Gugurkan kandunganmu!!!

1794 Words
Tubuh Ayu menegang kaku di saat dengan tiba-tiba, ada sepasang tangan kekar yang melingkari pinggangnya dari arah belakang saat ini. Bagaimana tidak menegang kaku, ini masih jam 2 siang. Nggak mungkin bukan, suaminya pulang secepat itu. Jam 5 lewat 30 menit setiap harinya baru suaminya sampai di rumah. Tapi, perlahan tapi pasti, kedua bibir Ayu yang selalu tersenyum sejak pukul 9 pagi tadi, kembali mengurai senyum yang sangat lebar, dan indah. Di saat perlahan tapi pasti, aroma khas milik suaminya, menguar, dan menyapa telak indera pencium Ayu. Ya, nyatanya, suaminya lah yang sedang mendekap erat tubuh mungilnya tapi tak menyakiti sedikitpun, dan malah terasa hangat, dan lembut. Peduli setan ini masih jam 2 siang. Suaminya pulang lebih awal hari ini, membuat rasa bahagia seribu kali lipat menyapa perasaan Ayu saat ini, dan tangannya yang lembut, dan lentik. Mengelus lembut sekali punggung tangan suaminya. Membuat belitan kedua tangan suaminya semakin erat di pingganya saat ini. "Aku nggak bisa nafas, Mas. Longgarin dikit pelukannya." "Eh, aku kan, nggak minta di lepas? Longgarin sedikit, terlalu erat tadi. Nanti bab----," "Nanti?"Ucap suami Ayu dengan suara seraknya. Ayu menoleh kearah suaminya. Wajah keringatan suaminya menyambut indera pengihatan Ayu membuat telapak tangan Ayu reflek dengan lembut menyekanya , karena keringat yang begitu banyak di kening suaminya, hampir saja menetes, dan masuk ke dalam mulutnya. "Nanti bab? Bab apa, Sayang?" Mendengar pertanyaan suaminya tentang kata bab yang terpotong di lidahnya tadi, membuat Ayu menggigit bibir gugup. Jantungnya di dalam sana, perlahan tapi pasti, mulai berdebar dengan laju yang sangat menggila. Bukan, bukan karena rasa takut atau cemas. Jantungnya berdebar dengan debaran menggila saat ini, karena rasa senang yang sangat besar yang Ayu rasakan hari ini. Karena rasa penasaran akan reaksi suaminya tentang kabar yang sangat bahagia yang akan ia bagi dengan suaminya nanti. Apakah suaminya akan menangis seperti dirinya? Menangis karena rasa bahagia dan haru? Apakah suaminya juga akan dan ingin mengadakan syukuran, memotong dua kambing sekaligus sebagai ucapan terimah kasih, dan rasa syukur. Apakah suaminya juga bahkan akan melakukan sujud syukur karena.... "Kamu melamun? Apa ada masalah? Kalau ada, jangan di pendam, ada aku suamimu yang akan menampung semua keluh kesahmu, dan akan mencari solusinya. Sebisa yang suamimu ini bisa, sehingga beban yang buat kamu lamunkan saat ini bisa terpec------, " Cup Ucapan suami Ayu, Dana, di potong telak oleh kecupan lembut yang Ayu berikan pada kedua bibir suaminya yang sedikit terbuka, membuat Dana seketika bungkam, dan perlahan tapi pasti, senyum di bibir Dana merekah. Darahnya juga bergejolak hangat, seketika hasrat lelakinya, ingin di puaskan saat ini. Pelan sekali, dan dengan gerakan lembut. Dana mendekatkan wajahnya dengan wajah Ayu. Hampir saja kedua bibir Dana menempel dengan kedua bibir Ayu. Tapi tapak tangan mungil Ayu seketika menahan wajah Dana. Wajah Dana menempel dengan tapak tangan Ayu, dan menatap Ayu dengan manik cokelatnya dalam, dan bingung. "Mandi dulu, ya, Mas? Please, kamu mandi dulu baru kit----," "Oke. Aku merasa sangat lengket. Aku akan mandi dulu...."Ucap Dana lembut, dan tangannya mengelus lembut, dan penuh cinta pipi kemerahan Ayu saat ini. Mendapat perlakuan lembut suaminya. Ayu merasa bahagia. Sangat-sangat bahagia saat ini. Ia sudah berbaikan dengan suaminya tentang sedikit cek cok di rumah sakit 1 bulan yang lalu. Suaminya sudah kembali perhatian pada dirinya. intinya, hubungannya dengan suaminya sudah baik, dan malah semakin hangat, dan romantis. "Aku mandi...."Ucap Dana lembut, dan Dana segera membalikkan badannya untuk menuju kamar mandi yang ada di luar kamar. Satu-satunya kamar mandi yang ada di rumah kontrakkan mereka, yang sudah mereka tinggali sejak awal menikah. Tapi, baru 3 langkah Dana melangkah. Ayu menahan langkah suaminya