 tahun yang lalu. Kamal marah besar padanya, dan mengatakan pada dirinya ceroboh. Kamal mendiamkanya selama seminggu, tanpa mengeluarkan kata sepatahpun dari mulutnya, tapi tubuhnya tetap bekerja merayu, dan melakukan hal yang iya-iya pada tubuh Hanin dengan tubuhnya di tempat yang selalu mereka pakai sebagai tempat pacaran mereka.
Padahal Hanin tidak memberitahu pada sahabatnya dimana posisinya berada saat itu, dan ternyata sahabatnya mengetahui posisinya dari GPS-nya yang aktif. Hanin menerima semua dengan pasrah kemarahan Kamal dulu. Karena ada orang yang tahu tentang hubungan mereka. Saking bucin-nya Hanin pada Kamal.
Jadi, ini alasan Kamal? Menutup rapat tentang hubungan mereka? Karena Kamal hanya memanfaatkan tubuh, dan dirinya, dan mencintai kakaknya. Sangat menyedihkan sekali.
Tentang mimpi tadi, Hanin menganggapnya angin lalu, dan hanya bunga tidur, dan tipuan iblis yang berwujud manusia. Manusia tak punya hati, dan menjijikkan seperti Kamal. Titik!
Dan saat ini dengan tatapan malas, Hanin mengedarkan pandangannya dalam toko perhiasan yang sudah ia pijak saat ini untuk mencari keberadaan kakaknya, dan Kamal.
Ya, hebatnya, Hanin yang di suruh mama papanya agar menemani kakaknya apabila berpergian dengan Kamal. Maria belum sah jadi isteri Kamal. Jadi harus ada orang yang ikut mengawasi mereka. Mengawasi mereka dalam membeli cincin untuk pernikahan mereka yang akan di langsungkan 3 hari lagi.
Kamal menghilang selama 2 hari tanpa kabar sedikitpun. Ponsel laki-lakk itu mati. Membuat kakaknya Maria kalang kabut selama dua hari, dan Hanin yang membahas tentang bekas luka itu di tangan Kamal menjadi bahan amukan kakaknya Maria. Karena ia, Kakaknya, dan Kamal hilang kontak.
Dan pagi tadi, Kamal datang dengan wajah cerah. Mengajak Maria untuk ikut dengannya. Membeli perhiasan. Berakhirlah Hanin di tempat ini. Hanin di tinggal karena ketiduran di mobil.
"Cih..."Desis Hanin pelan melihat Kamal di depan sana sedang melangkah mendekat pada dirinya.
Hanin melihat kearah samping kiri, dan kanan Kamal. Kakaknya. Tidak ada? Kemana pergi kakaknya.
Dan Kamal sudah berada di depannya saat ini dengan sebelah tangan yang Hanin lihat sedang menggenggam beludru warna hitam bentuk hati.
"Dia sedang ke toilet."Ucap Kamal datar.
Hanin hanya diam. Tapi bungkamnya Hanin hanya bertahan beberapa detik. Di saat Kamal...
"Ulurkan tanganmu."Ucap Kamal lembut.
Dan berhasil membuat jantung Hanin berdetak dengan laju tak normal di dalam sana. Bahkan Hanin terlihat menelan ludahnya kasar saat ini. Kedua manik cokelatanya melirik kearah kedua tangan Kamal yang sedang membuka kotak bentuk hati itu.
Entah kenapa. Pikiran, dan hati Hanin kembali berharap kalau Kamal hanya mengerjainya, dan suara lembut yang barusan laki-laki itu ucap padanya. Adalah suara yang selalu Hanin nikmati sendiri 4 tahun yang lalu. Kamal yang hanya lembut padanya, dan akan berbicara dengan nada kasar pada orang lain.
"Ulurkan tanganmu, Hanin? "Ucap Kamal dengan nada sangat rendah kali ini.
Hanin sekali lagi terlihat menelan ludahnya kasar saat ini. Kedua matanya menatap tepat pada kedua mata Kamal yang menatap dalam dengan tatapan sangat lembut pada dirinya saat ini.
Pelan tapi pasti, tangan Hanin mengulur lembut.
Dan hampir saja, tangan Hanin di genggam oleh Kamal, sebelum kejadian yang tak di inginkan terjadi.
Plak
Ada satu tangan yang besar, dan lebar menepis kasar tangan Kamal.
Membuat Hanin terlebih Kamal tersentak kaget, dan sontak menatap keasal pelaku.
Hanin membulatkan matanya kaget, dan tubuh Hanin menegang kaku di saat tubuhnya di rengkuh dengan lembut oleh sepasang tangan kekar yang menepis kasar tangan Kamal membuat cincin yang di pegang Kamal bahkan terjatuh mengenaskan di atas lantai.
"Tidak ada yang boleh memasang cincin di jarimu, Nin. Hanya aku yang boleh melakukan hal itu."Ucap suara itu lembut sekali. Di balas dengan...
"Argggh sialan! Hampir saja , sekali lagi aku berhasil mempermainkan perasaanmu, Hanin!" Itu suara dengan nada yang sangat marah dari Kamal untuk Hanin.
Kamal yang menatap penuh benci dan hati panas pada Rama sialan yang sedang merangkul dengan menjijikkan bahu Hanin.
Fuck
Tbc