Buku Kedua : Melamar

1258 Words
5 Desember 2018 Setelah obrolan panjangku dengan Daniel kemarin, akhirnya kami berdua memutuskan untuk saling membantu demi memuluskan rencana yang sudah disusun sedemikian rupa. Rencananya adalah, eum lebih baik aku akan mengatakan itu sambil melakukan semuanya. Daniel menceritakan kepadaku jika pekerjaan yang ia jalani adalah pekerjaan yang berhubungan dengan keamanan jaringan sebuah perusahaan, pemasangan dan perawatan CCTV, kemudian juga berhubungan dengan sistem keamanan aset berharga seperti instalasi ruangan dengan keamanan tinggi dan sejenisnya. Aku cukup kaget dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Daniel karena selama ini aku tidak pernah mengetahui apapun tentang pekerjaan yang ia jalani serta tidak pernah menanyakan hal itu secara langsung. Daniel hanya akan membantuku dari balik layar agar jika pekerjaan diam-diamku diketahui oleh agen The Barista, maka aku tidak dianggap bekerja sama secara terang-terangan dengan pihak asing. Sebelum aku mulai menjalankan rencana yang disusun oleh Daniel, Daniel menyiapkan dokumen palsu yang akan aku gunakan di perusahaanku. Saat ini perusahaanku sedang membutuhkan tenaga marketing yang ahli dalam bidang negosiasi dan melobi klien yang akan melakukan kerja sama dengan Airconst. Daniel mengetahui peluang itu dan memintaku untuk masuk ke sana. Daniel yakin, dengan kemampuan negosiasiku dan dokumen palsu yang disiapkan oleh Daniel, aku tidak akan kesulitan memasuki perusahaanku sendiri. Setelah semua dokumen siap, aku segera meninggalkan Daniel di apartemenku dan pergi ke Airconst. Ah, aku lupa memberitahu jika sejak Daniel menginap di apartemenku, aku memintanya untuk tinggal di sana sementara karena dia tidak memiliki tempat tinggal lagi di dunia atas. Setelah mengemudi selama kurang lebih 20 menit, akhirnya aku sampai di sebuah gedung yang hanya memiliki dua lantai di salah satu sudut pusat kota. Aku sempat mengatakan jika perusahaan konstruksi milik keluargaku memiliki nama yang cukup besar bukan? Tetapi bukankah sedikit mengejutkan ketika aku mengatakan jika gedung di pusat kota hanya memiliki duua lantai? Aku ingin menjelaskan sesuatu di sini. Perusahaan Airconst dibagi menjadi dua gedung, yaitu kantor utama dan gudang. Kantor utama berada di pusat kota yang merupakan kantor pusat, digunakan untuk melakukan pertemuan dengan para tamu penting dan juga untuk lebih mudah menjangkau para klien yang kebanyakan berasal dari pemerintahan dan orang-orang penting di pusat kota. Sedangkan gudang berada di luar kota, lebih tepatnya di Kota Industri yang terletak di sebelah barat pusat kota dan berjarak sekitar dua jam perjalanan dari pusat kota. Kota industri terkenal memiliki lahan industri yang luas, akses jalan yang lebar serta lalu lintas umum yang tidak terlalu padat sehingga sangat cocok apabila dijadikan gudang serta pabrik. Meskipun banyak klien penting yang berasal dari pusat kota, tapi kebanyakan dari mereka memiliki proyek di luar kota, terutama di Kota Industri sehingga gudang milik Airconst lebih dekat dengan jangkauan proyek-proyek tersebut. Sesuatu yang menjengkelkan terjadi ketika aku masuk ke ruangan HR untuk interview. Ah, kenapa perusahaanku memiliki staf HR yang seperti ini? Dia adalah staf HR tapi sangat tidak ramah dengan anak baru sepertiku. Aku sempat didiamkan beberapa saat dan dia mengalihkan perhatian ke sesuatu yang lain ketika tengah mewawancaraiku. Aku rasa hal itu adalah sebuah budaya senioritas dan kesombongan yang tidak bisa ditoleransi. Tapi jika aku membuka identitasku sekarang, maka semuanya akan berantakan. Ah, dasar payah! Aku merasa sangat gemas sehingga ingin memuntahkan muntah pelangi dari mulutku. "Bianka. Hanya Bianka? Tidak memiliki nama belakang atau nama keluarga?" Tanya staf HR yang bernama Ratu, sesuai dengan nama yang tertulis pada kartu identitas yang ia kenakan. "Iya, Nyonya. Saya yatim piatu dan tidak mengetahui siapa ayah dan ibu saya." Jawabku sesuai dengan data palsu yang diberikan Daniel kepadaku. "Kau adalah lulusan dari sebuah sekolah menengah di pinggir kota, benar? Sebuah sekolah yang sangat jauh dari standart di sini. Belum lagi kau tidak memiliki pengalaman kerja karena baru lulus tahun ini. Sangat berat bagiku untuk menerimamu, Anak Muda." Jelasnya. Aku semakin geram mendengar hal itu dari dirinya. "Maaf, Nyonya Ratu. Tetapi anda bisa melihat pada dokumen saya, bahwa saya telah berhasil melakukan negosiasi terhadap beberapa proyek penting meskipun status saya hanya sebagai pekerja lepas. Saya rasa hal itu bisa menjadi pertimbangan." Jawabku. Aku masih berusaha bermain sopan di sini karena tidak ingin membuat kegaduhan di kantor pusat Airconst. "Ya baiklah saya paham. Perusahaan akan menghubungimu kembali. Kau bisa meninggalkan ruanganku sekarang." Ucap Ratu ketus. Aku sudah kehilangan kesabaranku di sini. Aku tidak ingin merasakan kegagalan karena aku lelah dengan kesalahan yang aku timbulkan. Aku sempat akan meninggalkan ruangan milik Ratu. Tetapi saat aku membuka pintu, aku memutuskan untuk berbalik dan kembali menghampiri Ratu. "Hei, kenapa kau berbalik, Anak Muda. Aku sudah mengatakan jika kau akan dihubungi oleh perusahaan." Ucap Ratu. Aku tahu jika dia berusaha berkelit kepadaku. "Ah, sial! Aku tahu jika hal itu hanya sekadar retorika semata. Kau tidak akan memanggilku kembali karena kau telah menendangku hari ini, bukan?!" Aku sedikit berteriak kepada Ratu. "Lantas jika benar demikian, apa yang akan kau lakukan? Aku dapat memanggil petugas keamanan untuk menyeretmu keluar sekarang juga! Jaga perbuatanmu anak muda! Tempat ini bukan arena bermain milikmu!" Ucapnya dengan nada yang sangat sombong. "Angkuh sekali kau! Dari awal aku sudah berbicara sopan kepadamu, tetapi kau mengacuhkanku dan tidak peduli dengan segala pencapaian yang aku lakukan! Baiklah jika kau ingin bermain kasar, aku akan mengikuti permainanmu. Asal kau tahu, Jangan salahkan aku jika setelah ini kau menyesal!" Tegasku sebelum akhirnya aku meninggalkan ruangan milik Ratu. Sekitar 10 menit aku duduk di dalam mobilku, seorang petugas keamanan mengetuk jendela mobilku dan berkata jika Ratu memanggilku ke ruangannya. Senyum tipis terukir dari bibirku. Aku segera berjalan memasuki ruangan itu kembali. Ratu terlihat menunduk lesu ketika aku datang. "Maafkan saya, Nona Rin. Saya tidak mengetahui jika anak baru itu adalah anda. Saya benar-benar minta maaf." Ucap Ratu dengan suara yang bergetar. "Kenapa? Jika kau tahu bahwa anak baru adalah aku, lantas kenapa? Kau ingin memperlakukanku sebagai tuan puteri di sini? Ah basi! Aroma penjilat yang kau keluarkan sangat-sangat busuk sehingga aku ingin memuntahkan sarapanku di hadapanmu. Aku tidak menyangka jika kantor milik keluargaku memiliki staf HR yang tidak berkompeten sepertimu!" Aku sengaja bertindak semena-mena terhadap lintah darat seperti Ratu. "Maafkan saya, Nona Rin. Saya tidak akan melakukan itu lagi. Saya berjanji!" Sumpahnya di depanku. tapi aku yakin jika semua itu hanya ia lakukan untuk mendapakan simpati dariku. "Kau pikir aku percaya kepadamu? Kau pikir aku bodoh, ha?! Aku bisa saja langsung menggantimu dengan seseorang yang lebih baik. Tetapi aku tidak akan melakukan hal itu karena kau masih berguna untukku. Bukankah aku baik?! Masih mempertahankan seseorang yang memiliki reputasi buruk terhadap orang baru sepertimu!" Ucapku dengan nada lemah namun mengintimidasi. "Terima kasih banyak, Nona Rin. Saya tidak akan melupakan kebaikan yang anda berikan kepada saya." Ucap Ratu memohon kepadaku. Kemudian aku meminta Ratu untuk menyembunyikan identitas asliku kepada semua orang, dan memanggilku dengan nama Bianka. Aku meminta kepada Ratu agar aku bisa bekerja di bawahnya karena dia telah mengantongi identitasku. Dari mana dia mengetahui identitasku? Baiklah aku akan menggeser mundur waktu ke beberapa saat yang lalu. Ketika aku keluar dari ruangan Ratu selepas melakukan wawancara yang berakhir gagal total, aku meminta Daniel untuk melakukan panggilan palsu atas nama paman Juli kepada Ratu, dan mengatakan jika orang yang telah ia tolak adalah Rin Abriana Lee, anak tunggal dari Johan Lee, pemilik dari perusahaan ini. Hal itulah yang akhirnya membuat Ratu panik dan merekrutku. Sebenarnya aku tidak ingin menggunakan cara kotor seperti ini, tapi aku merasa jika ini merupakan satu-satunya cara agar aku dapat mendekat ke arah Okta secara langsung. Dear diary, aku mohon jangan ada lagi kesalahan kecil berujung fatal seperti yang telah aku lakukan pada The Barista. Meskipun sekarang aku sudah tidak lagi didukung oleh The Barista, tetapi aku akan kembali ke sana dengan dagu tegap dan d**a yang membusung. Aku telah bertekad!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD