dia sudah menikah

1019 Words
Hilang sudah tatapan penuh hormat, dan lembut dari kedua mata Mahesa pada mamanya saat ini. Bahkan Mahesa yang duduk di samping mamanya, beranjak untuk menjauh dari mamanya yang gila. Gila menurut Mahesa. Menyuruhnya melakukan hal bodoh dan tak masuk akal. Menyuruhnya menikah atau membayar rahim perempuan yang akan memberinya anak, yang akan memberi mamanya cucu. Dan lebih gilanya lagi, mamanya menyodorkan kumpulan perempuan yang bekerja di kantornya. Dan lebih gilanya lagi, banyak gilanya apa yang barusan mamanya sampaikan padanya, dan langsung di tolak telak oleh Mahesa di saat ia sudah mampu mengendalikan jantungnya yang berdebar menggila dan sangat sakit di saat ia melihat wajah wanita bodoh, dan ceroboh yang menabrak dirinya dua minggu yang lalu. Wanita bodoh, dan ceroboh yang ternyata bernama Ayu, dan ternyata merupakan seorang pekerja rendahan di kantornya. Cih, jenis wanita seperti itu yang yang akan mengandung anaknya atau menikah dengannya? Maaf, dia terlalu rendahan, tak cocok untuk bersanding apalagi melahirkan anaknya. Bahkan sekertarisnya juga yang mama sodorkan untuk ia pilih menjadi isteri kontraknya. Mamanya gila! Mamanya tahu dengan jelas, bahkan semua orang yang bekerja di kantornya dari tingkat rendahan sampai tingkat atas tahu kalau sekertarisnya itu sudah menikah, dan bahkan sudah melahirkan sepasang anak kembar 1 tahun yang lalu. Mamanya bodoh, dan gila. Dan Mahesa tak akan meminta maaf karena sudah tak sopan, dan mengatai mamanya gila. Bagaimana tidak, mamanya mengatakan.... "Mama memilih mereka yang kerja di kantor kita, agar gampang kita atur, dan tekan. Siapa yang akan kamu milih, mama akan mengambilnya untuk kamu nikahi secara kontrak. Hanya sampai kamu memiliki anak. Bahkan mama nggak takut untuk kasih aset dan harta yang mama, dan kita miliki sebanyak 20% untuk wanita yang akan jadi isteri kontrak kamu, dan akan melahirkan anak untuk kamu, Mahesa...." "20% itu sangat banyak kalau ia menjual atau mengelolanya, 5 turunan, yang dia dapat dari kita tak akan habis. Silahkan, kamu menganggap mama gila. Itu semua mama lakukan untuk papamu , karena mama cinta mati sama papamu..." Begitu kira-kira ucapan mamanya 5 menit yang lalu, mamanya benar-benar gila, dan mamanya sendiri yang mengakuinya juga tadi. Tapi, seliciknya Mahesa dalam hal pekerjaan, dan hal yang lainnya, ternyata lebih licik, dan picik mamanya. "Mama nggak mau tahu, satu dari ratusan foto yang ada dalam album itu, harus ada salah satunya yang kamu pilih. "Mahesa yang menatap kearah lain selain mamanya sedari tadi, kini, mendengar ucapan mamanya, sudah menatap kearah mamanya yang menampilkan raut tegas, dan seriusnya. Dan jelas. Mendapat gelengan kuat dari Mahesa. Gelengan yang selalu Mahesa berikan sejak 15 menit yang lalu. "Kamu membangkang, dan menolak permintaan yang baru pertama kali mama minta padamu, Mahesa? Seumur hidup mama, kalau kamu lupa, mama tidak pernah meminta apapun sama kamu, Mahesa...." "Jadi, tolong, dan mama memohon padamu. Mungkin ini permintaan pertama, dan terakhir mama yang mama minta padamu...." "Memamg mama mau kemana? Jangan aneh lah, Ma."Ucap mahesa tegas, dan Mahesa menegakan tubuhnya, menatap mamanya dengan tatapan yang sudah bersahabat, dan terlihat memelas saat ini. "Mahesa adalah anak mama dan papa...." "Jelas, rupa, dan sifat dan prilakuku mirip dengan kalian berdua...." "Nggak ada yang tahu isi hati kecilku selama ini. Aku mau punya anak, Ma. Tapi, pantang bagiku untuk melukai hati isteriku. Pengkhianatan adalah hal menjijikkan yang sangat aku hindari terjadi dalam hidupku..." "Aku menikah walau menikah kontrak, memiliki anak dari rahim wanita lain, sama halnya aku mengkhianti isteriku. Menyakiti hati isteriku. Walau hatiku selama ini, menjerit, dan memohon agar aku, kami di beri kepercayaan untuk mengasuh seorang anak saja. Kalau lebih aku akan sangat bahag-----," "Jadi, kamu lebih memilih menyakiti hati kami selaku kedua orang tuamu? Membuat papamu tersiksa di alam baka sana karena permintaan remehnya belum di wujudkan? Kamu menyiksa kami , Mahesa. " "Kamu lebih memilih menyakiti hati mama dan papa di atas sana, Mahesa..."Potong Widya cepat ucapan anaknya Mahesa, dan tak memberi celah sedikitpun pada Mahesa yang mulutnya ingin menjawab sedari tadi. "Maaaah, aku nggak sanggup menyakiti, Safi----," "Mama yang akan bicara padanya... artinya kamu setuju?"Potong Widya dengan nada semangat kali ini ucapan anaknya. Mahesa?? Membuang wajah kearah lain, lebih tepatnya kearah album foto yang tergelatak di atas meja yang berada tepat di depannya. Foto yang ada di halaman 15. Foto seorang wanita ceroboh yang membuat jantungnya tersiksa di dalam sana entah karena apa alasannya. Dan tanpa Mahesa sadari, mamanya tersenyum lebar. Melihat kedua mata anaknya yang menatap dalam, bahkan sangat dalam ke foto seorang perempuan yang bernama Ayu itu. "Jadi, wanita itu yang kamu pilih untuk menjadi isteri kontrakmu?"Tanya Widya masih dengan senyum lebar yang tertahan di kedua bibirnya. Jantungnya di dalam sana, entah kenapa berdebar dengan laju yang menyenangkan. Pikirannya terasa ringan, dan perasaannya menghangat. "Aku nggak tah----," "Mohon, Maaf, Bu. Anu bu... Itu Ayu. Saya mengenalnya dekat...."Danis yang terdiam sedari tadi, akhirnya membuka suara, dan menatap dengan tatapan meminta maaf pada Widya yang menatapnya penuh tanya saat ini. "Terus?"Ucap Widya pelan bahkan Widya mendekatkan tempat duduknya Danis. Penasaran dengan sosok Ayu. Mehasa? Hanya karena mendengar nama wanita itu, jantungnya kembali berekasi berlebihan, dan terasa sesak dan sakit saat ini. "Dia sudah menika----," "Aku nggak peduli, Danis. Dia hanya akan jadi ibu pengganti dengan hubungan yang halal dengan anakku. Dia maaf, hanya OG, kan? Dia akan jadi wanita terkaya kalau ia mau mengandung cuc----," "Dia sudah menikah, dan sudah 5 tahun bu belum hamil-hamil hingga saat ini. Jadi, nggak mungkin ibu menyewa Ayu. Dia sepertinya bermasalah juga pada kesuburannya...." Raut wajah Widya , seketika muram, dan entah kenapa hati tuanya di dalam sana, merasa sesak, dan tak terima dengan apa yang Danis sebutkan tentang Wanita yang berhasil memikat hatinya walau hanya baru pertama melihatnya, dan itupun lewat selembar foto. "Aku memilih sekertarisku, Mah. Dia baru melahirkan, peluang untuk hamil lagi, besarkan? Dan mama yang harus bicara pertama kali pada isteriku, Safira tentang hal konyol ini. Semoga mama puas...." Hati Widya yang mendung karena mendengar tentang Ayu tadi, kini kembali ceria. Dan menganggukan kepalanya walau anaknya sudah beranjak meninggalkan dirinya. Isabel.... Ya, Isabel teman SMA anaknya yang tergila-gila pada anaknya dulu. Tapi, karena ada Safira, Isabel tersingkirkan. Dan pasti, wanita itu dengan senang hati akan menerima tawarannya, melihat masih ada sinar kagum dari kedua mata Isabel untuk anaknya Mahesa..... tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD