Mahesa yang sedang menekan dadanya untuk menenangkan debaran jantungnya yang menggila di dalam sana, tersentak kaget, di saat mahesa merasa ada sepasang tangan lembut, dan halus yang sudah melingkari perutnya saat ini.
Dan Mahesa membulatkan kedua matanya kaget, melihat Ayu lah yang mendekap tubuhnya dengan pelukan sangat hangat, dan oh... sial!
Mahesa mengerang tertahan, dan menggigit pipi bagian dalamnya kuat, di saat tangan Ayu tak hanya melingkar di tubuhnya. Tapi, tangan lembut; dan hangat Ayu....
Dapat Mahesa rasakan, sedang mengelus-ngelus punggungnya di belakang sana. Dari atas turun ke bawah, dari atas turun lagi, dan turun lagi ke bawah, dan shit...
Sekali lagi, Mahesa mengerang tertahan di saat tangan mungil Ayu meremas dengan kuat tapi terasa menyenangkan di pantatnya yang keras, dan kencang di belakang sana.
Dan tanpa sadar, Mahesa....
"Ahhhh, Ayuuuu...."Desahan bahkan keluar dari mulut Mahesa sebelum laki-laki itu menyebut nama Ayu dengan suara yang sangat parau, dan serak.
Dan Ayu?
Wanita itu dengan senyum yang sangat manis, dan sudah menjauhkan tangannya di p****t Mahesa di belakang sana, membuat Mahesa merasa kehilangan untuk sesaat, dan perasaan kehilangan karena Ayu melepas remasannya di belakang sana, terganti dengan senyum milik Ayu yang sangat manis, membuat Mahesa.... terpesona melihatnya, dan tanpa sadar... karena terpikat, dan terpesona oleh senyuman manis Ayu.
Tubuhnya yang hanya di balut selembar cd, Ayu tuntun menuju sofa dengan kedua tangan Ayu yang masih melingkari perut berotot Mahesa dari arah samping, dan bagai kerbau yang di cocok hidungnya.
Ayu yang membaringkan tubuhnya di atas sofa, Mahesa menurut.
Mahesa saat ini sudah terbaring dalam posisi telentang di atas sofa tempat laki-laki itu tidur tadi. Dengan tubuh mungil Ayu masih dengan pakaian lengkapnya sudah berada di atas tubuh Mahesa. Menduduki tepat di atas perut keras dan berotot Mahesa membuat Mahesa semakin menggila dan jantungnya di dalam sana, rasanya ingin meledak.
Dan semakin ingin meledak di saat.
Cup
Ayu mengecup penuh perasaan rahang Mahesa; membuat Mahesa mengerang tertahan, dan Mahesa hampir saja membalikkan tubuhnya, merubah posisinya dengan Ayu. Ia yang ada di atas, dan Ayu yang ada di bawah kuasanya.
Tapi, Ayu sangat gesit, karena tanpa melukai dirinya, Ayu sudah meluruh di atas lantai, dan tangannya dengan lembut menarik tangan Mahesa yang ada di sisi kiri dan kanan tubuh laki-laki itu.
Sehingga tangan kanan Mahesa sudah mengulur kearah Ayu. Dan sekali lagi, Mahesa menahan nafasnya kuat, bahkan kedua matanya reflek terpejam di saat Ayu mengecup-ngecup lembut jari-jari kekarnya. Kepalanya pening, kepalanya pening karena gairahnya yang dalam sekejap sudah naik sampai keatas puncak.
Tapi, sedetik, dua detik, dan lima detik kemudian, kedua mata Mahesa terbuka lebar, dan laki-laki itu mengumpat tertahan di saat Mahesa....
"Oh, sial. Semut sialan!!!!"
Dengan jijik, dan kasar. Mahesa menyapu kasar belasan semut yang ada di tangan kanannya.
Demi Tuhan, ia anti dengan semut, dan sekasar mungkin, secepat mungkin gerakannya menyapu tangannya dengan tangan lain agar semut-semut sialan itu enyah dari tangannya.
Pekerjaan Mahesa terhenti di saat Mahesa mendengar ada tawa cekikikan yang menyapa indera pendengarnya saat ini.
Dan dengan gerakan kaku, Mahesa menoleh keasal suara.
Ayu... Ayu lah pemiilik tawa cekikikan dan tertahan saat ini, tapi, tawa Ayu lenyap di saat tatapannya dengan Mahesa beradu.
Dan Mahesa menahan nafasnya kuat, di saat ia melihat Ayu yang tersenyum dengan sangat nanis saat ini, dan Mahesa reflek memegang dadanya, jantungnya di dalam sana, kembali berdebar dengan debaran yang sangat gila.
"Saya... Saya bukan p*****r , seperti yang anda sebutkan tadi....Pak Mahesa...."Ucap Ayu dengan nada sedangnya.
Dan Mahesa? Mendengar namanya yang di sebut oleh Ayu dengan nada penuh penekanan di akhir , entah kenapa ia merasa suka mendengarnya. Dan sial! Hatinya juga saat ini, tidak berdebar kencang di iringi rasa sesak, dan sakit. Tapi, debarannya terasa menyenangkan dan terasa hangat.
"Saya adalah pekerja rendahan di kantor ini, Pak Mahesa. Saya pagi ini baru pertama kali masuk ke dalam ruangan Bapak...."
"Saya.... saya berada di dekat anda tadi untuk memungut sampah kertas yang ada di bawah kaki anda saat ini...."
Mahesa sontak melihat ke bawah kakinya. Benar, ada sampah kertas.
Dan melihat raut wajah Mahesa. Ayu tersenyum kecil.
"Tapi, melihat ada semut di atas tumpahan kopi yang di atas meja, pekerjaan saya jadi bertambah. Saya dengan lancang menyingkirkan tangan anda dari atas meja agar semut-semut itu tidak menggigit tangan anda bahkan akan masuk ke dalam telinga, anda...."
"Jadi, tolong. Tarik kembali ucapan bapak yang mengatakan saya adalah pelacur."Desis Ayu tegas tak memberi kesempatan mahesa untuk menyahut atau menjawab ucapannya sedikitpun.
"Tarik kembali ucapan Bapak. Karena saya bukan lah p*****r. Nyatanya bapak lah yang p*****r di sini. Apa yang saya lakukan tadi sama Bapak, hanya saya lakukan pada suami saya seorang. Memang benar, saya adalah seorang p*****r. Pelcur Yang akan liar dan buas di ranjang hanya dengan suami saya.... dan bapak dengan mudah terbuai oleh sentuhan tak ada arti yang saya berikan pada tubuh bapak...."
"Maaf, walau saya pandai menggoda. Sangat pandai bahkan seorang Mahesa yang katanya sangat setia pada isterinya, bisa takluk karena sentuhan wanita menjijikkan, dan rendahan seperti saya... Bapak tahu? Saat ini, rasanya saya ingin menguliti kulit bibir saya yang mengecup jari-jari menjijikan bapak yang dengan mudah main menampar seorang perempuan kemarin di rumah sakit, saya jijik, bahkan saya sangat jijik....."
"Dan saya, mengundurkan diri dari pekerjaan saya detik ini juga...."Raung Ayu histeris, dan Ayu tanpa menunggu ucapan yang keluar dari mulut Mahesa segera membalikkan badannya kasar, melangkah menuju pintu, dan tubuhnya yang mungil dalam seperkian detik sudah di telan oleh pintu ruangan Mahesa...
Mahesa... Mahesa yang saat ini terlihat meringis sakit, akan kata-kata yang Ayu lontarkan padanya.
Mahesa yang merasa tak rela dan suka, Ayu mengatakan jijik padanya.
Mahesa sedang marah pada dirinya saat ini, kenapa ia tidak merasa marah padahal barusan di rendahkan oleh Ayu. Tapi, rasa sesak, dan sakit di hatinya, yang mendominasi perasaannya ini?
Dan Kenapa, kali ini, ia tak suka. Sangat tak suka, dengan fakta, kalau Ayu sudah nemiliki seorang suami?
Sialan!
tbc