When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Safira mengulum senyumnya, hatinya menghangat melihat interaksi Dipta dan Saki, tadi dia ingin mengambil minum ke dapur. Namun, justru melihat pemandangan yang indah antara suami dan istri itu. Suami yang menginginkan sesuatu dan istrinya yang menyiapkannya dengan tangannya sendiri. Seketika Safira merasa iri, juga merasa bersalah pada Lingga selama ini. Melihat betapa Saki begitu mumpuni melayani dan mengabulkan keinginan Dipta dengan usahanya sendiri membuat hatinya tercubit. Menanyakan sendiri apa yang telah dia lakukan untuk melayani dan menyenangkan suaminya selama ini dengan tangannya sendiri? Rasanya tidak banyak, bahkan sangat sedikit, kecuali melayani di atas ranjang. Sisanya? Semuanya dikerjakan oleh asisten rumah tangga. Tapi sekali pun Lingga tidak pernah protes, tidak pernah