dengan menmanggil lembut nama suaminya, membuat suaminya menghentikan langkah, dan saat ini sedang menoleh kearah ayu. Kearah Ayu yang berubah pikiran. Ia, Ayu berubah pikiran. Ayu ingin memberikan kejutan pada suaminya nanti malam saja. Tapi, lidah, dan hati Ayu gatal ingin segera memberi tahu suaminya tentang kabar bahagia itu. "Ada apa, Sayang?" Uh, sumpah. Mendengar kata sayang dari mulut suaminya, membuat d**a Ayu semakin bergemuruh karena rasa bahagia yang sangat besar yang ia rasakan saat ini. Dan Ayu sudah tak sabar. Dengan berlari kecil, Ayu menuju suaminya, dan segera memeluk suaminya erat. Walau bingung dengan isterinya, Dana tetap membalas pelukan erat yang isterinya berikan saat ini. "Massss..."Panggil ayu dengan suara seraknya. Dana mengernyitkan keningnya bingung. Ekspresi isterinya sangat bahagia beberapa detik yang lalu, tapi barusan juga, suara isterinya terdengar serak seperti orang yang ingin menangis. "Ada apa? Apa ada mas----," Ayu memotong ucapan suaminya dengan melepaskan pelukan antara keduanya dengan sedikit kasar. Ayu merogoh kantong celananya. Mengambil sesuatu yang ia simpan di sana sejak jam 9 pagi tadi. 4 benda kecil panjang dengan garis 2 di sodorkan Ayu tepat di depan wajah suaminya. Wajah suaminya yang terlihat bingung saat ini. "Apa ini?"Tanya Dana bingung. Ayu tersenyum lebar dengan air mata yang sudah meluruh dengan buliran yang besar di kedua matanya saat ini, membuat suaminya bingung, dan frustasi. Ada apa dengan isterinya. "Mas..."Panggil Ayu pelan... "Ada apa, Ayu? Jangan buat suamimu ini cemas!!"Desis Dana cemas, dan resah. "Aku hamil, Mas!!!" PLAK tamparan yang sangat keras dari Dana pada pipi sebelah kanan Ayu, seketika membuat Ayu terjatuh di atas lantai dengan kedua sudut bibir, dan pipi yang lebam keunguan. Apa ini , maksud suaminya menampar dirinya? **** Dengan tangan gemetar, Ayu memungut 4 testpack bergaris 2 warna merah yang di banting suaminya tadi di lantai putih kamarnya. Suaminya yang dua menit yang lalu sudah pergi tanpa sepatah katapun yang keluar dari dari mulutnya setelah menampar pipinya tadi. Apa? Apa alasan suaminya menampar dirinya? Apa ia mempunyai salah? Salah yang telah ia lakukan pada suaminya tanpa sepengatahuan, dan di sadari oleh dirinya? Tapi, seingat Ayu. Ia tidak pernah cek cok dengan suaminya selama 2 minggu ini. Mereka cek cok pada saat di rumah sakit untuk melakukan proses inseminasi, tapi mereka sudah berbaikan. Saling meminta maaf satu sama lain. Dan juga sudah saling memaafkan. Melimpahkan kasih sayang dan cinta yang sangat besar. Intinya, hubungan mereka sangat harmonis selama 2 minggu belakangan ini. Walau sampai tidak melakukan hubungan badan, atas perimntaan Ayu, agar usaha inseminasi yang mereka lakukan berhasil, mereka tetap terlihat intim sebagai suami isteri apabila mereka berada dalam kamar, dan di setiap sudut rumah apabila hanya mereka berdua saja di rumah selama 2 minggu ini. Tidak ada hal yang membuat ia dan suaminya bermasalah selama 2 minggu ini. Semuanya baik-baik saja. Tapi, kenapa ia di hadiahi dengan sebuah tamparan yang sangat keras setelah ia mengumumkan kehamilannya pada suaminya tadi. Hamil anak pertama yang sangat di idamkan Ayu. Yang sangat di idamkan oleh mama mertuanya , dan sangat di idamkan oleh suaminya juga selama ini. 5 tahun tanpa putus asa, doa dan air mata. Ayu memakan makanan yang yang dapat membuat subur rahimnya atas saran dokter, dan kata orang-orang yang mengalami hal yang sama dengannya sebelumnya yang sudah berhasil hamil, walau makanan itu sangat tidak sukai Ayu. tapi, hampir 4 tahun lamanya, Ayu tetap memakan makanan-makanan yang tidak di sukainya itu, berharap rahimnya subur, dan satu atau dua janin segera hadir di dalam rahimnya. Ayu menantikan momen ini sudah sangat lama. Momen dimana perutnya yang rata akan buncit, buncit karena ada anaknya yang tumbuh dengan sehat dan subur di dalam rahimnya. 4 tahun sekian, setelah 1 tahun ia menikah dengan suaminya. Ia menebalkan telinga, dan wajahnya karena di recoki oleh tetangga kiri, kanan, depan, dan belakang rumah. Menanyakan kenapa ia belum hamil padahal sudah menikah setahun, dua tahun bahkan hingga 5 tahun belum juga hamil. Membuat Ayu merasa takut, takut akan ucapan para tetangganya itu yang mengatakan apakah ia kering, dan mandul. Dan ucapan dari para tetangga bahkan beberapa temannya yang menjudge ia mandul, itu sama halnya dengan doa. Setiap kata yang keluar dari mulut adalah doa. Dan masalah di recoki oleh tetangga , Ayu tak peduli. Ayu tak peduli dengan omongan orang. Ia ingin mempunya anak bukan karena tuntutan mulut-muluut tetangganya itu. Tuntutan dan pertanyaan beberapa teman kerjanya itu. Ia ingin memiliki anak agar ia sempurna menjadi seorang wanita, dan seorang isteri untuk suaminya. memberikan keturunan untuk suami, dan ibu mertuanya, dan yang utama.. ia akan memiliki semangat yang tinggi, dan motivasi agar hidupnya lebih berwarna dan bermanafaat untuk anaknya, dan alasan yang utama. Anaknya akan menjadi teman hidupnya. Yang akan menemani hari-hari sepinya setelah 5 tahun kosong, dan sepi yang ia jalani dengan suaminya. "Pasti Papa kamu shock, dan nggak percaya dengan apa yang mama katakan. Kalau sudah ada kamu , nak. Kamu yang kami nantikan selama ribuan hari panjang yang sudah berlalu , hadir dalam perut mama." "Papa mengira, mama membohonginya, dan papamu salah besar, sayang. Mama nggak bohong untuk hal besar semacam ini...."Ucap Ayu dengan senyum manisnya. Berusaha berpikiran positive dengan tindakan kasar yang sudah suaminya lakukan pada dirinya tadi. Ayu mengingat momen 3 tahun yang lalu. Ia pernah memberi kabar bohong pada suaminya, untuk kejutan ulang tahun suaminya, dan suaminya marah bukan main, walau tak menampar dirinya 3 tahun yang lalu, tapi kedua bahunya berhasil memar, dan terasa ngilu selama 3 hari. Karena cengkraman erat tangan besar dan kekar suaminya. Ya.... pasti suaminya tak percaya, dan mengira ia bohong. Jadi, Ayu akan menyusul suaminya, dan akan mengajak suaminya untuk ke dokter yang membantu ia menjalani proses inseminasi kemarin. Agar suaminya percaya, kalau beninhnya sudah menjadi janin di dalam perutnya saat ini. Sebelum bangun dari dudukannya dilantai. Ayu bagai orang gila, kedua bibir yang masih tersenyum lebar. Kedua mata yang berbinar terang, penuh bahagia, menatap dalam, dan haru pada perutnya yang masih rata saat ini, tapi... yang membuat Ayu takjub. Sudah ada calon anaknya di dalam sana. "Semoga hasil testpacknya akurat, dan benar , Sayang. Tolong, hasil pemerkisaan dokter nanti, harus sama dengan apa yang nampak di 4 testpack yang akan mama tunjukan pada Dokter Arya nanti...." "Mama bersumpah, dan berjanji demi hadirnya kamu dalam rahim mama, dalam kehidupan mama, dan papa. Semampu yang mama bisa, mama akan mencurahkan kasih sayang, cinta, kebahagiaan, dan hidup yang layak untuk kamu, mama akan bekerja keras. Hadirlah, dan tumbuhlah dengan sehat dalam perut mama, Nak...."Ucap Ayu bagai sumpah mati, dan hidupnya yang di ucap dengan nada, dan raut yang serius. "Mama mohon...," "Dan ayo, kita meluruskan kesapahaman, dan ketidakpercayaan papamu akan ucapan mama tad------," Ceklek Ucapan Ayu di potong telak oleh suara pintu yang di buka oleh seseorang dari luar, dan Ayu... melihat siapa orang yang membuka pintu kamarnya barusan. Tersenyum lebar. Rasa sakit di pipinya karena tamparan suaminya, ayu tak merasa sakit lagi. Kebahagiaannya yang akan menjadi seoran ibu sebentar lagi, menutupi rasa sakit fisiknya. Dan suaminya Dana lah yang membuka pintu barusan. Membuat senyum lebar dan manis semakin mucul di kedua bibir raut wajah, dan tatapan Ayu. "Mas... Aku nggak bohong, dan menipumu, Mas. "Ayu melangkah dengan riang mendekati suaminya. "Tapi, agar , Mas percaya. Ayo kita ke dokter unt-----," "Gugurkan kandunganmu atau kita berdua cerai, Ayu....Kedua pilihan itu, wajib kamu pilih salah satunya..." tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD