salah paham

1484 Words
Sita mengikuti langkah lebar suaminya dengan terseok. Suaminya bagai orang kerasukan saat ini. Membawa dirinya keluar dari ruangannya, meninggalkan seorang wanita muda yang ia tolong di jalan 15 menit yang lalu. Dan Sita, tak sanggup mendapat perlakuan kasar, dan semena-mena dari suaminya lebih lama lagi, dan Sita menghentak tangannya kuat sampai terlepas dari cengkraman sedikit kasar, dan erat suaminya. "Kamu kenapa?"Bentak Sita dengan nada tertahannya. Arya membatu di tempatnya, dan kedua tangannya mengepal erat di bawah sana. Melihat wajah perempuan yang isterinya bawa masuk ke dalam ruangannya tadi, membuat Arya shock sekaligus takut. Pasalanya perempuan yang isterinya bawah adalah perempuan yang ingin Arya hindari sekaligus ingin Arya temui sekali saja, untuk mengetahui apakah wanita itu positive hamil? Kemarin, dua hari yang lalu, Arya lega. Karena ia sudah menjelaskan pada Ayu, kalau kamu positive hamil setelah dua minggu proses inseminasi, untuk lebih jelas datang sekali lagi di sini, dan 2-3 hari sudah lewat dari 2 minggu, Ayu tidak datang, artinya Ayu negative. Ayu tidak hamil anak Mahesa. Tapi, tetap saja, untuk memastikannya, Arya akan menemui Ayu di rumah wanita itu, tapi untuk saat ini, belum waktunya. Agar semuanya jelas, dan ia bisa hidup dengan tenang tanpa ada rasa bersalah, dan dosa yang harus ia tanggung. Tapi, kedatangan Ayu dan isterinya yang tiba-tiba membuat jantung Arya bahkan berdebar menggila di dalam sana. "Aku bertanya kenapa, kamu malah melamun, Mas? Aku nggak suka sama perlakuan kasarmu barusan." "Dan cepat masuk ke dalam ruanganmu, mas. wanita muda itu tertabrak tadi, selamatkan bayinya. Ia mengeluh sakit , dan ia sedang hamil muda saat ini." "Bukan aku yang menabraknya, aku mau ke panti, tapi aku nggak sengaja melihatnya yang merintih, dan tak berdaya di pinggir jalan tadi." "Cepat, Mas. Nanti perempuan itu dan kandungannya kenapa-napa. Aku mau pamit ke Panti...."ucap Sita beruntun tanpa memberi kesempatan suaminya untuk menyahut atau membalas ucapannya karena Sita buru-buru. Para teman-teman sosialitanya sedang menunggu kedatangan dirinya di sebuah panti kumuh, dan dan jarang mendapat donasi selama ini. Dan Sita ke sana, sebagai ketua yang memimpin para sosialita itu harus segera hadir di sana. Dan Sita tanpa kata, meninggalkan suaminya yang wajahnya sudah pucat pasih saat ini. #### "Tolong Dokter Arya... Tolong periksa kandungan saya. Saya takut anak saya kenapa-napa di dalam sana...." Dokter Arya merinding mendengar permohonan dengan nada lirih dari Ayu barusan. Bahkan bulu kuduknya di belakang sana , bergidik. Dan melihat kedua mata Ayu yang menatap penuh mohon padanya saat ini, entah kenapa membuat Dokter Arya merasa sesak nafas dan merasa sangat perih hatinya di dalam sana. Dan kakinya dengan ragu-ragu melangkah mendekati brangkar di mana ada Ayu di atasnya. Dan Ayu tersenyum, mengucap terimah kasih berkali-kali dengan bisikan yang sangat lirih. Tidak, Ayu tidak terluka sedikitpun. Ia hanya merasa pegal pada kedua telapak tangannya, karena yang menghantam mobil yang sedang melaju tadi karena dorongan seseorang, bukan tubuhnya secara utuh, hanya kedua telapak tangannya saja. Ayu lemas, dan tak bertenaga walau tak ada darah yang merembes jatuh membasahi kedua pahanya. Ayu tetap takut bahkan sangat takut, anak yang ia nanti-nantikan selama ini tiada lagi dalam rahimnya. "Jangan takut, tetap rileks, dan tenang. "Kata pertama yang keluar dari mulut Dokter Arya. Dan Ayu mengangguk paham, dan menurut. Ia panik, maka anaknya juga bisa merasakannya di dalam sana. Ayu memejamkan kedua matanya, menarik nafasnya panjang lalu di hembuskan dengan perlahan oleh wanita itu. Dengan Dokter Arya yang sedang melakukan serangakaian pemeriksaan dalam diam tanpa ada perawat, dan asistennya yang sudah ia usir keluar sejak pertama kali isterinya, dan Ayu datang ke ruangannya tadi. 5 menit telah berlalu, dan Ayu masih betah menutup kedua matanya. Mempercayakan hidupnya dan hidup anaknya pada Dokter Arya. Dokter Arya yang tanpa Ayu sadari dan lihat reflek melangkah mundur di saat pemeriksaan yang ketiga kalinya, ia mengecek ada nyawa lain yang sedang tumbuh dalam rahim Ayu. Atau tidak ada. Dan apa yang di katakan isterinya benar.... "Ayu hamil anak Mahesa... "bisik Dokter Arya pelan sekali , hanya bisa di dengar oleh laki-laki itu sendiri, dan Dokter Arya tersentak kaget, di saat tangannya di bawaah sana di genggam tiba-tiba oleh Ayu. "Bagaimana , Dok. Bagaimana dengan anak saya?"Tanya Ayu dengan raut wajah cemas, dan pucatnya. Dan untung saja, Dokter Arya mampu menguasai dirinya dengan cepat. "Kandunganmu tidak kenapa-napa. Dia tumbuh dengan sehat, dan kuat di dalam sana. "Ucap Dokter Arya takjub. Isterinya mengatakan Ayu sekarat tadi, tapi ajaib. Kandungan Ayu memang tidak kenapa-napa malah sangat sehat, dan kuat saat ini. Dan Ayu? Tersenyum lebar, air mata langsung mengalir membasahi kedua pipinya. "Terimah kasih banyak ya Allah. Terimah kasih banyak..."Bisik Ayu yang bisa di dengar dengan jelas oleh Dokter Arya. "Tapi, ada baiknya. Kamu harus suntik vitamin, untuk kesehatan kamu, dan calon anakmu di dalam sana. "Ucap Dokter Arya pelan tanpa menatap kearah Ayu, dan ayu mengangguk patuh. Akan Ayu dengarkan saran dan masukan Dokter. Asal anaknya sehat dan baik-baik saja di dalam sana. Dan Dokter Arya saat ini. Memegang jarum suntik dengan tangan yang sedikit gemetar. Berdiri membelakangi Ayu. Kedua lututnya di bawah sana bahkan bergetar hebat saat ini. Apalagi jantungnya, berdebar dengan gila-gilaan di dalam sana. Bagaimana tidak berdebar sangat kencang. Bukan vitamin penguat kandungan yang ada di tangannya saat ini, tapi... vitamin yang berbentuk cairan itu adalah obat keras yang dapat membuat orang keguguran hanya dalam waktu 5 menit apalagi umur janin baru 1 atau 2 bulan. 3 menit cairan yang sudah berpindah dari botol ke jarum suntik bisa membuat janin langsung luruh saking kerasnya. "Aku tahu, Allah akan mengutukku setelah ini. Tapi, Aku... Aku melakukan hal yang benar, yang akan membuat hubungan Mahesa dan isterinya baik baik saja, dan hubungan Ayu dengan suaminya tetap baik-baik saja . "Bisik Dokter Arya pelan, dan kedua matanya menampilkan sinar penuh keyakinan, dan penuh tekad saat ini. Penuh keyakinan untuk membuat kandungan Ayu luruh tanpa sepengetahuan Ayu... Tapi,.... "Dokter... bisa lebih cepat sedikit? Saya sudah sangat terlambat untuk ke kantor. Saya... saya sudah berjanji dan bersumpah pada anak saya, akan memberi kebahagian dan hidup yang layak untuk anak saya nanti. Saya tidak ingin di pecat dari pekerjaann saya..."Ucapan dengan nada gemetar dari Ayu, membuat Dokter Arya membeku kaku bahkan jarum suntik yang ada di tangannya sudah jatuh tergeletak di atas lantai tepat di depan kakinya yang di bungkus sepatu warna hitam mengkilat. Dan tanpa Dokter Arya sadari, kedua kakinya sudah melangkah mendekati Ayu. Mendudukan Ayu dari baringan wanita itu, dan Dokter Arya memeluk tubuh Ayu dengan pelukan yang sangat erat. Dan Ayu sangat bingung dengan kelakuan dokter Arya saat ini. Ayu ingin meronta dan melepaskan diri dari pelukan Dokter Arya. Tapi, entah kenapa hatinya merasa berat, dan ia berada dalam pelukan dokter Arya. Ia merasa damai, hangat, dan nyaman. Bahkan pelukan bapaknya di kampung sana, tak sehangat, dan senyaman dengan pelukan yang ia dapatkan dari dokter Dokter Arya... "Ayu..."Panggil Dokter Arya lembut. "Ya, Dokter..."Sahut Ayu lembut.. Dan tanpa melepaskan pelukannya dengan Ayu... Dokter Arya menatap wajah cantik , dan menawan Ayu. Bahkan menatap tepat pada kedua mata Ayu. Tapi, hanya 3 detik Dokter Arya menatap pada kedua manik hitam pekat milik Ayu. Andai Dokter Arya menatap lebih lama mata Ayu. Mungkin jantungnya akan meledak di dalam sana, dan Dokter Arya seketika merasa sakit, dan sesak pada hatinya, dan tak hanya itu saja... entah kenapa... kedua mata Ayu seperti mengingatkan Dokter Arya pada seseorang. Tapi, siapa.... Dan mencoba untuk mengingat orang yang sekiranya memiiki tatapan seperti tatapan mata Ayu malah membuat kepala Dokter Arya terasa sakit saat ini, dan Dokter Arya menyerah. Untuk mengingat siapa sekiranya wanita yang pernah ia lihat yang memiliki jenis tatapan dan mata seperti Ayu. "Tidak jadi suntik vitamin. Makan makanan yang sehat dan teratur. minum s**u ibu hamil, kandunganmu akan baik -baik saja dan semakin kuat..."Ucap Dokter Arye lembut dan masih enggan untuk melepaskan pelukannya dengan Ayu. Tapi, di saat kedua bibirnya mengcup puncak kepala Ayu. Dokter Arya membeku kaku, setelah ia merasa dengan jelas, dan menghirup kuat aroma yang di miliki tubuh, dan kepala Ayu... aroma yang sangat jarang Arya temukan pada pada orang lain, dan entah kenapa aroma yang menguar dari tubuh Ayu seakan mengobati rasa rindunya yang menggebu selama ini. Tapi, rindu sama siapa? Dan ya, Arya baru mengingatnya, aroma yang ada di tubuh Ayu adalah aroma, dan harum bedak Herocyn yang sangat familiar di indera pencium Dokter Arya. Tapi, sekali lagi, Dokter Arya berusaha mengingat dengan keras, selain Ayu yang pernah bertemu dengannya yang memiliki aroma yang sama dengan tubuh Ayu, siapa? Siapa orang itu? "Awwwrggg,"Jerit Ayu tertahan membuat Dokter Arya seketika melepaskan pelukannya dengan tubuh Ayu. Tapi, petaka di saat pelukan Ayu dan Dokter Arya terlepas. Satu tamparan melayang begitu saja pada pipi Ayu membuat kepala Ayu bahkan tertoleh ke samping. "Jadi, ini alasan kenapa jantungku selalu sakit, dan sesak, dan berdetak tak wajar setiap aku melihat, dan mendengar namamu Pelita Ayu. Ternyata... Ternyata karena kamu adalah selingkuhan dari Om Arya bajianganku , ya? Sumber luka untuk Tante Sitaku. b******k kamu, Om. Menyia-nyiakan berlian mahal hanya untuk wanita sampah seperti kamu, Pelita Ayu...." tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD